Rambut kepang yang di buat menyamping serta bunga bunga yang di tata rapi di setiap lekukan rambutnya membuat kesan manis dan membuat alisha nampak seperti anak remaja yang sedang mekar,lengannya di gandeng erat oleh sang kakak untuk di pertemukan dengan sang kekasih hati yang telah meminang nya hari ini.
"Nah, nak Reza. Benar ini calonnya?" tanya ayah wisma. Reza mengangguk dengan senyum mengembang di wajahnya membuktikan jika ia amat bahagia hari ini.
"Sini sayang," mami Nadine memeluk calon menanantunya hangat. Dia adalah orang yang paling bahagia, setelah Reza mulai bisa menambatkan hatinya pada satu gadis apalagi dengan wanita yang baik, cerdas serta soleha seperti Alisha. Namun, dengan latar belakang Alisha yang notabene orang biasa membuat papi Raja tidak setuju pada awalnya. Tetapi setelah benar benar melihat jati diri Alisha yang santun membuat papi Raja akhirnya pun luluh.
"Calonnya 'kan sudah datang, nah Nak Alisha, Nak Reza ini datang untuk meminangmu menjadi calon istrinya. Apa kamu menerima dia untuk jadi imamu kelak?" tanya ayah Wisma.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Alisha dalam hati sambil menutup kedua matanya.
"Alisha menerima pinangan Mas Reza dengan setulus hati Ayah, " ujar Alisha. Membuat seluruh yang hadir diruangan itu mengucapkan syukur.
"Pasangin cincinnya Rez. Jangan bengong aja!" mami Widya menyenggol lengan reza yang terpaku melihat Alisha yang begitu cantik dan segar. Sehingga membuat semua tamu mengulum senyumnya.
"Sini nak," ayah Wisma selaku kepala keluarga meminta Alisha mendekat dan berdiri di depan Reza.
"Sekarang bisa pasangkan cincinnya," ujar tuan Wisma.
Reza langsung mengambil cicin yang ada di atas meja dan menarik tangan Alisha lembut dan memasangkan cincin berlian itu di jari manis sang kekasih.
"Selamat ya, sayang," ujar Widya. Ibu dari Xavier.
"Terima kasih Tante," ucap Alisha malu - malu.
"Coba Vier juga bertemu dengan gadis sepertimu. Tante pasti akan bahagia sekali," ujar Widya dengan memandang Alisha lekat lekat.
"Al doakan semoga Kak Vier bisa segera mendapat jodoh yang sesungguhnya."
"Semoga ya."
"Amin ya Allah," seru Alisha dalam benaknya.
"Selamat ya Alisha. Semoga kalian berjodoh hingga kahir hayat," doa mengalir dari istri atasan Alisha, nyonya Asmitha.
"Terimakasih Bu." Asmitha tersenyum tulus.
"Selamat datang di keluarga kami ya, Nak," tutur papi Raja mengeusap kepala Alisha sayang.
"Iya Pih. Terima kasih," Alisha tersenyum bahagia.
Reza berbisik di telinga alisha, "Kamu kok bisa cantik banget gini sih. Kaya princes Alsa tau."
"Gombal!" Al menepuk dada Reza pelan dengan senyum yang disembunyikan membuat Reza tertawa.
"Jaga Adik aku. Hanya dia yang Kakak punya."
Anisa mengusap lengan Reza sambil memandang ke arah sang adik, "Iya Kak," Reza mengangguk.
Acara lamaran sejoli itu berjalan dengan lancar. Para orang tua juga saling berkenalan satu sama lain agar terjalin silahturahmi yang baik kedepannya doa serta harapan juga mengalir dari para tetangga dekat yang ayah Wisma undang untuk menyaksikan acara tersebut. Setelah mengobrol dan bermusyawarah. Sudah di tentukan jika pernikahan akan di adakan setelah nyonya Nadine mami Reza pulang setelah menyelesaiakn proses pengobatannya di Jerman.
"Mas pulang dulu, sayang." Reza pamit setelah acara benar - benar selesai.
"Hati - hati ya Mas. Minta pak Rudi pelan - pelan bawa mobilnya," ujar Alisha sambil mengapit lengan Reza.
"Iya. Tunggu Mas jemput kamu 2 hari lagi ya," Alisha mengangguk setuju.
Rombongan itu pun masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan rodanya untuk kembali ke Jakarta. Alisha yang meminta cuti selama beberapa hari tetap di Bandung untuk membicarakan konsep acara ijab kabul yang akan di adakan di rumah ayah Wisma beberapa bulan lagi.
