Alunan solawat terdengar merdu di kamar Alisha. Beberapa orang juga terlihat keluar masuk kamar untuk sekedar mengambil barang atau melihat calon pengantin yang sudah di rias sedemikian rupa hingga membuat orang orang di sekitar Alisha pangling.
Riasan bertema bold yang di padu dengan kebaya modern menghiasi tubuh Alisha. Badan yang proposional serta tinggi badannya yang cukup membuat Alisha tampak anggun dan mempesona.
Keluarga Reza yang datang tadi pagi langsung menuju hotel tempat mereka beristirahat. Kini mereka juga sudah hadir di kediaman tuan Wisma selaku ayah mertua sang kakak mempelai wanita.
"Gugup?" tanya papi Raja.
Reza meremat kedua tangannya, "Iya Pih."
"Santai. Banyak istighfar, biar tenang," ujar pria paruh baya itu menenangkan sang anak semata wayang yang sebentar lagi akan berubah status menjadi seorang suami dan kepala rumah tangga.
"Apa pengantin pria sudah siap?" tanya penghulu.
"Siap, Pak!" jawab Reza tanpa ragu.
Penghulu mulai membaca doa sebelum melangsungkan ijab dan kabul, "Jabat tangan saya!" Reza menjabat tangan penghulu tanpa ragu.
"Ananda Reza Fahri Pratama bin Raja Permana Pratama, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Alisha Lintang binti Muhamad Darmawan. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan emas di bayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Alisha Lintang binti Muhamad Darmawan dengan mas kawin tersebut tunai!"
"Bagaimana para saksi?"
"Sah!" seru mereka.
"Alhamdulillah," penghulu langsung membaca doa setelah ijab kabul dan meminta pengantin wanitanya untuk hadirkan.
"Sudah siap?" tanya Anisa sang kakak.
"Alisha mengangguk dan tersenyum. Suara sah yang di dengar tadi membuat hatinya yang gundah menjadi hangat. Rasa khawatir beberapa waktu lalu pun hilang begitu saja.
Anisa dengan hati - hati menuntun sang adik dengan mengapit lengannya melangkah kan kakinya bersamaan menuju ruang depan tempat Reza mengucap janji tadi..
"Benar ini pengantinnya, Mas Reza?" tanya penghulu sambil tersenyum, dan Reza pun mengangguk mengiyakan.
"Silahkan berhadapan sentuh ubun - ubun istrinya dan ucapkan doanya dulu."
Reza duduk menyamping menghadap wanita yang menajdi kekasihnya selama dua tahun ini yang sekarang telah sah menjadi istrinya. Menyentuh ubun - ubun Alisha dengan telapak tangan seraya berdoa.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
(Artinya : "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.")
Alisha yang mendengar Reza mengucapkan setiap doa itu dengan baik membuatnya terharu. Dulu bahkan perkara sholat saja Alisha masih harus mengingatkan. Kini Reza sudah menjadi seseorang yang dia inginkan. Setelah selesai membaca doa, Reza mencium kening istrinya. Sedangkan Alisha menyambut tangan Reza dan mengecupnya lembut.
"Mas bahagia. Akhirnya kamu jadi milik mas selamanya, " Reza memandang Alisha lekat meneliti setiap wajah wanita yang sangat dicintainya itu.
"Alisha juga, Mas. Semoga ini menjadi langkah baru untuk kita menjalani hubungan halal tanpa takut apapun."
Reza mengangguk dan kembali mencium kedua tangan Alisha.
Mami Nadine mendeka ke arah kedua mempelai dan memeluk salah satunya penuh haru, "Selamat y, sayang," ujarnya.
"Terima kasih, Mih."
"Selamat datang di keluarga Pratama, sayang." Alisha mengangguk seraya tersenyum bahagia.
Ucapan selamat pun mengalun dari keluarga besar Reza, tuan Wisma dan para tamu yang hadir. Mereka dengan tulus mendoakan pasangan itu agar menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warahmah.
***
"Tring"
Bunyi dering pesan di ponsel Reza, mengalihkan perhatiannya, "Foto lagi?" lirih Reza.
"Ini hasil terbaru dari rumah sakit di kota ini. Jika masih kamu masih tidak percaya mari kita bertemu secara pribadi. Jika kamu selalu menghindar aku akan mencari dimana kamu tinggal dan mengejutkan istri barumu".
Isi pesan dari seseorang yang ia tak tahu pasti siapa membuat rona wajah Reza berubah merah. Dia marah, namun dia bingung harus bagaimana mengungkapkan rasa kesal yang bersarang dihatinya. Tidak mungkin dia akan mencari tahu sekarang, sedangkan Alisha sang istri sedang bersamanya di hotel yang menjadi kamar pengantin mereka.
"Kenapa, Mas?" tanya Alisha keluar dari mandi membuat Reza sedikit terkejut.
"Nggak apa - apa, sayang," Reza langsung mematikan layar ponsel dan menekan tombol off disampingnya.
"Loh! kok dimatiin. Nanti kalau ada yang menghubungi gimana?" tanya Alisha.
"Mas sudah mengajukan cuti. Semua pekerjaan Mas di ambil alih Bagas dan Rizal. Buat apa Mas bingung, sayang."
Reza yang mencium bau wangi dari tubuh sang istri memeluk wanita pujaan hatinya itu dari samping. Kecupan kecil Reza sarangkan di leher mulus sang istri. Membuat Alisha langsung menarik diri.
