Rara terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan jam 7 Pagi. Dia segera melompat dari tempat tidurnya.
"Aduh aku kesiangan," Rara berlari menuju dapur.
Tapi ketika melintasi meja makan, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Disana ada Rani, Bi Lasmi, Pak Shu, dan Indah. Rara menggosok - gosokan wajahnya dan matanya, Rara terheran dengan apa yang sudah dilihatnya. Mengapa semua ada disini dan terlihat normal?
"Ayo ikut sarapan, Mbak Rara" kata Bi Lasmi.
"Bi Lasmi? kok tidak membangunkan Rara? Maaf Bibi malah menyiapkan semuanya sendiri," sesal Rara sambil menuju meja makan.
Sarapan bersama itu terasa hening. Tidak ada obrolan ringan, bahkan dentingan sendok beradu dengan piring pun tidak. Rara mencoba sadar, karena menganggap semuanya hanya mimpi, namun susah sekali untuk menyadari apa yang terjadi.
Rara melirik ke arah Rani, 'kok dia disini? Roy bagaimana?' pikir Rara.
Rara memperhatikan Indah, 'Kok bisa ya kak Indah diam saja? kok tidak ada yang bertanya tentang keadaan Indah? Apa sudah ditanyakan tapi aku tidak tahu?' Rara penasaran sampai tidak melepaskan pandangannya dari Indah.
'Sebenarnya malam itu ada apa ya dengan Indah, Roy dan Bagus? Apakah Rani tidak masalah dengan Indah karena Roy masuk Rumah Sakit?' Pikir Rara lagi.
Lalu Rara menggelengkan kepalanya menepis pikiran - pikiran yang berprasangka dengan orang - orang disekitarnya.
'Lebih baik aku fokus makan saja, mungkin efek bangun tidur kesiangan,' batin Rara.
Tiba - tiba Rara teringat yang baru saja dilihatnya seperti sebuah keganjilan. Seingat Rara saat melirik ke arah Rani dan Indah\, mereka terlihat pergerakan makannya seperti *slowmotion.*
Untuk memastikannya Rara hanya sedikit melirik ke piring Rani dan Indah untuk memastikannya. Dan benar saja apa yang Rara lihat. Rara tidak berani memandang langsung wajah Indah dan Rani. Akhirnya Rani melirik ke Bi Lasmi untuk mengalihkan pandangannya, namun ternyata Bi Lasmi juga bergerak seperti itu. Bi Lasmi tiba - tiba menatap wajah Rara dengan pandangan dingin dan tersenyum sinis membuat Rara terkejut dan merinding, begitu pula dengan Rani dan Indah, Rara merasa ketakutan, dan Rara spontan bangun dari duduk sambil berteriak.
"AAAAAAAAAAHHHH!!!"
Tiba - tiba semua terasa gelap, dan ...
"BRUUUUG!!! ... DAAAKK!!!"
Rara jatuh pingsan ke lantai dan kepalanya membentur lantai dengan keras.
\=====
Rara merasa tubuhnya sakit semua, terlebih kepalanya, sehingga Rara tidak mampu membuka matanya karena terlalu pusing. Sebagai awal Rara hanya mampu menggerakkan jari - jarinya. Rara berpikir apakah baru saja dia telah bermimpi buruk ?
"Mbak Rara ... Mbak Rara ..." pipi Rara di tepuk - tepuk perlahan oleh Bi Lasmi.
"Hmmmm ... " Rara hanya bisa sedikit menggerakan kepalanya. Sebagai tanggapan panggilan Bi Lasmi.
'Hah.. suara Bi Lasmi???' Tiba - tiba Rara teringat sesuatu, dan
"AAAAAHHH!!!" mata Rara terbuka lebar dan berteriak ketakutan.
"Mbak .. Mbak Rara .. ini Bibi .." Kata Bi Lasmi sambil mengusapkan air ke wajah Rara beberapa kali sampai Rara tenang.
Rara melihat ke arah Bi Lasmi. Memandanginya dengan benar - benar meneliti wajah Bi Lasmi. Setelah yakin itu Bi Lasmi, Rara bangkit dari tidurnya dan langsung memeluk Bi Lasmi sambil menangis.
"Rara mau pulang saja, Bi" rengek Rara.
Bi Lasmi hanya memeluk dan mengelus - elus punggung Rara untuk menenangkannya.
Kini Rara sudah mulai tenang.
"Aku kenapa, Bi? " Tanya Rara.
" Mbak Rara sejak bangun tidur sudah bertingkah aneh, seperti kesurupan, terus Mbak Rara marah - marah lalu pingsan. " Bi Lasmi menjelaskan kepada Rara.
