Rara akhirnya menepis pikirannya.
'Ah mungkin aku terlalu lelah sehingga terlalu banyak berpikir'
Seorang perawat keluar dari kamar Roy dan membawa berita baik.
"Keluarganya Royan Hardi" panggil perawat itu.
"Saya adik kandungnya," sahut Rani berlari mendekati perawat tersebut.
"Maaf, dengan siapa namanya, Kak?" Kata perawat itu sambil melihat catatan di papan yang dibawanya.
"Rania Hardi" sahut Rani.
"Royan sudah siuman."
"Alhamdulillah ya Allah!" Seru Rani bahagia.
"Tapi beliau jangan diajak bicara yang berat berat dulu ya, Kak. Karena sepertinya beliau masih trauma dan syok" kata perawat itu meminta kepastian dari Rani.
Rani mengerutkan dahinya.
"Memang apa yang terjadi dengan kakak saya, Sus?" Tanya Rani khawatir dengan kondisi kakaknya.
"Masih di observasi, Kak. Karena ada luka dan pendarahan di tempat vital, apakah Kak Rani bersedia menemui Dokter yang merawat Pak Royan ?"
"Apa saya tidak bisa menemui kakak saya dulu?" Tanya Rani penasaran dan tidak sabar menemui kakaknya.
"Minta informasinya, Kak. Yang membawa Pak Royan ke rumah sakit siapa?"
"Saya dan kawan saya" jawab Rani cepat.
"Yang akan bertanggung jawab dengan pasien siapa? " Tanya perawat itu lagi sambil masih sibuk mencatat membuat Rani makin kesal dan tidak sabar.
"Maaf Sus, saya tidak bermaksud kasar, tapi semua infonya sudah tertulis disana, saya yang menulisnya. Kalau suster takut saya mencelakai kakak saya, temani saya menemui kakak saya," bentak Rani.
Rara langsung bergegas mendekati Rani dan memeluknya agar Rani lebih tenang. Itu menjadikan Rani pusat perhatian para penunggu pasien ICU disana.
"Tolong jangan buat keributan, ini ICU" kata suster itu memperingatkan.
"Maafkan kami Sus, kawan saya ini sangat dekat dengan kakak satu - satunya itu, wajarlah kalau dia sangat khawatir" kata Rara memohon pengertian Suster.
" Bisakah kami bertemu degan kedua orang tua mereka?" Tanya perawat itu ke Rara.
"Kami mahasiswa yang merantau, Sus. Dan ... " Belum Rara menyelesaikan kalimatnya.
Terdengar Rani mendengus kesal.
" Terlalu bertele - tele , pantas saja banyak pasien yang mati saat ditangani rumah sakit ini," gumam Rani kesal. Namun, hal tersebut terdengar oleh perawat tersebut.
Terlihat perawat tersebut mengambil nafas dalam untuk bersabar menghadapi Rani.
"Kapan kami bisa menemui Roy?" Tanya Rara lagi.
" Anda punya hubungan apa dengan pasien?" Tanya perawat itu lagi
"Sus, kalau pertanyaan dibalas pertanyaan lagi tidak akan habis. Kita disini bukan untuk ikut Misteri Kuis!" Rani marah - marah.
"Katanya suster bilang kami bisa menemui Roy setelah ada keputusan dari Dokter, Saya mengerti maksud Suster, apalagi dengan keadaan Roy yang seperti itu, pasti kami bisa jadi adalah tersangka utama, Bisa kami segera ketemu Dokternya ?" Kata Rara panjang lebar yang juga mulai kesal dengan perawat itu.
"Kalau boleh tahu kakak namanya siapa?" Tanya perawat itu lagi.
"Sekali lagi bertanya, gue tonjok lo. Cepat bawa kami ke dokternya" kata Rani mulai mengeluarkan kata kasar dan menunjukkan kepalan tangannya ke wajah perawat tersebut. Perawat tersebut mulai mundur selangkah ketakutan.
"Baik, Ikut saya."
Akhirnya Rara dan Rani diantar menemui Dokter yang menangani Roy.
Akhirnya Rara dan Rani mengikuti arah ke mana perawat itu berjalan. Sesampainya di ruang dokter , Rani dan Rara dipersilahkan duduk. Perawat itu pun meninggalkan mereka berdua di ruangan dokter.
Rani dan Rara mendengar penjelasan dari dokter, bahwa Roy sekarang sedang dalam keadaan syok dan masih belum sepenuhnya sadar. Dia bahkan butuh bantuan transfusi darah. Dan banyak penjelasan tentang yang dialami Roy. Beberapa pertanyaan diajukan oleh dokter itu untuk mengetahui beberapa informasi keadaan Roy saat kejadian yang menimpa Roy.
Tidak banyak informasi yang diberikan oleh Rani dan Rara, karena mereka sendiri pun tidak sedang bersama Roy dan tidak pula menyaksikan apa yang menimpa Roy.
Rani dan Rara hanya memberikan kesaksian bahwa mereka sudah menemukan Roy dalam keadaan seperti itu.
Akhirnya dokter pun meminta untuk Rani menghubungi kedua orang tuanya, berjaga - jaga bila diperlukan tindakan kepada Roy, ada pihak keluarga yang lebih berhak untuk menyetujui dan bertanggung jawab.
"Menurut Rara sih aneh aja Kak kalau dokter meminta orang tua lebih bertanggungjawab. Kan Kak Rani pun sudah diatas 20 tahun. Seharusnya sudah dianggap dewasa dalam mengambil keputusan, " Kata Rara saat mereka berdua meninggalkan ruangan Dokter itu.
