Setelah semalam menginap di hotel, pagi ini Reza langsung memboyong Alisha ke apartemen yang ia beli khusus untuk Alisha dari awal mereka pacaran. Namun, setelah mengantar Al, Reza pamit untuk menemui seseorang, Alisha pun mengizinkannya karena memang apartemen ini sudah tertata rapi tak perlu di bersihkan lagi.
"Besar juga apartemennya. Padahal cuma berdua," guman Alisha sembari menaruh baju-baju miliknya yang dikirim langsung dari kost-an Alisha.
"Kak Ovi, gimana kabarnya ya? Sayang banget dia nggak bisa datang ke acara resepsi," Al terkekeh sambil mengingat teman kostnya itu
"Enak lu, bentar lagi tinggal di apartemen punya suami, kaya, nggak perlu susah-susah lagi nyari taksi atau ojek."
Alisha mengingat obrolan terakhirnya kemarin sebelum berangkat ke bandung dan membuat Alisha kembali tertawa.
Dret Dret
Dering ponsel mengalihkan perhatian Alisha dia melihat layar dan tertera nama sang ibu mertua disana. "Asallamualaikum, Mi."
"Walaikumsalam, Sayang. Sudah di apartemen?"
"Sudah Mi."
"Bisa ke rumah nggak nanti sore?" Terdengar nada sedikit memohon dari sang ibu mertua.
"Em-- bisa Mi. Tapi izin, Mas Reza dulu ya?"
"Memangnya, Reza kemana, Sayang?"
"Mas Reza keluar Mi, ada kepentingan katanya."
"Ya sudah, Mami tunggu ya? Emm-- kalau nggak nanti Mami yang hubungi Reza buat izinin kamu ke rumah, Mami."
"Baik, Mi. Al ikut aja," jawab Alisha tak mau membuat ibu mertuanya kecewa. Sambungan telepon pun akhirnya di putus setelah pembicaraan antar mertua dan menantu itu selesai.
"Mas Reza, kemana ya? Sudah siang begini masih belum pulang. Di kirimi pesan dari tadi juga nggak di balas," tutur Alisha yang mulai khawatir.
Sedangkan di sebuah kawasan rumah sakit. Pria yang Alisha nantikan sedang berdiskusi dengan salah satu dokter mengenai wanita yang dia jumpai tadi.
"Gimana kondisinya, Dok?"
"Sudah cukup baik, tapi tolong jaga emosinya, ya Pak. Kondisinya sekarang sudah stabil,tapi tekanan darahnya masih tinggi."
"Apa perlu di rawat, Dok?" tanya pria bernama lengkap Reza Fahri Pratama itu sedikit cemas. Karena jika di rawat ini akan menambah pekerjaannya dan pasti akan membuat istri tercintanya curiga.
"Tentu, Pak. Karena darah tinggi sangat riskan untuk wanita hamil. Jadi harus dipantau untuk sementara waktu."
"Baik, Dok. Lakukan sesuai prosedur saja," sang dokter pun mengangguk.
"Tolong jaga rahasia ini! Saya tidak mau jika hal ini terdengar ke telinga keluarga apalagi istriku."
"Siap, Bos!" ucap kaki tangan Reza.
"Argh!" Reza meremat kepalanya kesal dengan kondisi ini.
"Jika waktu itu aku mendengar larangan al, hal ini tidak akan terjadi. Si Arav juga brengsek! Aku akan buat dia segan untuk hidup jika wanita sialan ini merusak hubunganku dengan Alisha."
Setelah tenang Reza mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi seseorang.
"Iya, Pak Reza?" jawab seseorang disebebrang sana.
"Tolong kamu cari tahu tentang wanita bernama Davina Permata. Semua tentangnya," pinta Reza.
"Kalau boleh tahu siapa dia, Pak?" tanya sang asisten yang cukup terkejut karena sang atasan kembali memintanya mencari detail seorang wanita.
"Cari saja! Dan satu lagi jangan sampai orang lain tahu."
"Baik, Pak. Akan segera saya lakukan."
"Kirim lewat email saja!"
"Ba--"
Tut
Panggilan terputus.
"Siapa dia?" gumam Rizal yang terkejut Reza memutus secara sepihak sambungan telepon itu.
***
Setelah mendapat telpon dari sang mertua tadi siang, kini Alisha tengah bersiap-siap untuk bertandang ke kediaman sang suami. Dengan di jemput oleh supir pribadi milik mami Nadine.
"Assallamulaikum," seru Alisha sesampainya di depan pintu kediaman besar itu.
