Setelah berdiskusi dengan Ibu akhirnya Rara menghubungi Om Dinar.
“ Halo Om Dinar, aku Rara”
“ Iya Rara, Bagaimana keputusanmu?”
“ Mengenai tawaran Om kemarin, aku sudah diskusi dengan Ibu. Maaf sebelumnya, karena Rara masih kuliah, kalau boleh Rara memilih, Rara ingin memilih pekerjaan yang bisa dikerjakan freelance saja Om. Mengingat Rara juga belum mempunyai banyak pengalaman. Bagaimana Om? ” kata Rara panjang lebar.
Ibu hanya memandangi Rara dengan tersenyum, hatinya kagum, karena tidak disangka Rara bisa bersikap dewasa
dalam semalam. Ada perasaan sedih dalam hati Ibu,
'Andaikan ayah sempat menyaksikan ini, menyaksikan Rara bersikap dewasa' gumam Ibu.
Berarti sudah selesai bertelepon dengan Om Dinar.
“ Apa kata Om Dinar?” tanya Ibu.
“ Om Dinar akan ke sini besok Bu” jawab Rara.
“ Mau menjelaskan beberapa pekerjaan kepada kita Bu”
“ Karena Kata Om Dinar Ibu juga harus tahu apa yang Rara kerjakan di tempat Om Dinar” jelas Rara.
" Oh ya Bu, kapan Ibu akan berangkat ke Sumatra? Bersama siapa Ibu berangkat ke sana? Apakah Ibu sudah tahu tempatnya?" Rara banyak bertanya.
Bu Herman tersenyum mendengar banyak pertanyaan Rara yang.
" Lusa Ibu akan dijemput oleh Pak De mu. Jadinya Ibu akan berangkat dari sini bersama Pakde. Tenang saja Ibu tidak akan kesasar, Pak De akan mengantar Ibu sampai ke tempat kerja." jawab Ibu mencoba menenangkan Rara.
Rara mengangguk - angguk tanda mengerti.
" Nanti Ibu baik - baik ya di sana, kabari Rara terus," pesan Rara.
Ibu dan Bi Lasmi tertawa mendengar pesan Rara.
"Loh, kok mbak Rara yang jadinya seperti orang tua," Bi Lasmi memberikan komentar.
*****
Setelah Om Dinar dan Ibu berbasa - basi dengan Rara, akhirnya Om Dinar pun serius.
“ Rara, saya punya rumah yang sudah tidak saya tinggali lagi. Di sana ada anak Om. Kamu dan Bibi bisa tinggal di sana. Terserah Rara dan Bibi mau bikin usaha apa, Om akan dukung.” kata Om Dinar.
“ Loh tapi kata Om Dinar, Rara akan dipekerjakan, kok jadinya usaha sendiri?” tanya Rara tidak mengerti.
“ Iya Rara, pekerjaan Rara adalah menjaga rumah anak Om, sehingga tetap digaji oleh Om. Selebihnya terserah Rara jika Rara ingin membuka usaha di tempat itu Om dukung, begitu Rara maksud Om” kata Om Dinar sambil tersenyum.
Rara beradu pandang dengan Bibi dan Ibu, Rara ingin meminta pendapat mereka. Bibi dan Ibu hanya tersenyum dan mengangguk setuju. Kemudian Rara memandang Om Dinar dengan tersenyum
" Baiklah Om dan pekerjaan itu kapan akan dimulai?" sahut Rara semangat.
Kemudian Om Dinar tertawa kecil menanggapinya
" Terserah Rara mau kapan, Om sih oke - oke saja yang penting Rara sudah siap."
" Bagaimana kalau hari ini kita melihat rumah itu dulu" usul Ibu.
" Baiklah. Mungkin lebih cepat akan lebih baik." sahut Om Dinar.
" Iya Pak. Karena besok saya sudah berangkat ke Sumatra, mari Rara dan Bi Lasmi, kita bersiap - siap sekarang." perintah Ibu.
Rara dan Bi Lasmi pun beranjak ke kamar untuk bersiap - siap membawa perlengkapan apa saja untuk pindah, terutama pakaian dan perlengkapan kuliah Rara. Sementara itu Ibu masih menemani Om Dinar untuk berbincang - bincang di ruang tamu. Sebenarnya Rara masih sedih untuk meninggalkan rumah ini, lalu banyak kenangan di sini. Terbayang kenangan indah saat bersama Ibu, Ayah dan Bi Lasmi di rumah ini.
Kemudian Bi Lasmi menepuk perlahan bahu Rara, dan menyadarkan Rara dari lamunannya.
"Ayo Mbak Rara, Kita harus bergegas, agar ibu punya waktu untuk mempersiapkan kepergiannya besok," Bi Lasmi mengingatkan Rara.
Rara mengangguk, lalu Rara segera membantu Bi Lasmi menyiapkan barang apa saja yang akan dibawa ke rumah Om Dinar. Tidak mungkin semuanya, selebihnya akan Rara dan Bi Lasmi bawa dengan cara mencicilnya sedikit demi sedikit jika nanti sempat mampir ke rumah ini lagi.
