Seketika Ibu Bi Lasmi terkejut memandang Rara. Ibu langsung memeluk Rara menangis sambil membelai kepala anaknya. Ibu mengira Rara masih diselimuti rasa sedih masih belum menerima kepergian Ayahnya, Ibu merasa bersalah yang amat sangat karena telah mengabaikan Rara larut dalam kesedihannya sendiri.
Bi Lasmi pun turut menangis menyaksikan pemandangan Ibu Rara yang seperti itu. Bi Lasmi ingin menghibur keduanya, namun perasaannya sendiri juga sangat sakit karena terlalu sedih melihat keadaan keluarga ini kepergian Ayah yang mendadak. Bi Lasmi sudah seperti kakak sekaligus ibu bagi Ayah Ibunya Rara, karena Bi Lasmi sendiri sudah tidak punya keluarga.
Tiba-tiba Rara bersuara seperti orang tercekik, Ibu mendorong badan Rara dari pelukannya sambil tetap memegang kedua bahu Rara. Ibu ingin melihat apa yang terjadi dengan Rara. Namun mata Rara terlihat seperti memandang kosong, raut wajahnya seperti orang yang sedang menahan napas dalam waktu lama.
“Raraaaa !” teriak Ibu panik .
Bi Lasmi segera mengambil air putih untuk diminumkan ke Rara. Sebelum diberikan ke Ibu, Bi Lasmi menuangkan sedikit air putih tersebut ke salah satu telapak tangannya, kemudian diusapkan ke wajah Rara. Sesaat kemudian Rara mulai tersadar.
“Beri Mbak Rara minum, Bu, Airnya sudah saya bacakan doa,” kata Bi Lasmi sambil menyodorkan segelas air putih kepada Ibu yang sedang menangis terisak.
Rara meminum air yang diberikan oleh Bi Lasmi beberapa teguk. kemudian raut wajahnya terlihat seperti bingung.
"Ayah, Bu. Ayah mana, Bu?" tanya Rara lirih.
Ibu tersenyum tipis pada Rara, membantu Rara merebahkan badannya di atas kasur.
"Rara tidur dahulu ya. Rara tidur dikamar Ibu bersama Ibu Bi Lasmi ya, biar kita tidak merasa kesepian," kata Ibu.
Rara tidak mengerti maksud dari apa yang dikatakan oleh Ibu, namun dia merasa tidak punya cukup tenaga untuk bertanya berdebat. yang Rara tangkap wajah ibunya yang sedih.
*****
Rara terbangun membuka matanya saat mendengar suara seorang laki - laki di luar kamar ibunya. Rara mencoba mengingat - ingat suara tersebut agar tahu itu milik siapa. Namun tidak juga bisa mengingatnya. Rara tetap diam untuk mendengarkan apa yang dibicarakan orang tersebut. kemudian terdengar suara Ibu yang menyahut pembicaraan lelaki itu. Rara sangat penasaran, siapakah lelaki itu. karena pembicaraan tersebut pun tidak terlalu jelas karena volumenya terlalu rendah, pintu kamar ini tertutup.
'Aneh, Ibu tidak pernah menutup pintu kamarnya jika Ibu sedang berada di luar kamarnya sendiri. Apakah ada yang disembunyikan oleh Ibu?' pikir Rara.
Rara tidak berani untuk bangun dari tempat tidurnya, karena pasti akan terdengar oleh ibu suara derit tempat tidur tua ini. Huuuh, Rara jadi kesal karenanya. Rara mencoba perlahan melihat ke bawah tempat tidur,biasanya Bi Lasmi tidur di sana dengan kasur lipatnya. itu biasa terjadi bilamana Rara sakit Bi Lasmi menjaganya. tetapi Bi lasmi tidak ada di sana,
'berarti Bi Lasmi ada di luar kamar ini bersama Ibu?.' Pikir Rara.
Tak lama berselang, terdengar suara Lelaki itu makin menjauh, akhirnya ada suara tutup pintu dari ruang tamu.
'Rupanya tamu itu sudah pulang,' gumam Rara.
Pintu kamar terbuka, terdengar suara langkah kaki mendekati sisi tempat tidur. Rara masih pura - pura tertidur.
Terdengar suara gorden jendela di buka.
“Bangun Rara, sudah siang” ternyata itu Ibu.
‘siang??’ Rara terkejut, bergegas bangun. kemudian Rara melihat jam dinding yang menunjukkan jam 11 siang.
‘tetapi tadi masih gelap rasanya,’ pikir Rara lagi. Rara agak bingung.
“Kok masih gelap ya Bu tadi?” tanya Rara.
“Iya, memang mendung di luar. jendelanya juga belum dIbuka” kata Ibu, Rara mengangguk-angguk tanda mengerti.
Ibu mendekati Rara duduk disampingnya.
Ibu menjelaskan bahwa tadi ada tamu, saudara sepupu Ibu di Sumatra. Beliau datang untuk mengucapkan turut berduka sekaligus menawarkan pekerjaan untuk Ibu. Ibu berniat untuk menerima pekerjaan itu agar bisa membiayai kuliah Rara yang tinggal sebentar lagi.
Ibu meminta Rara bersabar untuk berjauhan dengan Ibu, karena ini demi masa depan Rara sendiri. Kebetulan saat itu Bi Lasmi datang ke kamar berdiri dekat pintu masuk.
“Bi Lasmi, kemarilah. Saya juga ingin meminta bantuan Bibi.” Kata Ibu.
