Bab 3 - Takdir Atau Kebetulan

Malam yang dingin karena hujan yang cukup lebat membuat semua orang nyenyak dalam tidurnya, Tapi tidak dengan gadis bernama Alisha.

Malam yang kian larut justru membuatnya tak nyaman dalam tidurnya, sesekali ia juga mengubah posisi tidurnya agar mendapat spot yang nyaman, namun tak berhasil.

"Aku ini kenapa sih?" gumamnya sambil menyilangkan kedua kakinya. Matanya tertuju pada ponsel yang berada di samping bantalnya.

"Tumben pesan 'ku gak di balas," Alisha melihat kapan terakhir sang kekasih membalas pesannya.

"Jam delapan," lirihnya.

Pukul tujuh malam tadi, Reza menghubungi Alisha dan meminta izin jika ia akan pergi ke klub dengan teman kuliah yang tak sengaja bertemu di lobby hotel tempatnya menginap.

Alisha sempat menolak keinginan kekasihnya itu, karena dia hafal betul jika Reza sudah berkumpul dengan kawan-kawannya di club sudah di pastikan pria itu pasti melakukan hal diluar batas. Reza yang terus merengek akhirnya membuat Alisah tak memiliki pilihan lain, dengan penuh persyaratan, akhirnya Alisha mengijinkan sang kekasih untuk bersenang-senang.

"Kok nggak di angkat ya?" Lisha mengernyitkan dahinya, mulai khawatir.

"Apa mungkin udah tidur," ujar Alisha mencoba berpikir positif.

Setelah mencoba sekali lagi namun masih tak mendapat jawaban, akhirnya alisha memutuskan untuk kembali ke dalam selimut dan mencoba memejamkan kedua matanya.

***

Pagi menjelang, suara ayam berkokok saling bersahutan menandakan bahwa matahari sudah menampakan sinarnya, Alisha yang tidur cukup larut masih tak bisa membuka matanya karena lelah.

Dret dret

Bunyi getar ponsel yang berada di samping bantalnya membuat tidur Alisha terganggu, dia mencoba membuka matanya perlahan dan melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini.

"Mas reza!" Alisha berusaha membuka matanya walau sedikit sulit.

"Asallamualaikum, Mas!" jawab Alisha dengan suara paraunya.

"Walaikumsalam, sayang! belum bangun?" tanya Reza dari seberang sana.

"Mas Reza pulang jam berapa dari club? kok pesan ku nggak di balas sih! bikin khawatir!" Alisha memberondong beberapa pertanyaan, membuat seseorang disana terkekeh.

"Maaf sayang, Mas agak pusing. Setelah sampai hotel Mas langsung tidur, jadi lupa balas pesan kamu!"

Alisha menghembuskan nafas lega, ternyata keksihnya baik-baik saja. "Ya udah kalau begitu, yang penting Mas Reza baik-baik saja. Alisha solat subuh dulu ya, udah setengah 6," ujar Alisha.

"Iya sayang, nanti mas telpon lagi," ucap Reza

"Asallamualaikum!"

"Walaikumsalam!" jawab Alisha seraya tersenyum.

Alisha langsung bangkit dari tempat tidur dan menunaikan kewajibannya, setelah solat subuh ia langsung masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan lanjut bersiap membuat sarapan untuk mengganjal perut sebelum berangkat ke kantor.

***

Pagi, Bu Alisha!" sapa satpam setelah Alisha turun dari taksi online.

"Tumben biasanya pakai motor Bu? jika tidak dengan pak reza," tanya pria berusia matang tersebut.

"Motor saya jual, Pak. Mau ganti baru tapi masih bingung mau beli model apa gitu yang pas." ucap Alisha.

"Beli yang nyaman saja, Bu."

"Iya, Pak! saya duluan ya!" pak satpam mempersilahkan.

"Pagi Nita!" sapa Alisha pada resepsionis yang sedang merapikan rambutnya.