"Walaikumsalam, Sayang," mami Nadine sumringah menantunya datang dengan wajah ayu nan teduh yang selalu membuat dirinya mencintai gadis ini.
"Ada apa Mi,? Ada yang penting atau gimana?" tanya Al.
"Nggak ada apa-apa, Sayang. Tadi pagi Mami mu tiba tiba sesak nafas," sahut papi Raja yang datang dari arah belakang mereka.
"Mami sakit?" tanya Alisha khawatir.
Mami Nadine menggeleng dan tersenyum. "Sudah nggak apa-apa."
"Mungkin Mami kecapekan ya, Pi? Kemarinkan tamunya lumayan banyak."
"Iya Nak, kata dokter begitu," jawab papi Raja.
"Yuk! Ke kamar Mami, Alisha pijitin biar Mami relaks." Alisha menggandeng lengan dan mengajak sang ibu mertua untuk beristirahat.
"Kamu benar, Mi. Dia tetap tidak berubah, senyum tulus itu tetap tersemat di wajah ayunya. Beruntung Reza bisa memilikinya," benak papi Raja sambil melihat dua punggung itu menghilang di balik pintu kamar.
Waktu tak terasa begitu cepat, mami Nadine yang merasa nyaman langsung tertidur. Sedangkan Al yang tak ingin mengganggu memilih keluar kamar dan menuju ke kamar reza di lantai dua.
"Hah! gerah, mandi enak ya sekalian lihat udah selesai belum," lirihnya sambil cekikikan. Alisha langsung bergegas mengambil handuk baru di lemari Reza dan mengambil pakaiannya di dalam tas yang ia bawa.
***
Jika Al tengah menikmati mandinya di apartemen Reza sedang kalang kabut karena istrinya tidak ada di tempat. "Al!" teriak Reza.
"Dimana dia?"
Setelah mencari di beberapa tempat dan tak menemukan sang istri Reza baru menyadari jika sang istri sedang berada di kediaman orang tuanya.
"Astaga dia kan di rumah, Mami!" Reza menepuk jidatnya sendiri dan terkekeh. Namun sedetik kemudian ia teringat sesuatu dan tanpa menunggu lama Reza langsung bergegas keluar apartemen menuju mobilnya dan melajukan kendaraannya ke rumah orangtua nya dengan kecepatan di atas rata-rata.
.
.
"Pih dimana Al?" tanya Reza yang berpapasan dengan sang papi.
"Kamu kenapa?" tanya papi Raja yang melihat anaknya itu kebingungan.
Al dimana PI?"
"Reza, istrimu am--"
Tanpa mendengar kelanjutan kalimat yang Papi raja lontarkan Reza berjalan cepat dan sedikit berlari menaiki tangga menuju kamarnya. "Ya Allah jangan sampai," batinnya terus berdoa.
Brak
Reza membuka pintu itu dengan tergesa. Namun pemandangan yang tak Reza inginkan kini tengah tersaji di hadapannya.
Beberapa waktu lalu.
"Ternyata habis mandi dingin."
Alisha yang merasa dingin setelah selesai mandi langsung beringsut ke atas tempat tidur karena ia masih belum selesai datang bulan, jadi ia tak perlu turun untuk ikut solat berjamaah di musola bawah.
"Oh ya kemarin, Mas Reza naruh amplop coklat di nakas ini kan ya? Lihat boleh kali, ah."
Alisha membuka laci nakas dan ternyata benar amplop itu masih ada disana. "Buka apa nggak ya?" Alisha menimang, karena bagaimana pun itu adalah urusan suaminya.
"Buka aja lah nggak mungkin, Mas Reza marah. Selama ini aja aku sering di suruh buka ponselnya dan baca isi pesannya," gumam Alisha meyakinkan dirinya.
Sret
"Eh--"
Sesuatu jatuh dari dalam amplop. Sebuah kertas kecil berwarna hitam membuat alisha mengernyit. "Ini bukannya foto USG, ya?" benaknya.
Tanpa menunggu Alisha langsung menyobek amplop itu, menarik kertas dan membukanya lebar-lebar. Al membaca setiap kata yang tertera di kertas itu kadang ia mengernyit kadang ia membulatkan matanya. Namun, Alisha terkejut dan refleks menutup mulutnya saat nama ayah yang tertera disana adalah nama suami yang ia nikahi beberapa hari yang lalu.
"ini prank, 'kan? " lirih Alisha. Tanpa sadar air mata itu jatuh hingga membasahi pipi bulatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
nenk 'yLa
nyesekk ya al
2023-04-04
0
Jamilah Mila
lnjut
2022-03-18
1