Cahaya matahari masuk melewati celah tirai jendela yang tak tertutup rapat di sebuah kamar apartemen milik si pria yang ahli menjadikan para wanita menjadi cantik dan rupawan karena ketrampilan jari-jarinya.
Pria yang masih bergelung dibawah selimutnya itu terbangun karena sinar matahari mulai mengusik indera penglihatannya. Perlahan dia membuka selimutnya, mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju jendela. Dia sibakkan tirai itu sehingga pemandangan dunia nyata nampak di depan matanya.
Otot serta dada bidangnya berkilau karena terpaan sinar mentari yang semakin tinggi membuat tubuh atletis yang selalu tertutup penampilan feminimnya itu terlihat dengan jelas.
Tato burung phoneix juga terpampang jelas tergurat di punggung hingga menutupi sebagian pinggangnya, terkadang alisnya menyatu saat mengingat bagaimana rasa sakit setelah mencetak lukisan itu pada tubuhnya.
Helaan nafas berat begitu menggambarkan suasana hatinya saat ini, teringat dengan pria yang tadi malam datang ke tempatnya tanpa undangan. Entah harus bagaimana dia mengambil sikap menangani seseorang itu.
Pertemuan yang tak di sengaja dan berakhir menjadi sebuah ketergantungan sama sekali tak pernah ia sangka, rasa sakit tentang sebuah hinaan membuatnya berjanji tak akan mau berurusan dengan kata yang selalu di agung agungkan para manusia, CINTA. Namun pertemuannya dengan seorang Andra Dirgantara, seorang anak pengacara terkenal yang sangat kondang di dunia hukum itu membuat mereka terikat sebuah perasaan terlarang.
Vier yang tak ingin lebih dalam lagi mengecewakan wanita terpenting dalam hidupnya, yaitu seorang wanita yang telah rela mengandungnya selama sembilan bulan memutuskan dengan sepihak hubungan itu. Tapi, rasa cinta yang terlanjur begitu dalam di hati Andra membuat pria itu tidak rela, jika Vier menjauhinya atau bahkan berniat melupakan kisah mereka.
Cek lek
"Pagi Vi!" ucap Andra menyambut Vier di depan pintu kamar dengan senyum yang akan membuat para wanita meleleh.
"Aku sudah membuat sarapan!" lanjutnya. Andra mengambil tangan vier menariknya dan membawa ke ruang makan.
"Aku buat panekuk kesukaan mu, cobalah!" Andra mendorong piring itu agar lebih dekat dengan Vier.
"Sampai kapan kau akan disini, apa managermu tak mencarimu?" tanya Vier tanpa menyentuh makanan itu.
"Beberapa pekerjaan sudah aku batalkan jadi aku akan disini, mungkin beberapa bulan!" ujarnya sambil menyenderkan tubuhnya di kursi.
"Aku akan carikan kau tempat tinggal!" ujar Vier sambil meminum sedikit susu yang ada di samping kanan tangannya.
"Kenapa harus mencari tempat baru, bukankah kita biasa tinggal di satu apartemen?" ucapnya memandang Vier penuh cinta. Berharap pria di hadapannya ini bisa melihat jika hatinya hanya milik Vier seorang.
"Aku tidak ingin membuat Mami sakit lagi, jadi tolong jaga sikapmu!" Vier menahan kesal, menatap dingin ke arah Andra.
"Apa selama ini aku kurang menjaga sikap?" tanya Andra menatap Vier tak kalah dingin.
"Aku sudah bilang, hentikan Andra!" seru Vier hingga tubuhnya refleks berdiri dan menjatuhkan kursi itu.
"Aku tidak akan pernah menghentikannya!"
Prang
Andra membanting piring yang ada di hadapannya, namun Vier tetap pada tempatnya tak terganggu sedikitpun. Karena hal ini sudah sering terjadi di antara mereka.
"Aku akan ke butik, jangan lupa hubungi managermu jika kau di Indonesia!" Vier berlalu, mengambil kunci mobil di tempatnya dan keluar dari apartemennya meninggalkan Andra sendirian.
"Aagrh! kau tak bisa perlakukan aku seperti ini, Vier!" teriaknya.
Vier yang masih berada di depan pintu menghentikan langkahnya. Dia menyandarkan tubuh tegapnya di pintu dan memejamkan matanya, "maaf!" lirihnya.
***
Jam menunjukan pukul 8 pagi, perempuan yang selalu on time itu kini sedang mengusap peluh yang sedikit menetes di dahinya. Terlihat ia mondar mandir kebingungan, karena taksi yang ia tumpangi tak bisa berjalan, alias mogok.
Beberapa kali jari-jarinya menscroll ponselnya untuk memesan taksi lain, namun tak ada satupun yang merespon, sungguh hari yang sial, pikir Alisha.
Blug
Terdengar seseorang menutup pintu mobilnya setelah berhenti di pinggir jalan tepat di depan taksi yang berhenti.
"Kenapa?" Alisha yang mendengar suara itu mendongak menatap seseorang itu tanpa berkedip.
"Butuh tumpangan?" lanjutnya.
Alisha yang masih terkejut terdiam tak menjawab pertanyaan Vier. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Vier sambil menepuk pundak Alisha pelan.
"A a sa saya tidak apa, Kak!" jawabnya tergagap.