"Pagi, Bu Alisha!" jawabnya.

Setelah sampai di ruangannya sendiri, Alisha yang tak suka bersantai-santai jika sudah masuk jam kerja, langsung merapikan sedikit mejanya dan mulai menyalakan komputer yang ada di meja dan mulai melakukan tugasnya sebagai sekretaris. Hingga tanpa sadar pekerjaan yang menguras seluruh otak serta tenaganya itu membuat perus rampingnya berbunyi.

"Ya ampun, sudah waktu makan siang!" gumam Alisha setelah melihat jam di pergelangan tangannya.

"Ya ampun, Luna pasti nunggu nih!" lirihnya.

Gadis yang sudah siap menikah ini merapikan mejanya yang berserakan, setelahnya ia mengambil ponsel dan turun kelantai dasar untuk makan siang dengan Luna sahabatnya yang telah menunggu disana.

"Lama amat, sih!" ujar Luna kepada Alisha yang baru saja tiba di meja mereka.

"Banyak banget kerjaan aku! sorry deh!" ujar Alisha tersenyum manis agar temannya tak kesal.

"Mau pesen apa?" tanya luna.

"Gue mau ayam bakar sama sambel mentahnya Bu Wanti, kalau lo?"

"Samain saja deh!"

"Oke aku pesen dulu!" Luna bangkit dari duduknya dan memesan makanan yang mereka inginkan.

"Wih, sambel Bu Wanti nih emang paling mantap!" Alisha melahap makanannya seakan lupa sedang berada dimana.

"Lo kebiasaan kalau udah makan beginian, lupa diri, inget jabatan, Bu!" sarkas Luna.

"Makan tuh di nikmati Lun, mau jabatan apapun juga butuh makan!" Luna menggeleng, kawannya ini selalu bersikap apa adanya jika memang bukan urusan perusahaan.

"Pulang kantor jalan bentar, yuk!" ajak luna sambil masuk ke dalam lift, setelah selesai makan siang dua sahabat itu langsung bergegas kembali ke ruangan mereka.

"Bentarnya lu, pulang nya malam!" luna tertawa.

"Yakin deh bentar, mau cari kado buat Ibu," Alisha yang mendengar nama ibu langsung menolah menatap serius sahabatnya itu.

"Tanggal berapa ini?"

"11 maret," jawab Luna singkat.

"Lupa, maaf deh!" Alisha tertawa.

Sesampainya di lantai tempat nya bekerja Luna keluar dari lift dan berpisah dengan Alisha yang meneruskan langkahnya le lantai 15 dimana ruangannya berada.

"Permisi, Pak ryan?"

"Masuk saja, Lisha! " ujar sang bos.

"Ini jadwal untuk besok pagi," ujar Alisha sambil menyerahkan Tab yang ia pegang.

"Apakah jadwalnya padat, sehingga kamu menyerahkannya sekarang?" tanya Ryan.

"Iya Pak. Besok pagi pukul delapan tepat bapak ada meeting untuk proyek kita yang di kota Bandung, setelah itu pukul 10 Bapak dan pak Bagas ada peninjauan pembangunan apartemen," jawab Alisha terus menjelaskan sampai pada jadwal yang ternyata hingga malam hari.

"Ya ampun, banyak sekali!" sambil melonggarkan dasinya Ryan menghela nafas.

"Karena hampir semua bersamaan, Pak. Jadi ya begitu," ucap Alisha merasa tidak enak.

"Kamu kenapa?"

"Hah, tidak pak," jawab Alisha.

"Tidak perlu merasa sungkan, memang sudah menjadi tugas saya 'kan?!" Alisha mengangguk dan tersenyum.

"Ya sudah, kalau begitu saya kembali ke meja saya, Pak!" pamit Alisha, Ryan pun mengangguk mempersilahkan Alisha kembali.

