TELUH 2

Teluh kiriman Aryo bereaksi di hari yang sama. Sepulang dari gudang, Pak Basuki mulai sakit. Tiba-tiba demam lalu ambruk dan hanya bisa tergolek lemah di ranjang. Tubuhnya akan gemetar hebat jika dipaksakan untuk bangun apalagi berjalan. Alhasil, seorang dokter dipanggil ke rumah untuk melakukan pemeriksaan. Beliau memberikan obat sesuai dengan gejala yang diderita pak Basuki lalu pamit pulang. Tidak ada yang aneh pada awalnya hingga sakit yang terlihat sepele itu tak jua kunjung menunjukkan tanda kesembuhan. Akhirnya, bu Basuki mengajak anaknya untuk membawa pak Basuki ke Rumah Sakit. Burhan menyetujuinya dan berangkatlah mereka ke Rumah Sakit terdekat. Singkat cerita, pak Basuki diminta untuk dirawat inap sembari melakukan pemeriksaan lanjutan.

"Baik," jawab bu Basuki tanpa membantah sedikit pun.

Sayangnya, pemeriksaan demi pemeriksaan tak menemukan hasil yang tepat. Segala obat yang diberikan pun, seolah tak berkhasiat. Sakit yang pak Basuki derita, kian parah saja di setiap harinya membuat Burhan mulai curiga.

"Buk.." panggil Burhan.

"Ada apa nak?"

"Sakitnya bapak kok gak sembuh-sembuh ya?"

"Belum nak, ini masih dalam masa pengobatan. Setiap orang memiliki waktu kesembuhan yang berbeda-beda."

"Burhan tahu itu, yang tidak Burhan mengerti, kenapa sakitnya bapak terasa aneh? sangat mengganjal di hati Burhan. Bahkan, Burhan mulai berpikir kalau bapak terkena guna-guna."

"Hustt! jangan bicara sembarangan!"

"Burhan..."

Belum sempat Burhan melanjutkan ucapannya, pak Basuki mengeliat, bu Basuki sigap, segera memapah suaminya.

"Buk.. Burhan.." panggil pak Basuki lirih.

"Iya pak, ada apa?" tanya istrinya.

"Kenapa kamu curiga kalau bapak diguna-guna?" tanya pak Basuki sembari menatap anak sulungnya.

"Karena bapak tiba-tiba sakit dan sudah melewati banyak pemeriksaan juga pengobatan tapi hasilnya tetap nihil."

"Hemm begitu. seandainya benar dugaanmu, siapa yang mengirimi guna-guna kepada bapak?"

"Pak, jangan memperkeruh suasana! sudah, jangan dibahas lagi! tidak ada pengirim guna-guna, bapak murni sakit medis," sahut bu Basuki.

"Jika dugaan Burhan benar maka pelaku yang paling memungkinkan adalah pak Bayan."

"Cukup pak! jangan memancing perseteruan!"

"Burhan.."

"Iya pak."

"Pergilah ke desa Tumpang, cari rumah mbah Samin!"

"Siapa itu pak?"

"Cari saja dan ceritakan kepadanya tentang kondisi bapak, minta bantuannya!"

"Pak, siapa mbah Samin itu?" tanya istrinya.

"Pergilah Han! ingat! desa Tumpang, rumah mbah Samin."

Burhan memandang ibunya sesaat sebelum kemudian mengiyakan lalu bergegas melaksanakan perintah dari ayahnya.

"Pak.."

"Nanti ibuk juga akan tahu. Bapak capek, bapak mau tidur dulu!"

Bu Basuki hanya bisa menghela napas seraya menyelimuti suaminya.

"Iya pak," jawabnya kemudian.

Tak ada lagi perbincangan di antara mereka. Setelah memastikan kalau pak Basuki sudah terlelap, bu Basuki lantas keluar kamar untuk mencari makan siang.

...🌸🌸🌸...

Di desa Tumpang, Burhan dapat dengan mudah menemukan rumah mbah Samin. Ketika ia hendak mengucapkan salam, pintu lebih dulu dibuka dan Burhan dipersilahkan masuk oleh seorang lelaki tua yang mana, dialah orang yang tengah Burhan cari yakni, mbah Samin.

"Kamu anaknya di Basuki kan?" tanya mbah Samin.

"Benar mbah, kok mbah Samin sudah tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Teluh kiriman bapakmu sudah berhasil ditangkal dan saat ini, orang itu menyerang balik bapakmu."

...Deg......

"Melihat tampangmu, sepertinya kamu baru tahu.."

"Bapak saya..."

"Duduk!"

"Baik mbah."

"Jujur saja kukatakan, bapakmu sudah tidak tertolong. Saat kamu pulang dari sini pun mungkin, dia sudah mati."

