Malam ini adalah malam yang panjang bagi Rasya. Setelah melihat penampakan sosok tanpa kaki tadi, matanya sungguh sulit untuk terpejam. Sosok itu terus terbayang hingga suara derap langkah kembali terdengar. Kali ini, Rasya memilih untuk diam meski jantung berdegup kian kencang. Pada akhirnya, Rasya membaca ayat kursi yang terus ia ulangi hingga ia berhasil terlelap.
Sementara itu, Tasya kembali bermimpi. Dalam mimpinya, ia kembali melihat sosok yang sama yakni sosok laki-laki yang tempo hari sempat ia lihat tengah duduk termangu di kursi teras rumahnya sekaligus sosok yang sama yang ia lihat dalam mimpi yang sebelumnya. Ada yang berbeda, dalam mimpi kali ini, Tasya juga melihat beberapa sosok yang lainnya.
Di dalam mimpinya, Tasya berjalan begitu saja, melewati sosok laki-laki yang sedang duduk di teras. Di dalam ruang tamu, ia melihat seorang bapak-bapak tengah merokok. Ada segelas kopi hitam yang tinggal setengah isinya. Tak ada pergerakan lain selain berulang kali menghirup rokok di jemari. Tasya melanjutkan langkahnya hingga memasuki ruang tengah. Di sana, ada seorang ibu-ibu yang sedang mengajari balita perempuannya berjalan. Tampak senyum manis terulas di pipi keduanya. Tanpa sadar, Tasya turut menyunggingkan senyuman.
Lebih dalam, Tasya melihat seorang wanita paruh baya sedang memasak di dapur sembari berbincang dengan seorang laki-laki yang berada di pekarangan samping dapur. Tasya melongok ke luar untuk melihat wajah laki-laki tersebut yang Tasya duga berprofesi sebagai tukang kebun. Tasya hanya diam mengamati hingga matanya mengerjap beberapa kali, Tasya terbangun dari mimpi.
"Itu tadi, apakah mereka semua adalah penghuni terdahulu rumah ini? jika benar, bukankah seharusnya mereka adalah kakek buyutku beserta istri dan anak-anaknya? Apakah rumah ini pernah ditempati keluarga lain sepeninggalan mereka?"
Tasya mengembuskan napas pelan.
"Jadi benar apa yang bu Chotim dan para warga lihat. Perihal sosok yang seringkali menampakkan diri di sini, aku yakin mereka sama seperti yang ada di dalam mimpi."
Tasya mengernyitkan dahi lalu menggelengkan kepalanya.
"Aku harus mencari tahu."
Tasya menenggak air putih di gelas yang berada di nakas sebelum kemudian kembali memejamkan mata.
...🌸🌸🌸...
Keesokan harinya, Tasya menceritakan perihal mimpinya kepada Rasya ketika mereka sarapan bersama. Rasya mendengarkan dengan seksama meski batinnya bimbang. Dia bingung hendak menceritakan perihal penampakan yang ia lihat juga ataukah tidak.
"Kak.."
"Iya.."
"Emm..."
Rasya membuka dan mengatupkan bibirnya berulang kali.
"Ada apa dek?"
"Enggak, aku cuma khawatir kalau kakak jadi takut tinggal di sini."
"Takut sih ada tapi kakak pikir, ini semua karena baru awal saja. Setelah lama di sini, pasti terbiasa. Kamu jangan khawatir!"
Rasya menganggukkan kepala, tak sampai hati untuk bercerita. Rasya mempertimbangkan banyak hal hingga memilih untuk menyimpan sendiri perihal penampakan yang ia lihat semalam.
"Ya udah, Rasya berangkat kerja dulu ya kak!"
"Iya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mbok Irah membersihkan meja makan dan kemudian mencuci piring. Sementara itu, Tasya kembali berkutat dengan dagangannya yang harus dikirim hari itu. Usai bersih-bersih, mbok Irah membuatkan camilan ringan untuk Tasya serta membantu Rasya membungkus pesanan.
"Mbok.."
"Iya mbak, ada apa?"
"Mbok Irah kan rumahnya juga gak jauh dari sini, apa pernah lihat penampakan juga saat lewat depan rumah ini?"
"Kalau mbok Irah sih gak pernah mbak tapi.."
"Tapi kenapa?"
"Tapi.. saya merasa kalau sosok putih yang semalam mbak Tasya lihat di pekarangan itu.. bukan manusia."
"Hemm.. kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya emang bukan manusia ya?"
"Semua tempat pasti ada penunggu yang tak kasat mata."
