Mobil yang reza kendarai melaju dengan stabil di jalan utama menuju bandara, kemarin kedua orang tuanya menghubungi Reza bahwa hari ini mereka akan sampai di Indonesia, setelah satu minggu lalu mendapat kabar jika anak semata wayangnya akan melamar Alisha tanpa menunggu sang ibu pulang dari pengobatan yang sedang dijalaninya.
"Selamat datang, Pih!" Reza memeluk pria paruh baya itu bergantian memeluk wanita sisebelahnya juga.
"Kamu sehat, sayang?" tanya sang ibu yang wajahnya nampak lebih segar, berbeda sebelum melakukan pengobatan.
"Alhamdulillah Mih, Reza sehat. Bagaiamana pengobatannya?" tanya Reza sembari mengambil koper yang tengah papinya bawa.
"Lancar, tapi dokter bilang Mami mu harus tetap melakukan perawatan paling tidak sampai 3 bulan kedepan!" ujar sang papi. 3 tahun lalu dokter mengatakan jika wanita tercantik diantara mereka itu menderita kanker rahim, sang suami yang ingin sang istri mendapat pengobatan terbaik mengajaknya kembali ke negaranya setelah salah satu kerabat sang istri mengatakan jika ada pengobatan yang cocok untuk istrinya di Jerman.
"Jadi dimana Alisha, kenapa tak ikut menjemput kita?" tanya mami Nadine.
"Dia menunggu Mami dan Papi, di rumah!" seulas senyum Reza tampakkan kala mengingat wajah kekasih hatinya itu.
"Jadi, kapan rencana kalian bertunangan?"
"Kenapa bertunangan, Pih? Reza mau langsung menikah saja!" ucapnya mantap.
"Nggak mungkin Rez, Mami pulang hanya sebentar, pernikahan itu nggak hanya satu dua hari untuk memepersiapkan semuanya!" Mami Nadine mencoba menasehati sang anak.
"Tapi Mih?" rengek Reza.
"Dengarkan Mami mu, Reza!" timpal papi Raja.
Tin tin
Reza membunyikan klakson mobilnya, agar satpam membuka gerbangnya.
Brak
Reza yang kesal setelah apa yang ia inginkan tak mendapat dukungan, membanting pintu mobil cukup untuk membuat kedua paruh baya itu terkejut. Sambil menyeret koper, Reza berlalu masuk tak menyapa Alisha yang berada di depan, membuat Alisha mengerutkan dahinya, heran.
"Selamat datang Mih, Pih!" Alisha menyambut dengan senyum hangatnya, melupakan Reza yang bertingkah sedikit aneh.
"Hai sayang, bagaimana kabarmu?" Mami Nadine langsung beringsut ke arah Alisha melepaskan tangannya yang masih terkait dengan tangan sang suami.
"Alhamdulillah baik! bagaimana pengobatan Mami?" tanya Alisha sembari menggandeng lengan mami Nadine.
"Lancar, sayang. Tapi kami nggak lama, karena 2 minggu lagi Mami harus kembali lagi kesana."
"Kok cepet mi?"
"Masih ada pengobatan lanjutan lagi, mungkin 2 sampai 3 bulan lah," tutur papi Raja.
Alisha mengangguk, kini dia tahu kenapa Reza tampak kesal setibanya dirumah.
"Mami istirhat, ya!" Alisha membantu mami Nadine untuk meletakkan kakinya di atas tempat tidur.
"Nanti kita makan siang sama-sama ya Pih, Alisha akan melanjutkan membantu bi rosi di dapur," papi Raja mengangguk.
"Apa menurut Papi kita segerakan saja pernikahan mereka?" ujar mami Nadine yang sedikit tak tega melihat Reza merajuk seperti itu.
"Nggak bisa Mih, tunggu Mami sehat betul. Setelah itu kita akan merencanakan pernikahan mewah untuk Reza, anak kita cuma dia."
"Ya sudah, Mami ikut Papi saja, kemarin Mami juga sudah bilang Widya, mami serahkan semua perencanaan pernikahan mereka sama Vier!"
"Ya sudah, kalau begitu." Papi raja langsung naik ke tempat tidur untuk membantu sang istri beristirahat.
Malam hari di kediaman Reza hari ini sedikit ramai karena adanya Alisha, kedua orang tua Ryan serta Widya adik ipar papi Raja yang datang beberapa menit yang lalu. Mereka yang mendengar jika mami Nadine pulang langsung datang berkunjung untuk mengetahui kondisi saudara mereka.
"Silahkan, minumannya, Pih, Om,dan Tante!" tawar Alisha yang duduk di samping reza.
"Lalu bagaimana rencana kalian?" tanya nyonya besar Subrata selaku ibu dari Ryan bos Alisha.
Alisha yang tak ingin salah bicara melihat ke arah reza, mengisyaratkan apa yang harus ia jawab.
"Sesuai keinginan Mami dan Papi, kami akan bertunangan dahulu, Reza juga sudah menghubungi kakaknya Alisha yang ada di Bandung!" ucap Reza tak bersemangat.
"Mas Reza kenapa sih, dari siang kaya hidup mau mati gak mau, bawaannya malas!" batin Alisha.
"Pernikahan memang harus di rencanakan dengan matang Reza! bertunangan dulu juga tidak masalah," tutur Nyonya Subrata.
" Kamu itu anak satu-satunya, jadi nggak bisa sembarangan,gak mungkin kan bikin pesta kecil kecilan!" timpal Widya ibu dari Vier.