"Yuk, aku antar?" tawar Vier kembali.
"Maaf, Kak. Nanti merepotkan." Alisha tersenyum canggung, tak tahu harus melakukan apa.
"Nggak apa-apa, bayarannya aku akan tagih ke Reza nanti!" ucapnya sambil tersenyum khas dengan bahasa tubuhnya yang tinggi semampai.
"Baik kalau begitu, Kak!" Alisha berdiri sedikit merapikan bajunya.
"Mas saya tinggal ya?" ucapnya pada supir taksi yang sedang berusaha membuat mobilnya menyala kembali.
"Iya Mbak, maaf ya!" Alisha tersenyum, "nggak apa mas!" lanjutnya.
Di dalam mobil..
Suasana canggung diantara keduanya membuat keheningan, jika ada satu saja nyamuk disana suaranya pasti akan lebih mendominasi. Vier yang tak tahu harus bersikap bagaimana, mencoba mencari topik dengan menggunakan nama sepupunya.
"Bekerja di tempat Reza 'kan?" tanya Vier.
"Iya Kak. Saya sekretarisnya Pak Ryan," jawab Alisha.
"Oh ya, sejak kapan?" tanya Vier.
"Sejak Pak Ryan menjabat menjadi CEO, Kak."
"Berarti sudah lama ya?" Alisha mengangguk.
"Sejak kapan bersama dengan Reza?"
"Sudah 2 tahun ini, mungkin lebih!" Alisha mencoba mengingat.
"Sudah sampai!" tutur Vier dan menghentikan laju kendaraannya.
"Udah sampai ajah, ya ampun" Batin Alisha sambil melihat ke arah luar, dan benar saja dia sudah berada di depan pintu masuk perusahaan.
"Terima kasih, Kak!" ujar Alisha tak tahu lagi ingin mengatakan apa.
"Oke, kita akan jadi saudara nanti, jadi tidak masalah," pungkas pria menawan itu.
"Alisha duluan ya?"
"Oke, dah. Semoga harimu menyenangkan ya!" Alisha keluar dari dalam mobil dan melambaikan tangannya, tanpa Alisha sadari senyum mengembang di salah satu dudut bibirnya melihat mobil Vier semakin menjauh.
"Gadis manis dan sopan. Reza beruntung," gumamnya melihat Alisha dari spion mobilnya.
***
Sesaat Alisha setelah menyelesaikan pekerjaannya. Dia menyempatkan ke ruangan Reza, melihat apa kekasih hatinya sudah kembali.
" Hai, Zal. Apa bosmu sudah kembali?" tanya Alisha pada pria bernama Rizal asisten Reza.
"Eh Mbak Al, sudah. Barusan saja, mau masuk?" tanya sekertaris sekaligus asisten Reza.
"Boleh, kalau dia nggak sibuk," ujar Alisha tersenyum manis.
" Sebentar ya, Mbak!" Alisha mengangguk.
"Pak, ada Mbak Alisha," ucap Rizal.
"Biarkan dia masuk," ucap Reza. Rizal mengangguk dan keluar menemui Alisah untuk mempersilahkan gadis itu menemui Wakil Ceo sekaligus kekasihnya.
" Permisi, Pak Reza!" ujar Alisha sopan.
"Masuk sayang!" Reza berdiri dari duduknya menyambut Alisha.
"Ada apa?" Alisha menggeleng.
"Lalu?"
"Mau tahu aja kalau mas udah balik kantor apa belum."
"Tadi waktu mas kembali, kamu kelihatannya lagi fokus banget makanya mas nggak nyapa kamu, takut ganggu!" Reza merapatkan jari-jari mereka, sesekali mencium punggung tangan gadisnya mesra.
"Tadi aku ke kantor bareng saudara kamu," Reza mendengar nama saudara dari mulut Alisha mengernyitkan dahinya.
"Kak vier!" jelas Alisha.
"Kok bisa?" Reza duduk menyamping memandang kedua mata Alisha.
"Taksi aku mogok, trus Kak Vier entah darimana tiba-tiba datang dan nawar tumpangan, karena udah siang juga, ya aku mau!" Reza mengangguk.
"Nanti mas akan telpon dia buat ucapin terimakasih!" Reza menarik sedikit rambut bergelombang Alisha yang keluar dan merapikannya.
"Ya udah, aku balik ke ruangan ku lagi, nanti Pak Ryan mencariku," tutur Alisha
"Ya udah, tapi nanti mas gak bisa nemenin kamu makan siang, Mas ada janji dengan pemilik PT. ODAYA," ucapnya.
"Nggak apa-apa, aku bisa makan siang sama Luna nanti!" mengusap lembut pundak reza.
Alisha keluar dari ruangan Reza setelah berpamitan, tak lupa ia juga menyapa Rizal sekertaris sekaligus asisten Reza. Semenjak berpacaran dengan Alisha, Reza tak lagi memakai sekertaris berbentuk perempuan, Reza mengatakan bahwa ia tak mau ada masalah hanya karena wanita lain yang tidak penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Devi Arnita
penasaran gmna bisa Alisa SMA vier
2022-04-13
3
Fa Rel
vier gayy kah
2022-03-27
2
Jamilah Mila
lanjutlah d tnggu penasaran nanti Alisa SMA vier gmna cerita nya
2022-03-13
2