Sore, senja yang menyimpan sejuta rahasia para manusia datang menampakan sinar kemerahannya, para pegawai yang tidak ada pekerjaan lebih sudah pulang dari belum datangnya sinar itu. Sedangkan Alisha yang harus menyiapkan bahan meeting untuk sang CEO masih berkutat di didepan komputernya sambil sesekali melihat jam di pergelangan tangannya.

"Permisi, Pak Ryan!" Alisha masuk keruangan sang bos sambil membawa beberapa berkas ditangannya.

"Mau pulang, Al?" tanya Ryan sambil mengambil berkas-berkas itu dari tangan Alisha.

" Iya, Pak. Pekerjaan saya sudah selesai pembahasan untuk rapat besok pagi juga sudah saya email ke pak bagas!" lanjutnya.

"Oke, kalau begitu! saya masih meneruskan beberapa berkas yang harus saya tandatangani ini," ujar Ryan.

"Apa Anda memerlukan bantuan saya, Pak?"

"Ah, tidak perlu. Istri saya akan datang setelah ini." Paparnya.

"Baik, kalau begitu saya pamit!"

"Silahkan!" jawab Ryan.

Alisha yang sudah terlambat segera bergegas keluar dari biliknya.

"Lama amat, Bu sekeretaris!" sungut Luna.

"Sorry, tadi nyiapin untuk rapat besok pagi!"

"Ya udah, yuk! langsung aja!" ajak Luna menggandeng lengan Alisha menuju tempat parkir mobil khusus karyawan.

"Kita langsung nyari kado aja deh Lun, baru nyari makan!' ujar Alisha memberi saran.

"Boleh!" Luna langsung memutar setirnya keluar perusahaan menuju salah satu Mall yang cukup terkenal.

Karena waktu hampir menuju mahgrib. Jalan yang mereka lalui cukup ramai namun kepadatan ini tidak membuat dua sahabat itu merasa bosan. Mereka selalu mengisi dengan menyetel lagu kesukaan mereka dan menyanyikannya bersama-sama.

"Tumben laki lo nggak telpon?" tanya Luna sambil menutup pintu mobilnya, sesampainya di basement mall.

"Tadi pagi sih bilangnya hari ini terakhir disana, jadi dia mau cepet-cepet selesain biar malam ini bisa pulang," jawab Alisha sedangkan Luna hanya menanggapi perkataan sahabatnya dengana anggukan singkat.

Dua sahabat itu akhirnya sampai disebuah toko khusus baju muslim yang ada di lantai tiga mall tersebut. Mereka berpencar saling mencari hadiah untuk ibu Luna yang sedang berulang tahun.

"Mau yang mana nih ?" tanya Alisha menghampiri sahabatnya yang sedang sibuk memilih.

"Nyokap kan suka warna kalem, ini aja nih!" tunjuk Luna pada baju gamis berwarna dusty pink.

"Tapi bentuknya gini Lun, mana mau ibu pake begini?" Luna tertawa, melihat baju dengan penuh renda itu.

"Ya udah, muter lagi yuk!" mereka keluar dari dalam toko, menuju toko lain yang ada di mall itu. Kebiasaan perempuan kalau belanja membingungkan diri sendiri.

"Sebenarnya gue pengen masuk kesana." tunjuk Alisha pada sebuah butik dengan nama sang disainer, Xavi's Boutique.

"Itu punya desainer kondang, harganya pasti mahla Lisha! kantong gue kering!" luna tertawa.

"Lo beli aja sesuai keinginan lo, gue mau kesana!" Alisha berjalan begitu saja bagai ada sebuah magnet yang membuatnya seakan tak bisa berpaling.

"Selamat malam, Nona. Silahkan!" ucap sang pramuniaga membukakan pintu butik.

"Ada yang bisa kami bantu!" tawarnya.

"Saya mau nyari gamis, untuk ibu saya usianya 50 tahun, kira-kira ada nggak ya, Mbak!" pinta Alisha.

" Oh ada, mari sebelah sini, Nona!" sang karyawan mengajak Alisha masuk kedalam butik tepat di mana baju-baju syar'i di gantung dengan mewahnya.