Beberapa saat kemudian,
" Bu mohon maaf, kami sudah siap." lapor Bi Lasmi.
" Besok kan Ibu berangkat ke Sumatra, apakah perlengkapan Ibu untuk pergi mau saya siapkan sekarang juga? Biar Ibu besok tidak repot." Bi Lasmi menawarkan diri.
" Tidak usah Bi, biar nanti saya persiapkan Sendiri Saja. Kasihan Pak Dinar sudah menunggu lama," tolak Ibu.
" Tidak apa - apa Bi, persiapkan saja sekalian, supaya Ibu tidak terlalu repot karena mempersiapkannya sendirian. Jadinya besok Ibu tinggal mempersiapkan saja yang kurang kurang nya," usul Om Dinar.
" Mohon maaf bila saya mencampuri urusan Ibu Herman," sambung Pak Dinar.
" Baik Pak" Bi Lasmi pun bergegas menuju kamar Ibu mempersiapkan perlengkapan Ibu pergi ke Sumatra.
Ibu hanya tersenyum kecil
" Terima kasih Pak Dinar atas perhatiannya, saya mohon jaga Rara baik - baik. Dan saya mohon maaf sudah merepotkan Pak Dinar. Dan terima kasih juga karena Dinar sudah mau menjaga Rara." kata Ibu.
Sebenarnya Ibu mempunyai firasat tidak enak tapi tidak tahu penyebabnya, tapi segera Ibu menepisnya, karena Ibu menganggap hal ini mungkin saja karena Ibu akan berpisah dengan Rara sementara Ibu tidak pernah jauh dengan Rara.
Setelah semuanya benar - benar siap, mereka pun bersiap - siap keluar rumah, dan pergi menuju rumah Om Dinar yang dibicarakan dengan Rara dengan menaiki mobil Om Dinar. Om Dinar mengemudikan sendiri mobilnya, dia tidak memakai supir pribadi.
Mereka melewati jalan ramai kota. Tapi ketika sudah sampai ujung jalan keadaan sudah tidak terlalu ramai, mereka melewati beberapa perkebunan dan ladang, jalan semakin menanjak sepertinya ini menuju perbukitan kecil. Sepanjang jalan Ibu berdoa semoga perjalanannya aman dan semoga Om Dinar orang yang bisa dipercayai. Untung sebelum berangkat ke rumah Om Dinar, Ibu sudah berpesan kepada Bi Lasmi dan Rara untuk menghafal jalan yang nanti akan mereka lalui untuk berjaga - jaga.
Kemudian mereka sampailah di depan gerbang perumahan. Sepertinya tidak bisa dibilang Kompleks Perumahan, karena rumah - rumah di sana tidak saling berdekatan, masing - masing rumah mempunyai halaman luas, sehingga halaman itu membuat jarak antara rumah semakin luas dan berjauhan. Bahkan rumah Om Dinar banyak sekali pohon tinggi sehingga menambah sejuk suasana di sekitar rumahnya.
" Ini namanya perkampungan Villa," jelas Om Dinar menjawab pertanyaan pikiran Rara dan Ibu.
" Ini seperti perkampungan kampung Bi Lasmi, maaf Bapak tidak bermaksud ... " kata Bi Lasmi tidak berani melanjutkan ucapannya, segera dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
Om Dinar hanya tertawa melihat tingkah Bi Lasmi yang dia lihat dari spion tengahnya.
" Tidak apa - apa Bi, mungkin memang ini konsepnya adalah perkampungan, enak ya Bi di sini nyaman. Semoga Bibi betah ya," sahut Om Dinar.
' Sepertinya Om Dinar orang baik' pikir Rara
" Tapi Om, keren sih Om sudah memilih tempat ini, tempat ini kan tidak jauh dari kampus - kampus Om, tidak jauh juga dari kota " kata Rara berpendapat.
" Ah kamu ini, sok tahu" kata Ibu sambil tertawa
" Rara benar Bu Herman, kampus - kampus jarang ada ditengah kota, mereka lebih suka berada di pinggir kota. Selain harga tanahnya murah, biaya pembangunannya pun rendah, sehingga mereka dapat membangun banyak bangunan dengan seluas - luasnya. Bahkan tidak jarang perguruan tinggi itu membangun asrama untuk para mahasiswanya." Om Dinar memberi penjelasan.
" Oh begitu ya pak" sahut Ibu sambil mengangguk - angguk tanda mengerti.
Om Dinar dan Ibu duduk di bagian depan, sementara Rara Dan Bi Lasmi duduk di barisan kedua, Rara memandang punggung Ibunya dan Om Dinar dari belakang,
' Andai Om Dinar tidak punya istri, mungkin aku akan menjodohkan Ibuku dengan Om Dinar' pikir Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Asa Benita
Ga begitu jg dong Rara... Masa baru berapa lama ditinggal ayah udah kepingin cariin ganti buat jd pasangan ibunya..
2022-06-08
0
Allessha Nayyaka
jgn2 yg menumbalkan ayahnya rara om dinar?
2022-05-22
0
anggita
Rara,, om Dinar...
2022-04-23
1