"Pah, aku mau kembali ke thailand!" pekik seorang laki laki tampan yang sedang di ikat kaki dan tangannya.
"Kamu tetap disini. Reputasi papa bisa hancur jika kamu bikin ulah terus menerus. Apa lagi sama desainer terkenal itu!" sarkas sang papa.
" Tapi aku men-
" Jangan katakan itu lagi. Papa muak mendengar kata menjijikan itu dari mulutmu!" teriaknya.
" Aku mohon pah," ucapnya memelas. Satu air mata pun jatuh dari kelopak mata Andra. Hatinya sungguh sakit dengan semua kejadian ini.
"Urus anak sialan itu!" serunya pada sang istri yang juga sudah berderai air mata.
Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya mendekat sambil mengusap pelan lengan sang anak. "Tidak bisakah kamu menurut, Sayang. Jika seperti ini terus, kamu akan terluka," sarannya.
Setelah meluasnya berita heboh tentangnya dan Vier, sang ayah menculiknya ketika ia ingin bertolak ke negeri gajah putih. Ayahnya menyuruh beberapa kaki tangannya untuk membawa paksa Andra pulang kerumah.
Sampai di rumah Andra di kurung di dalam kamarnya sendiri. Karena ia mencoba kabur untuk beberapa kali, terpaksa sang ayah mengikat kedua tangan dan kakinya.
Sang ayah yang mendapat kabar dari tuan besar Subrata untuk membereskan masalah itu langsung bertindak. Apalagi yang menjadi bahan perbincangan adalah anaknya sendiri.
***
"Berita akhir-akhir ni sepertinya masih memojokanmu?" Ryan bertanya sembari menikmati makanannya.
"Bukankah, Om sudah menghubungi ayahnya? ponselnya juga mati atau mungkin aku di block."
"Aku hanya ingin kamu bahagia Vie. Kita hidup di keluarga yang keras apa lagi Papa. Aku sampai harus meninggalkan seseorang demi perjodohan itu," ujar Ryan serya mengingat kembali betapa kerasnya sang ayah meminta ia menerima Asmitha menjadi istrinya.
"Tapi sekarang kamu bucin!" seru Vier dengan logat khasnya dan Ryan tertawa.
"Cinta datang karena terbiasa vie. Lantas, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"
Pria dengan surai sebahu itu men de sah kecil. "Kakak kemarin juga menghubungi ku untuk kembali ke singapura bertemu, Dokter ahli jiwa itu."
"Aku salut padamu. Aku dan Reza nggak pernah bisa menolak perintah orangtua kita. Tapi kamu, memilih jalanmu sendiri menjadi apa yang kamu impikan."
"Semua karena Mami, Yan." Pria itu mengangguk setuju. "Turuti kakakmu, dia begitu menyanyangimu, Vie," ucapnya tulus.
" Jika bukan berkat Papi, yang selalu mengatakan padaku untuk melakukan semua hal yang aku mau, mungkin aku juga akan berakhir sama dengan kalian. Tapi--
"Tapi?"
"Setelah kecelakaan itu semua berubah, sampai detik ini aku belum bisa memenuhi janjiku pada Papi," ucapnya sendu.
"Lakukan saja, semua demi kebaikanmu. Kasihan Tante Wid, jika anak laki-laki dan satu-satunya tak bisa meneruskan generasi keluarga." lanjut Ryan .
"Pernikahan jauh dari anganku Ryan. Siapa yang mau sama laki-laki mantan penyuka sesama gender begini," tukas Vier sambil mengangkat gelas berisi air putih itu dan meminumnya.
"Jangan begitu," Ryan memundurkan badannya dan menatap memicing ke arah sang sepupu.
"Kenapa?"
"Aku takut!" jawab Ryan sambil begidik.
" Sialan!" Vier melempar tisu ke arah Ryan. Dan membuat pria di hadapannya itu tertawa lebar.
"Mas vier," panggil salah satu art yang ada di kediaman tante Nadine.
" Ada apa, Bi? "
"Itu ada pegawai, Mas Vier. Katanya dia datang bawa perlengkapan."
"Oh iya, Bi, suruh masuk aja, ya?" pinta Vier lembut.
"Walah yo, lanang opo udu to jane Mas Vier iki," batin bi Rosi yang selalu salah paham dengan kebiasaan vier.
Pukul dua siang akhirnya rombongan dari Bandung tiba. Keluarga tuan Wisma yang sudah mendapatkan tempat untuk beristirahat langsung menuju hotel yang sudah di pesan oleh Rez sebelumnya.
Sedangkan rombongan keluarga besar Subrata dan Pratama langsung menuju rumah masing masing untuk beristirahat agar tetap fit untuk acara resepsi besok malam.
Semua urusan pesta memang sengaja nyonya Nadine serahkan seluruhnya pada Vier.
Pokoknya tante terima beres ya vier
Ucap tante nadine beberapa waktu lalu.