“Saya ingin Bibi merawat Rara seperti yang selama ini Bibi lakukan jika tidak keberatan, karena di kota ini saya tidak punya keluarga saudara untuk saya mempercayakan Rara selama saya bekerja di Sumatra.” Lanjut Ibu.
Rara menangis, rasanya tidak ingin jauh dari Ibunya. Dia baru saja kehilangan Ayahnya, sekarang harus berjauhan dengan Ibunya. Rara masih belum siap karena Rara tidak pernah jauh dari kedua orang tuanya. Ibunya memeluk Rara.
“Ibu akan kembali ketika kamu selesai kuliah. Makanya segera selesaikan tugas akhirmu, agar kita segera berkumpul lagi ya anakku sayang.” Kata Ibu sambil membelai rambut Rara. Rara mengangguk sambil mengusap air matanya.
“ Kamu sudah besar, sudah harus bertanggung jawab pada dirimu sendiri.”
“Baik, Bu” sahut Rara terisak.
Terlihat Bi Lasmi juga sudah berlinang air mata,
“kalau Bibi keberatan, Saya mohon, bertahanlah sebentar lagi, tidak sampai setahun kok Bi, karena cuma pekerjaan itu saat ini yang ada gajinya lumayan untuk menghidupi kita bertiga,” Ibu memohon pada Bi Lasmi. Bi Lasmi pun mengangguk setuju.
*****
“Permisi!” kata seseorang di depan rumah saat mereka baru saja selesai makan siang.
Ibu, Bi Lasmi Rara saling berpandangan. karena tidak satu pun dari mereka mengenal suaranya. Saat ini pun tidak ada acara pengajian untuk Ayah.
“Saya saja Bi yang buka pintu. Bibi sama Rara bereskan meja saja” lalu Ibu beranjak dari meja makan.
Ibu mempersilahkan masuk, berbincang dengan lelaki tersebut. Beberapa saat kemudian Ibu memanggil Rara untuk bergabung dengan Ibu di ruang tamu. Rara mendatangi Ibu melihat heran kepada lelaki asing tersebut.
“Rara, ini Pak Dinar. Salam dahulu dengan beliau” Ibu memperkenalkan lelaki itu. Rara menyalaminya.
“Panggil saja Om Dinar ya Rara,” kata lelaki itu sambil tersenyum ramah.
“Saya turut berduka atas ayahmu, maaf saya baru datang karena baru kemarin saya dapat kabar ini,” kata Om Dinar.
Mereka duduk kembali di ruang tamu. Rara duduk merapat di samping Ibunya.
“Rupanya anak Pak Herman sudah besar ya,” Om Dinar mengamati Rara. Rara melihat ke Ibunya. ‘Om ini siapa sih Bu?’ pikir Rara. Ibunya hanya tersenyum.
“Saya mantan atasannya Ayah kamu di kantor. Saya mengundurkan diri memulai bisnis sendiri. Saya juga masih berhubungan baik dengan Pak Herman, karena Pak Herman memang orang yang baik.” Om Dinar memberikan penjelasan untuk Rara, sekalian untuk Ibu.
Lalu Om Dinar merogoh kantung jaketnya mengeluarkan amplop tebal.
“Mohon maaf, mohon untuk diterima, semoga bisa membantu biaya Rara walau cuma sedikit,” amplop itu disodorkan ke Ibu. Ibu pun menerimanya dengan rasa rikuh.
“Banyak sekali ini Pak Dinar. Terima kasih banyak, Pak.” Sahut Ibu.
“Rencananya kedepan mau bagaimana Bu? Apa mau buat usaha, atau mau bagaimana?” tanya Om Dinar.
“Mungkin saya akan ikut saudara bekerja di Sumatra. Rara akan ditemani Bi Lasmi di sini.” Ibu menjelaskan.
Namun Rara tidak suka Ibu menjelaskan hal tersebut kepada orang yang baru mereka temui. Rara hanya merasa heran dengan kehadiran Om Dinar. Namanya saja baru dia dengar, kalau kawan Ayah lainnya, meskipun belum pernah bertemu dengan orangnya langsung, tetapi paling tidak Rara pernah mendengar namanya disebut oleh Ayah, entah itu disebut saat bertelepon ataupun disebut saat Ayah menceritakan tentang kawan-kawannya pada Ibu seperti kebiasaan Ayah setiap pulang kerja.
“Rara, Om Dinar kan punya beberapa bisnis. Bagaimana kalau Rara ikut membantu disalah satu bisnis Om ? Ya … lumayanlah untuk tambah-tambah jajan Rara” Om Dinar memandang serius ke Rara.
Rara Ibu saling pandang, kemudian Ibu tersenyum seolah mengerti yang ada dipikiran Rara.
“terima kasih atas perhatian tawarannya, Pak Dinar. Mungkin Rara tidak bisa menjawabnya sekarang, Pak. Saya mohon maaf untuk itu. Mungkin Rara akan segera mengabari Pak Dinar,” jawab Ibu.
Om Dinar terlihat tersenyum.
“Baiklah. Saya tunggu kabar baiknya” kemudian Om Dinar pamit setelah sebelumnya meninggalkan nomor teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Bintang kejora
Kira² itu Pak Dinar bnr tulus menolong atau ada mksd terselubung ya 🤔🤔🤔..
Mencurigakan...
2022-06-02
1
Nindira
Apakah akan ada maksud terselubung dibalik kedatangannya om Dinar?
2022-05-09
2
anggita
mampur sja,,
2022-04-23
1