"Kenapa Rez?" tanya mami Nadine yang melihat mimik Reza berubah dalam sekejap.
"Nggak ada apa-apa Mi. Nggak penting, yuk! Kita berangkat," ajak Reza sambil menaruh amplop itu di laci nakasnya.
"Yakin nggak penting, Mas?" tanya Alisha nampak ragu sekaligus penasaran isi amplop tersebut.
"Iya, Sayang. Bukan hal penting."
Mami Nadine serta Alisha yang percaya bahwa tak ada apapun mengikuti langkah kaki Reza keluar dari kamar itu. Sedang Vier serta beberapa orang membantu memegang gaun Alisha.
***
Pasangan pengatin yang tengah berbahagia itu mulai berjalan memasuki ball room hotel, para wartawan yang memang di izinkan masuk tak menyianyiakan kesempatan untuk mengambil foto sang mempelai.
Gaun indah berwarna putih tulang itu menghiasi tubuh Alisha dan hari ini seperti kata Vier dia menjadikannya ciderella.
Denting piano mengiringi langkah Alisha dan Reza menuju ke pelaminan yang sudah di dekorasi oleh WO milik Vier sang sepupu. Bunga mawar juga terlihat bertembaran di vas-vas bunga di setiap sudut ruangan yang membuat kesan romantis bagi pasangan yang tengah berbahagia itu.
Tak ada hari yang bisa menggantikan hari ini. Hari dimana sepasang sejoli itu merasakan euforianya menjadi pengantin bahkan kini seluruh pasang mata tertuju pada mereka ratu dan raja sehari.
Nampak di samping kanan dan kiri keluarga Reza dan keluarga tuan Wisma hadir disana. Namun sayangnya, karena sang kakak memiliki bayi ia tak hadir di ballroom namun ia menunggu di kamar hotel.
"Kamu senang?" tanya Reza setelah keduanya duduk di kursi pelaminan.
"Tentu. Apalagi yang kita impikan berjalan dengan sangat baik. " Alisa mengapit lengan Reza erat-erat.
Tak lama dari kejauhan para karyawan dan sahabat sang mempelai wanita datang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat. Reza dan Alisha pun berdiri untuk menyambut mereka.
"Selamat ya, Pak," ucap Luna yang datang bersama dengan para karyawan lainnya.
"Terima kasih, " ucap Reza sambil menyalami para karyawannya.
"Selamat ya Babe," Luna memeluk erat sahabat setianya itu. "Langgeng ya, jangan lupa ceritain malam pertamanya," lanjut Luna berbisik.
" Rahasia. Pst!" Luna dan Alisha tertawa.
"Selamat, Pak Reza," ucap salah satu klien perusahaan besar Subrata.
" Terima kasih."
"Emm-- dia bukanya sekertaris, Pak Ryan?" Reza mengangguk.
"Saya kira nama di undangan hanya mirip, ternyata memamg sama," kekehnya.
"Selamat, Mba Alisha. Langgeng ya."
"Terimakasih, Pak Bastian."
.
.
"Banyak banget, Mas tamunya," keluh Alisha setelah hampir setengah jam dia berdiri.
"Yang banyak dari teman Papi dan Mami, Sayang. Temen kuliah, Mas hanya satu fakultas saja. Sama kolega bisnis perusahaan Ryan. Kamu juga hanya beberapa kan?" Alisha mengangguk.
"Cek cek."
"Selamat malam."
Reza dan Alisha menoleh ke arah panggung musik dan terkejut melihat siapa yang sedang berada disana.
"Mau kasih sedikit bait lagu untuk mereka yang ada disana," tujuk Vier dengan senyum khasnya.
Alat musik dimainkan ..🎶
So as long as I live I love you
Jadi selama aku hidup aku mencintaimu
Will have and hold you
Akan memiliki dan menahanmu
You look so beautiful in white
Kamu terlihat sangat cantik dengan pakaian putih
And from now 'til my very last breath
Dan mulai sekarang sampai nafas terakhirku
This day I'll cherish
Hari ini aku akan menghargai
You look so beautiful in white
Kamu terlihat sangat cantik dengan pakaian putih
Tonight
Malam ini
Bait lagu dari shane filan dinyanyikan Vier dengan merdu di atas panggung membuat Alisha sangat terharu namun tidak dengan Reza justru ia merasakan perasaan yang lain yang dia sendiri tak bisa menjelaskannya.
"Nggak bisa ngasih apa-apa. Selamat buat kalian. Dan-- Jangan rusak gaun putih itu ya Rez. Mahal, lepas pelan-pelan," ujarnya membuat semua tamu tertawa.
"Ish! Kak Vier apaan sih, malu!" cicit Al. Sedang Reza hanya tersenyum sumbang sambil menatap Vier yang berada di panggung itu. Entah sejak kejadian di pantai Reza merasa ada yang lain dengan Vier.