"Iya mbok. Kira-kira, gangguan ini akan semakin parah atau akan menghilang?"
"Wah, saya juga kurang tahu mbak. Mungkin saja menghilang sebab, kuatnya mereka karena tempat ini sudah lama ditinggalkan. Sekarang kan sudah berbeda, ada kehidupan, saya kira akan jauh lebih baik ke depannya."
"Semoga saja begitu!"
"Iya mbak aamiin!"
Tasya menganggukkan kepalanya.
...🌸🌸🌸...
Selepas tidur siang, Tasya mengambil air wudhu lalu menunaikan solat dhuhur. Dia merasa pundaknya ditepuk barulah mengeraskan suara takbirnya. Sialnya, usai mengucapkan salam, Tasya tak melihat siapa pun di belakangnya. Hal ini membuat Tasya terkejut sekaligus bingung. Tasya bergegas melipat mukena lalu berlari mencari mbok Irah.
"Ada apa mbak kok lari-lari begitu?" tanya mbok Irah.
"Mbok Irah tadi jadi makmum solat saya kah?"
"Enggak kok. Mbok Irah dari tadi di sini."
......Deg........
"Siapa yang nepuk pundakku?"
"Kenapa mbak?"
Tasya duduk di depan mbok Irah seraya menceritakan apa yang baru saja ia alami. Mbok Irah menuangkan segelas air putih dan meminta Tasya untuk meminumnya.
"Makasih mbok!"
"Jangan terlalu dipikirkan mbak! seperti yang sudah kita bahas tadi pagi, pelan-pelan gangguan pasti menghilang."
"Iya mbok."
"Sudah makan siang belum?"
"Belum."
"Mau mbok Irah ambilkan?"
"Gak usah mbok, temenin saya saya di dapur!"
"Iya ayo!"
Tasya mengangguk.
...🌸🌸🌸...
Usia makan, Tasya menelpon tantenya. Tante yang selama ini membesarkan dirinya beserta adiknya, Rasya. Mereka berbincang cukup lama hingga sampailah ke pertanyaan inti yakni, tentang penghuni di rumah yang kini, Tasya tinggali.
"Tante tahu gak, siapa lagi yang pernah menempati rumah ini setelah keluarga kakek buyut meninggal?" tanya Tasya.
"Emm.. bentar-benar, tante coba ingat-ingat dulu! Hemm.. rasanya ada, seingat tante sih, rumah itu sempat disewakan beberapa kali tapi cuma sebentar. Rata-rata para penyewa gak betah karena.."
"Gangguan ghaib kan?"
"Hehe iya."
"Kalau tante sudah tahu, kenapa tante tidak melarang Tasya untuk menerima warisan ini?"
"Tante tahu, cepat atau lambat, kamu pasti akan menanyakan hal ini. Begini, tante mikirnya rumah dan tanah itu sangatlah luas. Suatu saat bisa kalian bagi berdua. Untuk kamu dan untuk Rasya saat kalian sudah berkeluarga. Karena sejarah rumah itu yang berhantu membuat posisi kalian aman, tidak akan diusik oleh saudara yang lain. Mereka semua tahu tentang horrornya rumah tersebut, karena hal itulah, tidak ada yang mau menerimanya. Bukannya tante berniat mengorbankan kalian, tante memikirkan kebaikan kalian. Jika memang masalahnya adalah hantu, pelan-pelan saja dihangatkan lagi suasananya! rajin solat dan mengaji. Kalau masih tidak berhasil, minta tolong ke kyai saja untuk membersihkan rumah dari aura negatif di sana. Tante sungguh tidak memiliki niat yang buruk pada kalian berdua."
"Jadi begitu.."
"Maaf ya sayang! jangan salah paham!"
"Iya-iya, Tasya ngerti kok. Ohya, untuk para penyewa terdahulu, apa tante masih memiliki info tentang keberadaan mereka?"
"Mana ada? sudah bertahun-tahun berlalu, mereka pergi ke mana juga tante tidak tahu."
"Benar juga. Ya udahlah, Tasya tutup dulu ya Te, Tasya mau mandi!"
"Iya sayang, hati-hati ya kamu! jangan lupa solat dan mengaji!"
"Iya te, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
...🍂 Bersambung... 🍂 ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-13
1
Bintang kejora
Bnr jg saran Tantenya itu, krn tdk akan ada kekuatan yg bs melebihi kekuatanNya.
Ayo Tasya lbh dktkan diri lg dg Sang Pencipta. Dialah sebaik²nya pelindung yg senantiasa terjaga.
2022-03-31
4
rahelkinar
author kok blom up
2022-03-29
2