"Wau!" decak kagum Alisa membuat pramuniaga itu tersenyum. Alisha yang masih takjub sampai tidak sadar jika mulutnya masih terbuka lebar.

"Nifta!" panggil seseorang.

"Iya bos!" karyawan dengan name tag bernama Nifta menoleh ke sumber suara.

"Bantu Diva di kasir sebentar!"

"Tapi nona ini, Bos?" ujarnya melihat ke arah Alisha.

"Biar saya!" karywan itu menurut, menyetujui permintaan Vier.

"Bagaimana sudah ketemu?" tanya sang pemilik butik kepada Alisha.

Alisha termangu, bagai raga yang hilang entah kemana, melihat sosok di depannya ini. Pria namun penampilannya lebih wangi dan cantik melebihi dirinya, rambut panjang bak iklan shampo, di padu padankan dengan kemeja bermotif bunga mawar serta celana berbentuk pensil lengkap dengan sepatu sneakers berwarna putih membuat penampilannya sungguh sempurna.

Terpopuler

Comments

Sintia Dewi

Sintia Dewi

wowwww...gimna gitu kalok ketemu lakik tp lebih lebih dr cewek..mau itu cra berpakaiannya, kulitnya, rambutnya dan wanginya beeee berasa kalih gw jd cewek 😂