***
Malam semakin indah, para tamu silih berganti mengucapkan selamat dan membawa kado terbaik mereka. Sedang kedua sepasang suami dan istri ini kini tengah menarik nafas dalam untuk menetralkan rasa lelah mereka.
"Kenapa, Sayang?"
"Pegel juga ya, Mas. Padahal udah bilang, Kak Vier loh kalau jangan tinggi-tinggi sepatunya."
"Sabar, ya."
Bukan Reza melainkan Vier yang datang dari arah kiri sambil membawa sesuatu.
"Dasi mu miring, Rez," ujar Vier.
"Sabar setengah jam lagi. Oke!"
"Iya, Kak," jawab Alisha sembari tersenyum.
"Jangan senyum seperti itu, Sayang. Senyummu cukup untukku saja!"
Alisha pun menoleh menatap pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu sambil bergumam. "Posesif!"
"Karena aku mencintaimu," ucapnya di depan Vier. Sedang Vier hanya menggelengkan kepalanya saja tak terganggu sama sekali dengan adegan mesra pasangan halal di depannya itu.
.
.
Malam yang semakin dingin membuat Al yang tidur di sebelah Reza semakin meringkuk masuk ke dekapan sang suami. Reza yang merasakan gerakan sang istri langsung menaruh kepala Alisha di bawah lengannya dan memeluk pinggang sang istri posesif.
"Mas, nggak akan biarkan siapapun menghalangi kebahagian kita termasuk wanita licik itu!" batin Reza.
***
Percikan air yang sengaja Reza lakukan jatuh mengenai wajah Alisha. Dia yang merasakan sapuan dingin di wajahnya langsung membuka mata.
"Apa sih mas," rengek Alisha yang masih mengantuk.
"Mas!" pekik Alisha saat Reza menciumi seluruh wajah Alisha tanpa henti.
"Kapan selesainya sih?" Reza merengek seperti bayi yang telat di kasih asi.
Alisha yang paham kemana arah rengekan sang suami mengangkat tubuhnya dan bersandar. "Tiga hari mungkin, Mas. Maaf ya, Al memang biasanya lama kalo datang bulan," ucap Alisha sambil mengelus rahang kokoh milik Reza.
"Sabar, ya!" lanjut Alisha membuat Reza mau tidak mau mengangguk pasrah.
"Tadi Papi telepon, katanya dia sudah siapkan tiket untuk kita bulan madu ke Paris."
Alisha yang terlihat senang langsung menyibakkan selimutnya. "Yang benar, Mas?"
Reza mengangguk. "Mau berangkat besok atau setelah kamu selesai datang bulan?"
"Nunggu selesai aja ya?" Reza mengangguk-agukkan kepala tanda setuju.
***
Disebuah perumahan biasa seorang wanita tengah memuntahkan seluruh isi dalam perutnya sambil memaki dan menyesali keberadaan si dia yang bahkan belum terlahir.
"Untuk apa ia mengirimku kesini jika ia tak pernah datang! Atau jangan-jangan ini adalah salah satu langkah buat untuk membuang aku," benak nya terus bertanya.
"Ah!"
"jika bukan karena anak ini, sekarang aku masih bisa bahagia dengan kehidupanku!" pekiknya kesal.
"Brak!" suara pintu terbuka dengan keras membuat wanita ini terlonjak kaget.
"Wanita licik dimana kamu!" seru seorang pria yang datang bersama dengan beberapa orang di samping kiri dan kanannya.
"Baru datang!" tatapan tajam siap menerkam pria ini.
"Apa mau mu?" tanyanya.
"Akui anak ini!" teriaknya
"Cih! Apa kau yakin dia anak ku!" sarkas sang pria.
"Dia anakmu dan bantu aku keluarkan dia tanpa siapa pun tahu. Dan setelah itu aku akan pergi!"
"Calon Ibu macam apa kau!"
"Jika bukan karena teman sialan mu itu ini tidak akan terjadi! jika--
"Jika bukan karena hasrat mu bayi ini juga tidak akan ada!" Wanita ini mulai hilang kesabarannya.
Pria itu pun seketika diam. Benar karena hasratnya dia lepas kendali. Benar jika minuman terakhir yang di konsumsinya di beri obat, namun jika ia bisa mengendalikan diri semua masalah ini tidak akan terjadi. jika--
"Tapi kamu juga menyambut belaian ku! Dasar munafik!
"Semua laki laki memang brengsek! Aku akan buat istrimu itu tahu tentang ini, jika kau tak mau bertanggung jawab!" Kesalnya.
Brugh
Wanita itu tiba-tiba pingsan dan membuat si pria terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sil-Vi
next
2022-03-17
1