***
Desas desus berita tak sedap santer terdengar tak mengenakan di telinga karyawan Vier. Pagi tadi berita tentang seorang desainer terkenal yang tinggal bersama bahkan sedang menjalin kasih dengan seorang pria mencuat di berbagai media sosial. Ciri - ciri serta foto dengan latar belakang tempat tinggalnya menjadikan ia tersangka dan diburu oleh para netizen serta wartawan gosip.
"Gimana nih?" ucap salah satu karyawan yang sedang berkumpul di ruang ganti. Mereka tampak gusar.
"Tadi sih, aku denger Pak Zayan menghubungi pengacara Bos Vier. Waktu nganterin kopi, " ucap yang lain.
"Semoga Bos Vier nggak apa - apa, ya!"
"Tenang saja, berita kaya gini udah pernah terjadi sebelumnya 'kan," ucap karywan senior yang sudah bekerja dari awal butik itu berdiri.
"Tapi kali ini fotonya jelas loh. Tuan Andra 'kan?" bisiknya. Mereka semua mengangguk.
Di apartemen mewah di lantai paling atas pria yang menjadi topik berita panas itu justru sedang menikmati susu hangatnya dengan pemandangan kota Jakarta yang padat.
Dia yang mendapat notifikasi dari sang asisten subuh tadi hanya melihat sekilas lalu meminta sang asisten menghubungi pengacaranya.
"Hah!" Vier menghela nafasnya. Ini lah resiko yang harus di ambil setelah keputusan yang terjadi karna hasrat semata.
"Dret dret"
Getar smarphone milik Vier membuat ia mengalihkan pandangannya. "Kakak," gumamnya.
"Halo?"
"Apa lagi ini Vier?" seru sang kakak. Membuat Vier langsung menjauhkan ponselnya.
"Kakak 'kan sudah bilang hati - hati!" ujar sang kakak geram.
"Itu resiko yang memang harus aku jalani, Kak."
"Tapi nggak begini!" pekiknya.
"Silahkan jika kamu tetap pada penampilan serta gaya hidupmu. Tapi tidak dengan jalan yang keliru seperti ini!" Jerit sang kakak.
" Maaf kak!" lirih Vier.
" Jangan pada ku tapi pada Mami!" bentak sang kakak.
"Tut" sambungan telpon terputus begitu saja.
"Aku juga tidak mau begini!" Vier menutup wajahnya dengan bantal. Airmata membanjiri wajahnya, ia tahu bahwa apa yang ia pilih dan jalani beberapa tahun ini adalah sebuah kesalahan. Apalagi sang mami tercinta sampai harus masuk ke rumah sakit karena darah tingginya naik sehingga membuat nya mengalami stroke ringan beberapa waktu lalu.
"Gimana Tante Widya kalau baca dan dengar berita ini," gumam Alisha memandang layar ponselnya.
"Tapi kalau benar? ya Allah, semoga segera mendapat hidayah. Amin!" Alisha mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.
"Kenapa Alisha?" tanya Ryan yang melihat Alisha melakukan gerakan seperti sedang berdoa.
"Nggak ada apa - apa, Pak!" tegas Alisha sambil meringis, memperlihatkan gigi putihnya. Ryan sang atasan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan langsung masuk keruang kerjanya.
***
Siang yang cukup terik tak membuat vier merasa pengap atau kepanasan. Justru, dia tetap berlari mengelilingi pantai dengan samudra biru yang terpampang dengan jelas di depan kedua netranya.
Setiap ada masalah Vier selalu pergi ke pantai siang hari dan berlari dengan memakai hoodie serta masker yang menutupi sebagian wajahnya. Terlihat keringat mengucur deras hingga bisa menutupi airmata yang mengalir dari kedua sudut matanya.
"Argh! Vier nggak mau ini, Pah!" Vier berteriak memanggil sang papa yang telah tiada.
"Maaf. Vier nggak bisa jadi anak laki - laki yang bisa Papa banggakan," lirihnya sambil berjongkok mengapit kedua lututnya.
Dari kejauhan, tanpa Vier sadari di belakang sana. Wanita paruh baya yang telah mengurusnya sejak kecil memandangnya dengan tatapan sendu dari dalam mobil. Bukan dia tak mengerti isi hati sang anak namun ia hanya ingin Vier bisa berjalan sendiri dan belajar mengambil keputusan yang baik untuk kehidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Memyr 67
kasian jadi vier. tidak mampu menolak
2023-03-24
0
Jamilah Mila
aku sllu mendukung mu thor
2022-03-14
1