2023-02-19

0

buk e irul

buk e irul

kepincut mari ne 😀😀🤭

2022-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1- Tidak Sengaja
2 Bab 2 - Posesifnya Sang Wakil CEO
3 Bab 3 - Takdir Atau Kebetulan
4 Bab 4 - Mulai Merasa Kacau
5 Bab 5 - Obrolan Pasangan
6 Bab 6 - Hubungan Terlarang
7 Bab 7 - Bantuan Si Pria cantik
8 Bab 8 - Rencana Pertunangan
9 Bab 9 - Pertunangan Reza dan Alisha
10 Bab 10 - Desas Desus Sang Desainer
11 Bab 11- Foto Selembar Kertas Medis
12 Bab 12 - Menuju Sah
13 Bab 13 - SAH
14 Bab 14 - Tamu yang Tak Di undang
15 Bab 15 - Acara Resepsi
16 Bab 16 - Dukungan Vier
17 Bab 17 - Kenyataan dalam amplop
18 Bab 18 - Kebohongan Yang Kejam
19 Bab 19 - Flashback Kota Pelajar
20 Bab 20 - Menemui ibu dari calon anak suamiku
21 Bab 21 - Alisha Jatuh Sakit
22 Bab 22 - Semua tahu
23 Bab 23 - Bukan Reza,Namun Vier
24 Bab 24 - Mencoba Menjalani nya Perlahan
25 Bab 25 - Ruang Baru untuk Alisha
26 Bab 26 - Menuju 7 bulanan Kehamilan Davina
27 Bab 27 - Tentang Davina dan Acara tujuh bulanan
28 Bab 28 - Kekalutan Reza
29 Bab 29 - Alisha memilih pilihannya
30 Bab 30 - Takdir Memang tak Berpihak Pada Kita
31 Bab 31 - Perjanjian
32 Bab 32 - Mengalir Bagai Air
33 Bab 33 - Lahirnya Penerus Pratama
34 Bab 34 - Keinginan Yang Tak Sesuai
35 Bab 35 - Kejujuran memang selalu menyakitkan
36 Bab 36 - Sampai Pada Ujungnya
37 Bab 37 - Memulai dai Awal Lagi
38 Bab 38 - Acara Fashion Tahunan
39 Bab 39 - Kilometer 0 Kota Pelajar
40 Bab 40 - Mencoba Keberuntungan
41 Bab 41 - Bertemu Seseorang
42 Bab 42 - Takdir membawa ku Padamu
43 Bab 43 - Galau nya Alisha,Gembiranya Vier
44 Bab 44 - Menuju Kota Kembang
45 Bab 45 - Menjelaskan Maksud Pria Cantik itu Kepada sang Kakak
46 Bab 46 - Menyambut belahan Jiwa
47 Bab 47 - Jodoh Alisha
48 Bab 48 - Malam Pertama Versi Vier dan Alisha
49 VISUAL PEMAIN
50 Bab 50 - Menyelami Bahtera itu Bersama
51 Bab 51- Wanita dalam mobil Vier
52 Bab 52 - Tulusnya sebuah rasa cinta
53 Bab 53 - Gosip Pernikahan Sang Desainer
54 Bab 54 - Hampir Saja
55 Bab 55 - Mengumumkan Pernikahan
56 Bab 56 - Tamparan Menggema
57 Bab 57 - Pembelaan Alisha
58 Bab 58 - Manjanya Vier,Reza Pantang Menyerah
59 Bab 59 - Kedatangan Ryan
60 Bab 60 - Menjalankan misi
61 Bab 61 - Jumpa pers
62 Bab 62 - Gosip tentang Alisha
63 Bab 63 - Reza sang Penolong
64 Bab 64 - Mencari titik Terang
65 Bab 65 - Bantuan Besar
66 Bab 66 - Berjalan dua Arah
67 Bab 67 - Namun Satu Tujuan
68 Bab 68 - Kedatangan Anisa dan Keluarga
69 Bab 69 - Calon Ayah
70 Bab 70 - Vier sang Perisai
71 Bab 71 - Kebenaran yang sesungguhnya
72 Bab 72 - Balasan dari sifat egoisnya
73 Bab 73 - Menyelesaikan masalah Reza
74 Bab 74 - Cinta itu tak mungkin bersemi kembali
75 Bab 75 - Ngidam di trimester kedua
76 Bab 76 - Balada Buah Sirsak
77 Bab 77 - Kedatangan Ibu Kandung Ghaisan
78 Bab 78 - Insiden di Surabaya
79 Bab 79 - Tangisan manja istri Xavier
80 Bab 80 - Rindu yang terhalang cindera lengan
81 Bab 81 - Keputusan demi keadaan masa depan
82 Bab 82 - Undangan pesta ulang tahun
83 Bab 83 - Mencoba menghasut
84 Bab 84 - Ruang Operasi dan Kedatangan Polisi
85 Bab 85 - Baby D
86 Bab 86 - Lelaki cantik itu Jodoh ku
87 Bab 87 - Ekstra part 1
88 Bab 88 - Ekstra part 2
89 PENGUMUMAN
90 Bab 90 - Ekstra Part 3
91 Ekstra Part 4 - Cinta Gila Seorang Vier