Rani hanya mengangguk - angguk,
"Kita ambil hikmahnya saja, Ra. Aku juga tidak ingin mengambil keputusan untuk Kak Roy yang nantinya akan ku sesali, apalagi dia abangku yang ku sayang, " jelas Rani.
Rara kini pun mengangguk tanda mengerti.
"Senangnya punya saudara yang saling sayang, " puji Rara menatap Rani.
Rani balas menatap, lalu kemudian akhirnya dia tersenyum
"Kamu juga boleh menjadi adikku, tapi lapor dulu sama kak Roy, mau tidak dia anggap kamu adiknya " seloroh Rani sambil tertawa. Rara pun turut tertawa karena membayangkannya.
Tiba - tiba dia teringat keanehan Bi Lasmi di pesannya.
"Kak, aku ingin bicara sesuatu, " Rara berubah serius.
Rara menatapnya heran, "Bicaralah, "
Rara melihat ke sekeliling lorong rumah sakit itu. Sangat sepi.
"Aman tidak ya kalau bicara disini?" Kata Rara.
Kini berganti Rani yang celingukan melihat ke lorong rumah sakit yng sedang mereka lalui.
"Aman kok, tidak ada siapa - siapa juga" sahut Rani.
" Tidak, Kak, sebaiknya kita bicara di lobi rumah sakit saja, " kata Rara tergesa - gesa sambil menarik pergelangan tangan Rani.
Rara ingin cepat sampai lobi rumah sakit, karena sedari tadi sejak berjalan dilorong rumah sakit tersebut, Rara merasa ada yang memperhatikan mereka, dan mengikuti langkah mereka dari belakang.
suaranya terdengar sangat jelas, namun sepertinya Rani tidak mendengarnya. awalnya Rara hanya mengabaikannya, namun ketika langkah itu semakin jelas dan semakin dekat, Rara mulai ketakutan.
Sesampainya di lobi rumah sakit, Rara mengambil tempat ditempat duduk yang kosong untuk Rara dan Rani duduk.
"Ini kak lihat," Rara menunjukkan chat nya di aplikasi lesan dengan Bi Lasmi kepada Rani.
Rani mengerutkan dahinya, kepalanya sesikit tertarik mundur.
"Naaah .. benar kan perkiraanku? Memang ada yang aneh " wajahnya mendekat ke wajah Rani, tapi Rani tak menyadari itu sambil terus membaca chat nya.
"Titip belikan bumbu saset, ...
jangan lupa catatan yang bibi kasih, ...
tomatnya tidak usah ..
Di mana anehnya sih?" tanya Rani sambil terus scroll kebawah dan membaca isi pesannya.
"Stop .. stop .. kak Rani baca apa sih," wajah Rara lebih mendekat ke arah layar hp nya yang sedang di pegang Rani.
Rani menoleh ke arah Rara, dan
"AAAAAAH!!! " kata Rani dan Rara hampir bersamaan.
Rara menampar lengan atas Rani,
"Apa sih kok teriak, aku kaget tahu! "
Rani teriak "Aduuuh!! kok aku yang dipukul sih?! " kata Rani tak terima.
"Nih rasakan balasannya, " Rani membalas tamparan lengannya dengan menampar bahu Rara.
"Kamu pikir cuma kamu yang kaget, wajahmu kena cahaya layar Hp itu jadinya terlihat menakutkan, ku pikir kamu setan! " Rani meluapkan kekesalannya.
"Lagian kamu itu kok sok misterius sekali, chat Bi Lasmi kamu anggap aneh, titip belanjaan kok kamu anggap aneh" Rani menggeleng - gelengkan kepalanya sambil mengembalikan ponsel nya nya Rara.
Rara kebingungan menerima ponsel nya dan mulai mengecek isi chat nya.
Namun, Rani sudah beranjak pergi.
"Sudahlah aku mau ke sana dulu, berjaga di ruang tunggu, " kata Rani sambil berlalu.
"Owalaaah .. kak Rani salah lihat chat, lagian kakak kenapa sih malah lihat yang paling atas, ini loh chat terbarunya, yang paling bawah, " kata Rara berusaha mengejar Rani.
Sesampainya disana, Rara dan Rani terkejut melihat Om Dinar.
"Om, kok ada disini?" Tanya Rara.
"Bagus ke mana, Om?" Tanya Rani.
" Kalian darimana saja sih? Dari tadi Om mencari dan menghubungi kalian" kata Om Dinar agak kesal.
Om Dinar terdiam sejenak, mimik wajahnya sekarang terlihat sedih.
"Bagus belum ditemukan." Jawabnya sedih.
"Tapi, Om sudah lapor polisi. Oh ya, Om mau menyampaikan bahwa kebetulan orang tua Angga sudah tiba dan orang tua Rani sudah sampai dikota ini. Rara, kamu Om antar pulang ya, kamu harus istirahat. Dan Rani, nanti temui orang tuamu ya, mereka akan segera tiba sebentar lagi. Mereka masih diperjalanan menuju kesini."
Rani melihat jam tangannya
"Wah tidak terasa ya sudah sudah menjelang pagi, Pantas Ibu dan Ayah segera sampai." Kata Rani senang.
"Maaf Om harus segera pamit, salam untuk orang tuamu, Rara juga harus istirahat." kata Om Dinar segera pamit
" Baik Om, Om juga harus istirahat. Saya akan menghubungi teman - teman kak Bagus dan Kak Roy untuk meminta bantuan mereka mencari kak Bagus, Setiap ada kabar akan Rani kabari ke Om, Om tenang ya" Kata Rani menenangkan Om Dinar.
Om Dinar mengangguk sambil senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Leo Kim
ceritanya bagus ... i like it..bikin penasaran...
2022-05-20
0
rwidya
Apa kabar semua?
2022-05-12
1