Lagi lagi hal ini terjadi, tidak ada satupun yang tahu apa penyebabnya. Bagus dengan sigap menggendong tubuh Indah untuk dipindahkan ke atas tempat tidurnya.
"Kalian jangan diam saja, cepat ambil air hangat dan handuk!" Perintah Bagus kepada Rara dan Bi Lasmi.
Rara segera mengambil baskom yang diisikan oleh air hangat dan juga handuk baru seperti yang diminta Bagus.
Sementara Bi Lasmi juga pergi ke dapur untuk memasak air dan membuatkan teh hangat untuk Indah.
Belum sampai Rara ke dalam kamar Indah terdengar suara teriakan dari Bagus. Rara tergopoh – gopoh masuk kedalam kamar Indah dan kini Bagus terlihat yang tergeletak di lantai kamar.
Pada punggungnya nampak seperti ada lebam, Rara terkejut melihatnya.
Rara takut penyerang yang waktu itu datang lagi ke dalam rumah itu. dia bergegas mencari Pak Shu. Pak Shu pun akhirnya datang ke kamar Indah untuk melihat apa yang terjadi. Rara Dan Pak Shu panik melihat banyak darah di atas tempat tidur Indah.
Rara dan Bi Lasmi mengurus Indah, setelah itu Bi Lasmi membantu Pak Shu menggendong Bagus ke kamarnya. Pak Shu dan Bi Lasmi bingung dengan apa yang terjadi.
Rara mencoba menghubungi Om Dinar lagi, tapi masih sama hasilnya, Om Dinar tidak bisa dihubungi lagi. Akhirnya Pak Shu menghubungi Pak Narto meminta tolong untuk membawakan dokter langganan Om Dinar agar bisa memeriksa kondisi Indah.
1 jam kemudian.
Akhirnya dokter pun datang langsung ditemani oleh Rara untuk memeriksa Indah. Pak Shu dan Bi Lasmi menunggu di luar kamar.
"Kamu sudah berkeluarga?" tanya dokter kepada Rara.
Rara menggeleng.
"Kamu siapanya Indah?" tanya dokter itu lagi.
"Saya kawan dari kawannya Indah" jawab Rara cepat.
"Kalau begitu panggil orang dewasa yang bisa bertanggung jawab untuk kemari menemui saya, karena ada yang perlu saya bicarakan. Siapa yang bisa saya ajak bicara di sini?" kata dokter itu lagi.
Rara menjelaskan bahwa dia sudah mencoba menghubungi Om Dinar seharian tapi tidak berhasil. Akhirnya Rara memanggil Pak Shu dan Bi Lasmi untuk bertemu dengan dokter dan Rara diminta untuk menunggu di luar kamar.
Rara baru saja mengetahui dari dokter penyebab Om Dinar tidak bisa dihubungi, menurut dokter alasannya adalah Om Dinar sedang menunggu keluarganya yang sedang dalam keadaan koma di rumah sakit. Rara yang mendengar kabar itu sedih jadinya. Rara mengira sakit istrinya Om Dinar sepertinya semakin parah. Rara kecewa Om Dinar tidak mengabarinya, padahal Rara sangat ingin berkenalan sekaligus menjenguknya.
Pak Shu dan Bi Lasmi terlihat sedih dan bingung saat keluar dari kamar Indah. Rara penasaran dengan apa yang terjadi didalam sana dan dia menanyakannya kepada Bi Lasmi. Bi Lasmi menjelaskan kepada Rara, dan Rara pun sangat terkejut.
Ternyata Indah baru saja mengalami keguguran akibat jatuh ke lantai, dan dokter menyarankan untuk segera membawa Indah ke rumah sakit agar segera ditangani.
Dan saat itu juga dokter menghubungi pihak rumah sakit untuk menyiapkan penanganan pasien yang keguguran dan
“Oh ya, Sus, saya juga minta ambulance segera datang dengan beberapa tenaga medis dengan peralatan untuk berjaga jika situasinya darurat terjadi.” kata dokter di teleponnya.
Rara melihat wajah cemas sang dokter, Rara merasa situasinya mengkhawatirkan.
“Berapa lama mereka akan sampai, Dok?” Tanya Rara.
“Mungkin 30 – 40 menit lagi mereka akan tiba disini. Karena pasti akan butuh waktu, tapi tenang saya sudah memberikan obat untuk menghentikan pendarahannya untuk sementara,” dokter itu meminta pengertian Rara.
“Iya, Dok. Tapi bisakah Indah dapat penanganan darurat dulu dari dokter? Rara takut ada apa – apa,” Rara memohon.
“Pastinya dokter sudah memberikan tindakan yang terbaik yang bisa beliau lakukan saat ini, lihatlah dokter ini pun masih berusaha. Saya tahu karena mantan suami saya berprofesi sebagai dokter juga, dan saya sering menemaninya. Sebaiknya kamu temani pasien,” tiba – tiba bu Tania memberikan pendapatnya.
Tidak ada yang tahu sejak kapan bu Tania ada disana dan menyaksikan semuanya. Rara yang mendengar perkataan bu Tania , bergegas masuk ke dalam kamar Indah dan menemui Indah. Di sana Rara melihat Indah sudah sadar dan Indah sedang menangis. Rara mendekatinya dan memeluknya.
Lalu Rara meminta hand phone Indah untuk menghubungi beberapa keluarga dan sahabatnya. Pada awalnya Indah menolaknya, namun setelah Rara memberikan pengertian bahwa kondisi yang Indah hadapi sungguh serius dan bisa membahayakan nyawa Indah, akhirnya Indah pun setuju.