92 Promo Karya Baru
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1- Tidak Sengaja
2
Bab 2 - Posesifnya Sang Wakil CEO
3
Bab 3 - Takdir Atau Kebetulan
4
Bab 4 - Mulai Merasa Kacau
5
Bab 5 - Obrolan Pasangan
6
Bab 6 - Hubungan Terlarang
7
Bab 7 - Bantuan Si Pria cantik
8
Bab 8 - Rencana Pertunangan
9
Bab 9 - Pertunangan Reza dan Alisha
10
Bab 10 - Desas Desus Sang Desainer
11
Bab 11- Foto Selembar Kertas Medis
12
Bab 12 - Menuju Sah
13
Bab 13 - SAH
14
Bab 14 - Tamu yang Tak Di undang
15
Bab 15 - Acara Resepsi
16
Bab 16 - Dukungan Vier
17
Bab 17 - Kenyataan dalam amplop
18
Bab 18 - Kebohongan Yang Kejam
19
Bab 19 - Flashback Kota Pelajar
20
Bab 20 - Menemui ibu dari calon anak suamiku
21
Bab 21 - Alisha Jatuh Sakit
22
Bab 22 - Semua tahu
23
Bab 23 - Bukan Reza,Namun Vier
24
Bab 24 - Mencoba Menjalani nya Perlahan
25
Bab 25 - Ruang Baru untuk Alisha
26
Bab 26 - Menuju 7 bulanan Kehamilan Davina
27
Bab 27 - Tentang Davina dan Acara tujuh bulanan
28
Bab 28 - Kekalutan Reza
29
Bab 29 - Alisha memilih pilihannya
30
Bab 30 - Takdir Memang tak Berpihak Pada Kita
31
Bab 31 - Perjanjian
32
Bab 32 - Mengalir Bagai Air
33
Bab 33 - Lahirnya Penerus Pratama
34
Bab 34 - Keinginan Yang Tak Sesuai
35
Bab 35 - Kejujuran memang selalu menyakitkan
36
Bab 36 - Sampai Pada Ujungnya
37
Bab 37 - Memulai dai Awal Lagi
38
Bab 38 - Acara Fashion Tahunan
39
Bab 39 - Kilometer 0 Kota Pelajar
40
Bab 40 - Mencoba Keberuntungan
41
Bab 41 - Bertemu Seseorang
42
Bab 42 - Takdir membawa ku Padamu
43
Bab 43 - Galau nya Alisha,Gembiranya Vier
44
Bab 44 - Menuju Kota Kembang
45
Bab 45 - Menjelaskan Maksud Pria Cantik itu Kepada sang Kakak
46
Bab 46 - Menyambut belahan Jiwa
47
Bab 47 - Jodoh Alisha
48
Bab 48 - Malam Pertama Versi Vier dan Alisha
49
VISUAL PEMAIN
50
Bab 50 - Menyelami Bahtera itu Bersama
51
Bab 51- Wanita dalam mobil Vier
52
Bab 52 - Tulusnya sebuah rasa cinta
53
Bab 53 - Gosip Pernikahan Sang Desainer
54
Bab 54 - Hampir Saja
55
Bab 55 - Mengumumkan Pernikahan
56
Bab 56 - Tamparan Menggema
57
Bab 57 - Pembelaan Alisha
58
Bab 58 - Manjanya Vier,Reza Pantang Menyerah
59
Bab 59 - Kedatangan Ryan
60
Bab 60 - Menjalankan misi
61
Bab 61 - Jumpa pers
62
Bab 62 - Gosip tentang Alisha
63
Bab 63 - Reza sang Penolong
64
Bab 64 - Mencari titik Terang
65
Bab 65 - Bantuan Besar
66
Bab 66 - Berjalan dua Arah
67
Bab 67 - Namun Satu Tujuan
68
Bab 68 - Kedatangan Anisa dan Keluarga
69
Bab 69 - Calon Ayah
70
Bab 70 - Vier sang Perisai
71
Bab 71 - Kebenaran yang sesungguhnya
72
Bab 72 - Balasan dari sifat egoisnya
73
Bab 73 - Menyelesaikan masalah Reza
74
Bab 74 - Cinta itu tak mungkin bersemi kembali
75
Bab 75 - Ngidam di trimester kedua
76
Bab 76 - Balada Buah Sirsak
77
Bab 77 - Kedatangan Ibu Kandung Ghaisan
78
Bab 78 - Insiden di Surabaya
79
Bab 79 - Tangisan manja istri Xavier
80
Bab 80 - Rindu yang terhalang cindera lengan
81
Bab 81 - Keputusan demi keadaan masa depan
82
Bab 82 - Undangan pesta ulang tahun
83
Bab 83 - Mencoba menghasut
84
Bab 84 - Ruang Operasi dan Kedatangan Polisi
85
Bab 85 - Baby D
86
Bab 86 - Lelaki cantik itu Jodoh ku
87
Bab 87 - Ekstra part 1
88
Bab 88 - Ekstra part 2
89
PENGUMUMAN
90
Bab 90 - Ekstra Part 3
91
Ekstra Part 4 - Cinta Gila Seorang Vier
92
Promo Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!