'Kesurupan? Beberapa aku ingat terakhir aku berada di meja makan bersama Bi Lasmi, Pak Shu, kak Indah, kak Rani ... Eeeh di mana ya kak Rani dan kak Indah? ' Pikir Rara sambil matanya mencari kedua sosok itu.
"Cari siapa, Mbak Rara? "
"Kak Rani dan Kak Indah kemana ya? " Tanya Rara.
"Mbak Indah masih belum bangun dari tempat tidurnya, Mbak Rani masih di rumah sakit menjaga Mas Roy" sahut Bibi.
"Mbak Rara, bangun yuk, sudah Bibi siapkan sarapan di meja makan, Bibi tidak ada temannya nih untuk sarapan, " lanjut Bi Lasmi sambil tersenyum.
"Oke, Bi" sahut Rara.
\======
Rara sangat semangat hari ini, dia ingin membersihkan dan merapikan rumah ini agar pantas sebagai Rumah Singgah.
Rara merasa tidak enak hati dengan Om Dinar yang sudah mempercayakan rumah ini kepadanya.
Rara juga menyapu halaman rumah. Dia melihat papan nama kayu itu sudah dipasang di depan rumah ini.
'Hmmm... kapan papan itu dipasang ya? Kok aku tidak melihatnya semalam? ' pikir Rara sambil mengingat - ingat hal semalam.
Rara mengingat kejadian semalam, dia menemani Rani di RS dan pulang ditemani oleh Om Dinar pada pukul 4 pagi.
'Berarti benar, yang terjadi tadi adalah benar di luar kendaliku saja seperti yang dituturkan oleh Bi Lasmi. Tapi kenapa terasa seperti nyata ya? ' pikir Rara.
Rara bersantai duduk di halaman rumah itu sambil memegang hand phone nya. Dia sedang merancang untuk promosi di media sosial nya tentang Rumah Singgah ini.
"Permisi .. permisi .. " Rara terkejut dengan teguran seorang wanita separuh baya di hadapannya.
"Ya Bu, ada yang bisa saya bantu?" Rara menanggapi dengan sopan.
Wanita itu sangat cantik meskipun sudah berumur, pakaiannya pun terlihat mewah. Rara melihat ada mobil mewah terparkir di luar pagar.
"Ini Rumah Singgah? " Tanyanya.
"Benar, Bu" sahut Rara bersemangat.
"Untuk singgah disini, kami harus menghubungi pemilik atau pegawainya ya? " Tanyanya lagi.
"Bisa dengan saya, Bu. Perkenalkan, saya Rara. Silahkan masuk, Bu. Kita bicara di dalam, " ajak Rara.
Wanita itu mengikutinya masuk ke dalam rumah, dan dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu.
Rara masuk ke dalam kamar, dia bingung harus apa. Tanpa pikir lagi dia mengambil notebook mungilnya dan alat tulisnya, serta kuitansi yang dulu sering berada di tas kuliahnya karena Rara dan Ibunya membuka katering dan Rara yang selalu mengurus masalah pembayarannya.
Rara menemui wanita yang baru saja ia temui dengan percaya diri.
"Maaf Bu, dengan Ibu siapa dan dari mana? " Tanya Rara sambil membuka notebook nya.
Meskipun dulu Rara pernah kesal dengan Ayah yang hanya mampu membelikannya sebuah notebook, bukan laptop, tapi kini dia merasa bersyukur alat itu sekarang berguna baginya.
"Tania. Jakarta" sahut wanita itu singkat.
"Rencana mau menginap berapa hari Bu? sendiri atau ada yang menemani? " tanya Rara lagi.
"Bisakah kamu menjelaskan fasilitasnya ada apa saja? dan ada berapa kamar? " tanya wanita itu.
"Baik bu, saya akan menjelaskan dan mengajak ibu untuk berkeliling rumah ini, mari saya antar " kata Rara.
Akhirnya wanita itu setuju untuk menginap disana.
Setelah transaksi, wanita itu memarkirkan mobilnya ke halaman rumah.
Sementara itu Bi Lasmi dan Pak Shu membantu membereskan dan merapikan kamar yang akan ditempati bu Tania.
Bu Tania mengeluarkan dua tas pakaian dan menggendong seorang anak perempuan yang masih balita. Mereka cukup menarik hingga menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Rara. Namun Rara menahan keingintahuannya dan membantu bu Tania itu membawa tasnya.
Bi Lasmi tersenyum melihat Rara, dia tidak percaya Rara bisa bersikap dewasa.
Setelah mengantar bu Tania ke kamarnya, Rara segera menemui Bi Lasmi dan memeluknya tanda kegembiraan yang dirasakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Cita N
ih deg-degan saya bacanya
2022-06-26
0
anggita
oke, trus berkarya, smoga novelnya sukses yah...
2022-04-23
1