Ternyata ambulance dan tenaga medis datang lebih cepat. Segera mereka membawa Indah. Namun dokter minta izin untuk tidak ikut mereka karena masih ada satu pasien lagi yang membutuhkannya. dokter melaporkan kepada tenaga medis itu tentang kondisi Indah.
“Saya akan ikut pasien, Dok” kata bu Tania menawarkan diri. Semua orang terkejut dengan penawaran Bu Tania.
“Baik, terima kasih. Maaf sudah merepotkan, kalau ada apa – apa segera hubungi saya,” kata dokter ke bu Tania sambil menepuk bahunya. bu Tania mengangguk tersenyum.
“Rara, titip Tiara ya. Dia sedang tidur sekarang,” pesan bu Tania sebelum akhirnya pergi dengan ambulance yang membawa Indah. Rara hanya mengangguk sedih.
Ketika akan masuk ke dalam rumah, saat yang bersamaan terdengar suara Bagus yang sedang berteriak-teriak meminta tolong. Bi Lasmi, Pak Shu dan dokter pun berlari ke arah kamar Bagus, di sana terlihat Bagus sedang meronta-ronta seperti sedang melepaskan diri dari cekikan.
Mereka pun panik dan membantu itu Bagus untuk sadar. namun saat itu terdengar Bagus menyebut-nyebut nama Angga. Bagus meminta Angga pergi dan meminta Angga untuk memaafkannya. Semua orang bingung dengan yang dikatakan oleh Bagus.
Apa maksud dari yang dikatakan oleh Bagus? Mereka jadi bertanya – tanya apa hubungannya dengan yang terjadi saat ini. Tapi sayang, Bagus segera tak sadarkan diri.
Dokter meminta kepada Rara, Bi Lasmi dan Pak Shu untuk membiarkan Bagus beristirahat dahulu. Jadi ketika Bagus sadar, dia bisa bercerita apa yang sebenarnya terjadi.
Rara, Bi Lasmi, Pak Shu, dan dokter menunggu di ruang tengah. Mereka sibuk dengan pikiran masing – masing, kecuali dokter yang terlihat sibuk mondar – mandir bertelepon mencari bantuan.
“Rara, tolong bantu saya mengabari pihak keluarga pasien ya,” kata dokter membuyarkan lamunan Rara.
“Eh .. eh .. iya, Dok,” sahut Rara tergagap. Seketika Rara tersadar.
“Oh ya, Dok. Keluarga pasien yang mana? Om Dinar kan tidak bisa dihubungi,” sahut Rara lagi.
“Nona Indah, dia sekarang sedang membutuhkan tindakan cepat. Baru saja saya dihubungi oleh rumah sakit. Tolong hubungi siapa saja orang terdekat Indah jika keluarganya tidak bisa dihubungi. Atau kamu bisa cek hand phone nya melalui riwayat panggilan terakhir atau panggilan keluar yang sering dihubunginya, hand phone nya masih padamu kan?” dokter memberikan instruksi kepada Rara.
“Handphone nya sudah dibawa dengan Indah, Dok. Tadi saya membantunya memasukkan ke dalam tas pakaiannya,” Rara menginformasikan.
Kemudian dokter menghubungi seseorang.
“Ma, hand phone pasien ada di tas pakaiannya. Tolong kamu periksa, dan hubungi segera keluarga dan
kenalannya. Tolong ya, aku minta bantuanmu,” dokter itu menginstruksikan kepada seseorang di telepon.
“Kenapa tidak minta tolong bu Tania saja, Dok. Kan bu Tania ada disana. Saya ada nomornya bu Tania kalau dokter membutuhkannya.” Kata Rara ketika dokter itu menutup teleponnya.
“Tidak perlu, Rara. Terima kasih,” cegah dokter itu.
“Sebaiknya kamu duduk disini saja sambil menunggu perkembangan Bagus, saya akan mengecek dia di dalam,” kata dokter itu lagi.
Rara menurut, dan dia duduk bersandar di samping Bi Lasmi yang sudah duduk disana.
Rara pun jadi berasumsi sendiri karena tidak sabar menunggu Bagus sadar.
Mungkin saja Angga itu sudah bangun dari komanya, dan dia datang kesini menyerang Bagus.
Kalau memang benar demikian, apa motif penyerangan yang dilakukan Angga?
Bukankah Bagus sahabatnya dari kecil?
Tapi apakah mungkin Angga menyerang Indah yang sedang hamil?
Kalau bukan Angga yang menyerang Indah, lalu siapa yang menyerang Indah?
Apakah tujuannya agar orang tidak tahu bahwa dia sudah menghamili Indah?
Apakah Angga tersangka utamanya?
Tapi apakah mereka benar diserang seseorang?
Ah, Rara merasa terlalu penat kepalanya untuk memecahkan teka – teki ini.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari kamar Bagus dan mengabarkan kalau Bagus sudah sadar.
Rara dan Bi Lasmi bergegas untuk masuk ke dalam kamar Bagus. Langkah Rara sempat terhenti karena melihat Pak Shu yang tidak mau beranjak dari duduknya. Pak Shu duduk tertunduk.
“Mungkin Pak Shu tertidur, ah sudahlah. Kasian beliau, mungkin sangat lelah” gumam Rara. Lalu melanjutkan langkahnya memasuki kamar Bagus.
Bi Lasmi memberikan segelas teh hangat kepada Bagus. Bagus menerima dan meminumnya.
Setelah sadar Bagus pun bercerita kalau sebenarnya dia dan Indah menjalin sebuah hubungan di belakang Rani dan Angga. Pengakuan yang sungguh mengejutkan semua orang. Lalu apa hubungannya dengan penyerangan yang dialami Bagus dan Indah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lina Sandi
aku jg bingung
2022-06-02
0
Fadhil Erland Bolo Bolo
bingung
2022-05-22
0