"Hah?"

"Sudah terlambat."

"Tolong mbah! apa tidak ada cara lain untuk menolong bapak saya?"

"Tidak ada," jawab mbah Samin seraya mengibaskan tangannya.

Burhan terdiam.

"Ohya, teluh yang dikirimkan untuk bapakmu itu adalah teluh penghabisan keturunan."

"Penghabisan keturunan?"

"Maksudnya, teluh itu akan terus bekerja hingga keturunan terakhir bapakmu mati."

Burhan terbelalak seketika.

"Sekejam itu?"

"Kejam apanya? bapakmu juga sama. Bapakmu yang lebih dulu mengirimkan teluh samber nyowo hingga keluarga lawannya itu hancur. Istrinya juga dibuat gila hingga mati. Belum lagi anak bungsunya. Sudah wajar kalau akhirnya mereka membalas."

Wajah Burhan memerah, amarah telah bercokol di dadanya. Jantungnya seraya berdegup tak beraturan.

"Apa yang mau kamu lakukan sekarang?" tanya mbah Samin.

Burhan hanya diam, dia tak tahu harus berbuat apa.

"Pulanglah, temui bapakmu! jika masih sempat, kalian bisa bertemu sebelum.."

"Baik mbah, saya pamit."

"Ya."

Benar saja, ketika bu Basuki kembali ke ruang rawat inap suaminya. Pak Basuki sudah tidak bernapas. Bu Basuki panik seraya mengguncang tubuh suaminya. Ia berteriak histeris membuat suasana riuh seketika. Dua orang perawat menghampiri mereka lalu memeriksa keadaan suaminya.

"Innalillahiwainnailaihirojiun, jam 13.57 pasien meninggal," ucap salah satu di antara dua perawat itu.

Tangis bu Basuki pun pecah. Seperti yang telah mbah Samin katakan, Pak Basuki telah meninggal ketika Burhan datang. Bu Basuki memeluk putra sulungnya kala Burhan terduduk lemas di depan pintu kamar. Air mata berlinang, keluarga ini merasa sangat kehilangan.

...🌸🌸🌸...

Kabar kematian pak Basuki menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga Aryo dan juga pak Bayan. Pak Bayan merasa heran kenapa pesaingnya itu tiba-tiba meninggal meski batinnya juga mengumpat. Pak Bayan merasa kalau pak Basuki pantas mendapatkan ganjaran atas apa yang telah ia perbuat kepada keluarganya.

Sementara Aryo, dia tahu betul apa yang sedang terjadi. Teluh kirimannya telah berhasil mengantarkan pak Basuki ke peristirahatan terakhir. Aryo tersenyum sinis, dia bergumam bahwa ini baru awal. Kebencian Aryo seolah telah mengalir ke seluruh urat nadi. Tak ada lagi celah untuk mengasihani. Setiap menutup mata, bayangan ibu dan adiknya terus terlihat. Betapa lemahnya Retno kala terbaring di rumah sakit dan bagaimana tak masuk akalnya tindakan ibunya yang mengguyurkan air panas ke tubuhnya sendiri hingga mati. Aryo mengepalkan tangan dan mulai mengumpat.

"Manusia laknat itu akhirnya mati tapi tunggu, akan kukirim juga anak-anakmu untuk menemanimu!"

Ternyata, kematian pak Basuki memancing kecurigaan dari pak Tomo. Setelah kematian pak Basuki, pak Tomo memperketat pengawasannya pada anak majikannya tersebut. Pak Tomo menduga bahwa kematian pak Basuki berkaitan dengan Aryo sebab, ekspresi dan respon yang Aryo tunjukkan terlihat berbeda. Pak Tomo tidak bisa menjelaskan secara gamblang namun batinnya bisa merasakan. Si mbok pun mulai berpikiran yang sama setelah suaminya bercerita.

"Benar pak, mas Aryo ini kok seperti tidak terkejut ya saat tahu pak Basuki meninggal?" tanya si mbok.

"Itu dia buk, malah terlihat tenang seperti orang yang tidak memiliki dendam."

"Apa mungkin kecurigaan bapak benar?"

"Kalau benar ya cilaka namanya. Kapan berhentinya kalau saling membalas? apalagi pakai jalur ghaib begini."

Si mbok hanya bisa mendengus. Begitu pun dengan suaminya, pak Tomo.

...🍂 Bersambung.... 🍂...

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next.

2024-04-13

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

astagfiruloh ,mdh2 tidak ada di duni nyTa y thor,klo ada ya ngeri🥺

2022-07-20

2

Dian Hank

Dian Hank

Kapan update nya lagi ya

2022-04-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!