"Ya ampun, gue kalah wangi!" batin Alisha sambil menelisik pria dihadapannya ini.
"Nona, hai?" si pemilik butik melambaikan tangannya di depan wajah si gadis matang yang tengah melamun.
"I iya Mas, eh Mbak!" Alisha langsung melipat bibirnya sambil memukulnya pelan karena terus keliru memanggil seseorang yang ada dihadapannya ini.
Vier tersenyum lucu melihat Alisha menundukan kepalanya malu atas perkataanya. "Kira-kira saya cocok di panggil apa? " tanya Vier sambil terkekeh.
Alisha mendongak menatap Vier seksama," kalau panggil kak saja, boleh nggak? sepertinya usia kita tidak terlalu jauh," tawar Alisha berharap pria di depannya ini mengiyakan permintaannya.
"Boleh!" ujar si pria mengangguk.
"Lalu, mau pilih yang mana?"
"Em.. pilihkan gaun untuk usia 50 tahun tapi jangan terlalu banyak pernak pernik, yang biasa saja," pinta Alisha.
Vier menyusuri setiap gaun yang tergantung menggunakan tangannya, hingga berhenti pada gaun sederhana namun terlihat elegan dari modelnya. "Gimana kalau ini?" mengambil satu gamis berwarna abu abu satu set dengan hijabnya.
"Bagus, Kak! boleh deh," ujar Alisha. Tapi sedetik kemudian Alisha menghentikan uluran tangannya.
"Maaf, Kak. Harganya?" tanya Alisha.
"Nggak mahal kok, 750 ribu saja!" mata Alisha membola bagai bola pingpong mendengar harga yang Vier loloskan tanpa beban itu dari mulutnya yang berwarna pink alami, tadi aja sok sok nyari mahal,nah dapatkan! mampus!" batin Alisha.
"Oke!" jawab Alisha dengan menepuk dadanya pelan, "bungkus deh, Kak!" si pria cantik mengangguk dan membantu Alisha membawa gaun itu ke kasir. Dimana lagi alisha bisa mendapat perlakuan seperti ini, benar-benar membuat jantung Alisha ingin terbang."
"Bungkus untuk nona ini ya, 750 ribu!" sang kasir mengernyit mendengar harga yang bosnya itu sebutkan.
"Tapi bos?" Vier menggeleng, tanda ikuti saja permainannya.
"Saya bayar pakai kartu debit, ya Mbak?"
"Boleh Nona." meraih kartu debit yang Alisha sodorkan.
"Terima kasih! silahkan belanja lagi!" Alisha hanya mengangguk dan keluar dari butik itu dengan hati yang berbunga-bunga.
"Bos!" harga gamis itu kan dua juta," ucap pegawai kasirnya.
"tidak apa-apa!" ucap Vier sambil tersenyum, dasar gadis penabrak, awal bertemu dan tadi ekspresinya sama nggak berubah," gumamnya lirih sambil melihat ke arah Alisha pergi.
Keluar dari butik Alisha langsung berkeliling untuk mencari Luna, namun setelah di cari di beberapa toko nyatanya luna tidak ada disana. Akhirnya Alisha memutuskan mencari Luna di lantai teratas mall tempat dimana cafe, serta pujasera berada.
"Ampun! bisa gak sih kirim pesen gitu!" geram Alisha.
"Lupa, saking lapernya. Habisnya lo lama banget!" kres ayam goreng tepung itu masuk ke dalam mulut Luna tanpa perlawanan.
"Lo gak pesen?" tanya Luna.
"Bawa pulang deh, udah jam delapan!" jawab Alisha.
"Trus gimana, dapat nggak?"
"Dapat dong, nyokap lo pasti seneng!" Alisha meletakkan paperbag bertuliskan Xavi's boutique ke atas meja.
"Widih, mantap!" papar Luna sumringah.
"Tujuh ratus ribu!" ujar Alisah membuat Luna tersedak makanannya.
"Yang bener?!" Alisha mengangguk.
"Murah banget!" Luna tak percaya.
"Beneran, ya kali gue bohong sama lo, buat apa coba!" Alisha menyerahkan struk belanja dari butik tadi ke Luna.
"Apa iya butik tenar begitu ada baju seharga ini?" gumam Luna merasa ada yang aneh.
Alisha yang baru menyadari menatap langit-langit mall bingung, "Iya ya! kok aku baru sadar!" Alisha menyendarkan tubuhnya ke kursi, sedangkan Luna hanya bisa mengelengkan kepalanya menanggapi sahabatnya yang kelewat polos ini.
***
Pukul sepuluh malam Alisha baru sampai di kostannya, Luna yang berniat mengantar pun Alisha larang, karena jika mengantarnya terlebih dahulu ke kostannya, Luna akan terlalu malam tiba di rumahnya.
"Baru pulang, Mbak?" tanya satpam penjaga kost.
"Iya, Pak! main dulu," pak satpam yang bernama Jupri itu tersenyum.
"Alhamdulillah!" Alisha merebahkan tubuhnya setelah selesai mencuci tangan dan kakinya.
Dret dret
Alisah bangkit dari tidurnya dan meraih ponselnya. "Halo?" sapa Alisha pada seseorang yang menghubunginya.
"Halo, sayang! sudah di kost?" tanya seseorang itu yang tak lain adalah kekasihnya sendiri, Reza.
"Sudah Mas, maaf nggak angkat telpon kamu, di taksi tadi."