"Kenapa?" tanya Reza heran sang istri menolak ciumannya.
"Nggak bisa lebih," ujar Alisha menggeleng.
Reza yang tak mengerti dengan maksud Alisha mengerutkan dahinya bingung, "Maksud kamu?"
"Al mau minta tolong boleh?" tanya Alisha malu - malu.
"Tolong apa?" ujar Reza yang masih berusaha meraih leher Alisha.
"Emm.. tolong beliin Alisha pembalut," bisiknya sambil mengulum bibirnya.
Reza yang tahu kegunaan barang itu menautkan kedua alisnya, "Kamu?" Alisha mengangguk menyesal kenapa dia bisa lupa jika minggu ini jadwalnya dia kedatangan tamu tak diundang itu.
"Ya ampun, sayang. Kenapa harus sekarang sih!" seru Reza menepuk jidatnya.
"Maaf aku lupa jadwalnya," ucap Alisha menyesal karena melupakan hal sebesar ini di malam pengantinnya.
Helaan nafas kecewa terdengar cukup menyayat hati Alisha, namun bagi Reza masih ada hari esok. Dan dia tak mau membebani Alisha karena keinginannya yang sudah siap dia ledakkan beberapa menit yang lalu. Dia cukup mengerti karena bagaimana pun hal ini memang sudah kodrat seorang wanita.
"Ya sudah. Sebutin mereknya dan gimana bentuknya!" ujar Reza sambil mengusap kepala Alisha.
Alisha langsung mengambil ponselnya dan memperlihatkan model pembalut yang biasa dia gunakan setiap bulannya.
"Oke!"
Reza keluar dari kamar hotelnya membawa serta ponsel agar ia bisa bertanya pada sang istri jika dia kebingungan ketika memilih keperluan sang istri nanti.
Widya ibu dari Vier yang ingin masuk ke dalam hotel menatap pria yang beberapa jam lalu sah menjadi milik Alisha itu heran.
"Mau kemana Rez?" tanyanya.
"Darimana, Tan?" Reza menanyakan hal yang sama.
"Dari jalan - jalan sekitar sini. Tante nggak betah di kamar sendiri."
"Nimbrung aja tempat Papi sama Mami atau temenin Al sebentar Tan," ujar Reza.
"kalau ke kamar Mami mu yang ada Tante di omeli habis - habisan sama Papi kamu. kalau ke kamar mu nanti gangguin malam pertama," lanjutnya.
"Nggak ada malam pertama, Tan. Ladangnya Al banjir. Sudah ya Reza mau ke minimarket sana dulu," tunjuk Reza dengan jarinya.
"Nasib buruk," lirih Widya menertawakan Reza yang sudah berlalu.
Alisha yang mulai merasa tak nyaman dengan perut bawahnya mencoba merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah itu. Sayang sekali bunga yang masih fres itu hanya akan terburai kemana mana tanpa tetesan merah yang sesungguhnya. Sungguh mengenaskan nasib Reza.
"Ting"
Bel pintu kamar Alisha berbunyi.
"Sebentar!" pekiknya.
"Klek"
"Loh Tante Widya?"
"Hai, sayang. Sedang apa?" tanyanya.
"Nggak ada, Tan. Rebahan aja perut Alisha nggak nyaman," jawabnya.
"Datang bulan di malam pertama, kasihan sekali Reza ya."
Alisha dan wanita paruh baya itu tertawa hingga mengguncang bahu mereka menertawakan nasib Reza yang naas.
"Tante, darimana?"
"Dari jalan -jalan sayang. Nggak suka dikamar sendiri, sepi."
Tante Widya meletakkan pan*tatnya di kursi kayu yang ada di kamar Alisha dan memandang kamar pengantin itu, membayangkan jika kamar ini adalah kamar pengantin anak lelakinya.
"Memang kenapa?"
"Tante itu, semenjak Papinya anak - anak meninggal, jarang tidur di kamar apalagi sendiri," ucapnya sendu.
"Lalu kalau di rumah?" tanya Alisha.
"Tante tidur di ruang tengah sambil nonton tv."
"Memangnya Kak Vier nggak pernah tidur dirumah Tante? Al sambil rebahan ya Tan. Punggungnya pegal," Widya langsung bangkit dari duduknya mendekat ke arah ranjang Alisha.
"Sini Tante usapin. Biar enakan."
"Nggak usah, Tan. Alisha ngrepotin nanti."
"Nggak, Vier itu jarang mengunjungi Tante. Maka dari itu tante pindah ke rumah yang lebih kecil setelah Papi Vier meninggal," lanjutnya.
"Kak Vier masih beruntung karena masih ada Tante di dunia ini. Sedangkan Alisha sudah nggak ada satu pun," Alisha menerwang kejadian lalu saat kedua orang tuanya meninggalkan ia secara bergantian.
"Cek lek"
"Hai, sayang!" Reza datang dengan membawa pembalut serta minuman botol berwarna kuning yang biasa wanita minum saat tamu bulanannya datang.
"Nih!" Reza menyerahkan keresek bertuliskan apriljuni itu.
"Makasih ya," ucap Alisha sambil membuka kresek itu dan melihat isinya.
"Perhatiannya, Vier suruh Tante nyari satu biar bisa romantisan kaya kalian," ujar tante widya sambil tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
nenk 'yLa
untung alisha palang merah jd s reza ga bs unboxing.kn ksian klo alisha udh d unboxing eh tiba2 tu plakor dtg
2023-04-04
0