"Alisha bisa menunggu, 'kan?" tanya sang calon mertua. Alisha yang sedikit bingung hanya mengangguk saja tak lupa senyum hangat ia lukiskan di wajah ayunya.
"Tapi Reza maunya segera menikah saja Mih, Pih! pesta besarkan bisa nanti setelah Mami menyelesaiakn pengobatannya."
"Anakmu Mas, selalu begitu!" nyonya Widya menggelengkan kepalanya melihat sikap Reza yang selalu manja dengan kedua orang tuanya.
"Memang Alisha mau kemana sih? takut banget nggak jadi nikah!" lanjut nyonya Subrata membuat semua orang tertawa.
"Dulu Ryan menurut saja, kamu seharusnya juga begitu, kami lebih berpengalaman Rez!" ujar sang tuan besar Subrata sambil menikmati teh hangatnya.
"Sebenarnya ada apa sih, kok aku bingung ya!" benak Alisha penuh tanda tanya, karena sebelumnya Reza tak meminta pendapat apapun padanya.
***
Jalanan yang lengang membuat Reza justru melajukan kendaraan roda empatnya dengan santai, dia tak mau malam kebersamaan dengan Alisha berakhir begitu saja.
"Sebenarnya kamu tuh kenapa sih mas, akhir-akhir ini kamu sedikit lain?" Alisha menoleh ke arah reza mencoba mencari sesuatu di wajah pria tersebut.
"Lain bagaimana, maksudmu?" tanya Reza.
"Biasanya, Mas akan bilang ke Alisha dulu jika ingin memutuskan sesuatu!" ucap Alisha.
"Mas hanya ingin kita segera menikah saja, Mas takut jika kita menunda terus menerus justru membuat semuanya berantakan!" Alisha yang mendengar kata berantakan mengernyit, berantakan, apanya sih?" benak Alisha.
"Itu hanya pikiran Mas saja, semua baik-baik sajakan. Apanya yang berantakan, Mas Reza ada-ada saja!" tawa kecil menghiasi wajah teduh Alisha.
"Jadi kita bertunangan dulu saja, ikuti semua keiginan orang tua Mas, mereka lebih tau!" ujar Alisha.
"Ya sudah, Mas ikut saja. Yang penting kamu bahagia," ucap Reza.
"Kita, bukan hanya Al. Kalau jodoh, nggak akan ada yang bisa buat kita berpisah Mas, tapi kalau Allah menggariskan jalan yang lain, kita bisa apa!"
"Bersabaralah, oke?" Reza mengangguk, walau hatinya sungguh tak tenang saat ini.
***
Beberapa hari kemudian, setelah pertemuan itu. Kini gadis yang akan Reza pinang sedang berada disebuah butik dan salon kecantikan ternama. Sang pemilik, Pria cantik nan wangi itu tengah memandang gadis yang ada di depannya ini menyeluruh, dia sedang mengamati gaun mana yang cocok untuk dikenakannya.
Kemarin, tante Nadine saudara ipar sang ibu menghubunginya jika calon menantu kesayangannya akan datang ke butik untuk mencari gaun yang akan menantunya itu kenakan di pesta pertunangan. Vier yang sudah berjanji akan membantu Reza dalam setiap acara sakralnya, dengan senang hati mengiyakan permintaan wanita paruh baya itu.
"Jam berapa Reza datang?" tanya Vier sambil membenahi gaun yang Alisha kenakan.
"Alisha nggak tahu Kak, katanya tadi akan menyusul, sudah begini saja kak, sudah bagus!" Alisha memandang dirinya yang ada di cermin sambil sedikit bergaya.
"Untuk pertunangan besok, pakai konsep make up yang bagaimana?" tanya vier, dia ingin tahu ke inginan gadis cantik di hadapannya ini.
"Al ikut aja, yang penting Alisha jadi cantik," tuturnya sambil tersenyum, membuat Vier juga ikut tersenyum.
"Acara lamarannya di bandung 'kan?" tanya Vier memastikan.
"Iya Kak, tadinya pihak Mas Reza maunya di adakan di gedung, tapi Alisha nggak mau, buang buang duit Kak!" Vier yang mendengar penuturan Alisha, terbahak.
"Untuk apa kamu mikirin itu, uang mereka banyak. Untuk WO dan gaun sudah ada kakak yang jadi ibu perinya!" lanjut Vier masih dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Ibu peri?" Beo Alisha.
"Tentu, Kakak akan bikin Reza pangling nanti,"
"Tapi jangan bikin aku jadi upik abu ya kalau udah jam 12 malam!" Alisha pura-pura memohon seakan ia akan merubah menjadi labu.
"Kalo Reza nggak mau sama upik abu, biar Kakak yang gantiin," Vier tersenyum lembut membuat pipi Alisha merona.
"Coba kamu muter!" alisha berputar mengikuti instruksi vier.
"Gimana, nyaman?" Alisha mengangguk.
" Ya sudah..
"Sayang!" pria dengan setelan jas lengkap memanggil si gadis membuat kedua orang yang tengah serius melihat gaun yang dikenakan si gadis menoleh kesumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sintia Dewi
reza takut gk bisa ngikat alisha takut yg di sono buat perkara dan alisha pegiiii
2023-02-19
0
Pipit Nelly
ada apa sebenarnya dengan mas Reza
2022-11-08
0