"Iya Nggak apa, sayang. Mas sedang di bandara, dapat penerbangan terakhir!" ujarnya.
"Ya sudah, semoga selamat sampai tujuan. Kalau masih capek nggak usah ke kantor, nanti aku yang akan ke rumah Mas Reza."
"Oke, sayang. I love you!"
"Love you to, Mas!"
"Tunggu mas, ya?" ujarnya.
"Iya, selalu!" Alisha tersenyum.
Panggilan terputus, pria yang kini sedang duduk di bandara menunggu keberangkatan pesawatnya itu gundah, bukan tidak senang, tapi hatinya sungguh tidak tenang.
"Maaf, semoga Mas nggak mengecewakan kamu!" gumamnya memandang foto sang kekasih di layar ddepan ponsel miliknya.
***
Jam menunjukan pukul 3 sore, Alisha yang masih berkutat dengan komputernya sesekali membalas pesan sang kekasih yang terus menanyakan apa ia akan datang kerumah atau tidak.
Alisha yang memang cukup sibuk, tidak tahu bisa datang kerumah atau tidak karena setelah rapat tadi pagi, pak Bagas selaku asisten sang bos memberikan beberapa proposal yang harus Alisha periksa sebelum di serahkan ke pak Ryan sang CEO.
Dering ponsel yang tiada henti itu membuat Alisha menghela nafas panjang. "Ya Allah, Mas Reza, gimana nanti kalau jadi suami!" batin Alisha geram." Alisha yang ingin pekerjaannya cepat selesai tak menggubris pesan beruntun yang Reza kirimkan.
"Hah!" Alisha merentangkan kedua tangannya ke atas dan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Jam 5," gumamnya.
"Ya ampun, aku belum solat!" Alisha bergegas bangkit dari duduknya mengambil air wudhu dan solat di mushola kecil yang ada di samping ruangannya.
Jam menunjukan pukul enam, Alisha yang masih berkutat di mejanya belum ada tanda-tanda akan meninggalkan pekerjaannya, bahkan luna sampai datang ke lantainya untuk melihat sang sahabat yang tak terlihat batang hidungnya hari ini.
Sedangkan Reza, sudah sangat kesal karena sang kekasih tak kunjung memberi kabar, ketakutan yang mulai tak beralasan membuatnya frustasi.
"Ah, Alisha dimana sih!" Reza langsung mengambil smartphonenya untuk menghubungi seseorang.
Tut tut
"Halo yan?!" Reza menghubungi sahabat sekaligus atasannya itu.
"Apa sih Rez, galak banget!" jawabnya.
"Lo kasih pekerjaan apa sih ke si Alisha?" tanya Reza dengan nada kesal.
"Kenapa?" jawabnya santai, sedang pria yang menelponnya ini sudah seperti banteng yang siap menyeruduk.
"Dia janji pulang kerja kerumah gue, kenapa sampai sekarang gak ada kabar!" serunya.
"Ada beberapa proposal dari pengembang yang di berikan Bagas pada Alisha tadi setelah rapat, mungkin masih mengerjakan itu. Kamu tahu sendiri kan jika gadismu tak pernah menunda pekerjaannya!" ujar Ryan diseberang sana.
"Ya sudah, aku akan menyusulnya ke kantor!" tut ! " panggilan Reza putus secara sepihak.
"Dasar bucin!" gumam Ryan yang sedang memeluk istri tercintanya yang sedang menonton tv.
Laju kendaraan roda empat itu sudah melebihi batas, sampai-sampai pengendara lain mengumpat kepada sang sopir yang tak tahu aturan ini, si pria yang sedang gundah tak menentu itu tak lagi memperdulikan keselamatannya, bahkan jika ia kehilangan nyawanya pun akan lebih baik, batinnya berseru.
Tap tap tap
Langkah kaki penuh kesal ia pijakkan ke lantai kantor, bahkan satpam yang sedang berkeliling perusahaan pun tak di hiraukannya, padahal ia menyapa Reza penuh hormat dengan membungkukkan sedikit badannya.
"Langkah lebarnya itu tiba tiba berhenti setelah pandangannya tertuju pada gadis yang amat ia cintai, gadis yang dia khawatirkan sedang membolak balik berkas tanpa merasakan apapaun padahal kantor ini sudah cukup sepi.
"Sayang!" panggilnya." si gadis mendongak memandang pria yang ia rindukan.
"Mas? ngapain?" tanya Alisha sambil menyambut uluran tangan Reza.
"Aku kangen kamu!" ucapnya sambil mencium punggung tangan Alisha.
"Maaf, pekerjaanku banyak hari ini! pekerjaan tak terduga sih!" gumamnya sambil tertawa kecil.
" Iya, Mas yang terlalu khawatir! maaf jika pesan dan telpon mas menganggumu," ucapnya penuh sesal.
"Nggak apa, Mas! kamu sehat kan?" tanya Alisha yang merasa pandangan Reza sedikit aneh, raut wajahnya yang tak seperti biasanya.
"Mas sehat! ya sudah mas akan menunggumu, lanjutkan saja."
"Tinggal satu berkas kok, setengah jam ya!" Reza mengangguk dan duduk di sofa tunggu yang ada di depan meja Alisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
meE😊😊
wahh paptut d curigai nii mngk ad apa2 y ni s reza aplg wkt itu smpt k club n gada kbar.. psti bkin kslahan yg tr bkin alisha bner2 kcewa
2023-04-04
0
Sil-Vi
next
2022-03-12
1