***
Pagi yang cerah, seberkas sinar mentari masuk melewati celah kamar pengantin baru yang kini sedang saling memeluk mesra melihat beberapa foto yang di ambil lewat kamera sang suami.
"Ini bagus, Mas, nanti cetak ya?" Reza mengangguk sambil tersenyum.
"Setelah resepsi kita tinggal di apartemen milik Mas, ya, Al ? "
"Memang nggak apa-apa, Mas. Nanti, Mami nggak sedih kalo kita langsung pindah ke apartemen?" tanya Alisha.
"Kemarin, Mas, sudah bilang ke Mami kalau setelah resepsi kita pulangnya ke apartemen tidak ke rumah ini, Sayang, jadi jangan kawatir," ucap Reza sambil mencium pipi Alisha mesra.
"Ya sudah kalau begitu, Alisha cuma takut jika mami tidak seyuju dan marah sama kita," Reza menggeleng. "Bagaimana bisa, Mami marah dengan menantu kesayangannya," Reza memajukan wajahnya mencium bibir merah menggoda milik Al.
Namun sedetik kemudian Reza cemberut dan itu membuat Alisha terkekeh. "Kapan kelanjutan setelah ini, Sayang?"
"Sabar ya, Mas, nanti aku kasih kejutan," tutur Alisha tersenyum dan mencium pipi Reza.
***
Vier yang sedang membantu sepupu iparnya kini tampak sedang serius dan menikmati seluk beluk wajah gadis ini. Sesekali Vier tersenyum melihat guratan kebahagian di wajah Alisha dan Reza yang duduk di atas tempat tidur untuk menunggu giliran.
"Bagaimana rasanya menikah, Alisha?" tanya Vier sembari membuat lengkungan di alis Alisha.
" Emm.. gak tahu, Kak."
" Kok gak tahu?" tanya Vier dengan dahi berkerut.
"Kan belum--" Alisha mengulum senyumnya dan tak berniat meneruskan kalimatnya.
"Ish! Apaan sih, bukan itu."
"Lalu, Kakak tanya tentang apa? Karena hampir semua orang tanya itu, Kak.
"Maksud Kakak, gimana rasanya punya pasangan, punya suami gitu lo."
" Oh, bahagia dong, akhirnya nggak perlu takut lagi kalo lagi berdua."
"Iya, udah halal," lanjut vier ikut menyunggingkan senyumnya.
.
.
Sudah tiga jam Alisha di rias, dan kini ia sedang merapikan gaunnya. Gaun modern yang Vier buatkan secara khusus sesuai permintaan Alisha yang tidak terbuka apalagi sampai mengekspose bagian penting tubuhnya.
Ballroom hotel milik sang tuan besar Subrata sudah sangat ramai dengan beberapa wartawan, pernikahan megah anak pengusaha berlian itu sudah menyebar kemana-mana, para pemburu berita ingin tahu seperti apa menantu keluarga terpandang tersebut.
Para kolega bisnis, teman-teman sekolah dan kuliah Reza juga di undang di acara itu. Beberapa teman Alisha yang memang cukup akrab dengannya juga di undang melewati Luna sang sahabat.
" Gimana udah nyaman, Al?"
"Sudah, Kak, tapi kok kayanya lebih berat ya gaunnya?" tanya Al yang merasa bahwa gaun itu lebih berat dari pertama mencobanya kemarin.
"Coba lihat bawahnya?" titah Vier dan Alisha pun menurut.
Gaun yang Al coba kemarin hanya bagian pinggang saja yang Vier hias dengan swarosvki. Namun setelah di lihat bahwa gaun itu tampak sepi, akhirnya Vier rubah dengan menambahkan serpihan kaca mahal itu di bagian bawah membentuk seperti tetesan air hujan.
"Iya sengaja kakak rubah, dan kakak bentuk seperti itu."
"Terima kasih, Kak. Indah sekali." Vier tersenyum senang karena Alisha menyukai hasil karyanya.
"Sudah siap, Sayang? " tanya sang ibu mertua.
"Sudah, Tan. Tinggal berangkat saja. Gimana suasana di hotel?" lanjut Vier bertanya.
"Tadi kata Rizal sih udah ramai. Apalagi wartawan, udah nggak sabar."
"Ha? Ada wartawan?" ujar Alisha terkejut.
"Hei, kamu menikah dengan anak pemilik toko berlian terkenal, nggak mungkin pemburu berita tidak ada disana, Alisha," kekeh Vier sembari merapikan gaun Alisha.
Reza sang suami yang juga sudah rapi dengan setelan jasnya datang sambil menampilkan senyum bahagianya. "Kamu cantik, Sayang."
"Terima kasih, Mas."
Tok tok
"Permisi den Reza, ada kiriman surat." Bi Rosi masuk dan menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat ke anak majikannya itu.
"Surat apa, Bi?" tanya sang majikan.
"Tidak tahu, Nyonya."
.
.
"Apa maksudnya ini!" batin Reza gundah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Jamilah Mila
nah loh gk jujur sih pnya selingkuh n
2022-03-17
1