Tanah Kuburan

...Sepulang dari kebun, aku, ayah dan pak Tomo lanjut ke gudang untuk memeriksa proses pengiriman hasil panen ke para pedagang....

...Barulah setelah itu, kami pulang ke rumah....

...Sesampainya di rumah, rasa penasaran kian memuncah....

...Langsung kubergegas menuju pekarangan guna memastikan, apa sebenarnya yang semalam sosok itu taburkan....

Ternyata, pak Tomo mengekor di belakang Aryo dengan niat hati yang sama.

"Mas Aryo penasaran ya?" tanya pak Tomo.

"Iya pak, di sekitar sini kan ya penampakan semalam?"

"Iya mas," jawab pak Tomo sembari mencari sesuatu di tanah.

Setelah beberapa saat mencari, Aryo mengeluh sebab tak menemukan apa pun.

"Kayaknya pak Tomo salah lihat, tidak ada apa-apa di sini," ucap Aryo.

"Ada mas, Ini!" jawab pak Tomo seraya mengulurkan segenggam tanah merah.

"Tanah?"

"Iya."

"Apa maksud pak Tomo?"

"Mas, kalau saya tidak salah menebak, ini seperti tanah kuburan."

"Hah?"

"Kalau memang benar, celaka ini mas."

"Kenapa pak?"

"Taburan tanah kuburan begini identik dengan kiriman teluh, guna-guna dan sejenisnya."

Aryo terhenyak.

"Kita harus memberitahu pak Bayan."

Aryo hanya mengangguk seraya berjalan mengikuti langkah pak Tomo, masuk ke dalam rumah. Sayangnya, respon yang ditunjukkan pak Bayan di luar dugaan. Beliau sama sekali tak menganggap hal ini sebagai ancaman.

"Tanah ini terlihat sama seperti tanah-tanah yang lainnya," ucap pak Bayan.

"Bagaimana kalau ditanyakan dulu ke orang pintar?"

"Untuk apa Mo? kalau pun benar kuntilanak semalam menaburkan tanah kuburan, ya mungkin saja dia iseng, bawa tanah dari tempat dia tinggal," jawab pak Bayan lalu tertawa terbahak-bahak.

"Bagaimana kalau kekhawatiran saya benar? ini sangat berbahaya pak."

"Tomo, terima kasih kamu sudah mengkhawatirkan saya tapi tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja!"

"Pak.."

"Sudah-sudah, ayo makan siang, sudah pada lapar kan?"

Pada akhirnya, pak Tomo mengalah. Kekhawatiran di hatinya sungguh tidak bisa ia singkirkan. Sedangkan Aryo, tentu akan menuruti keputusan ayahnya. Meski telah beranjak dewasa tapi, pengalaman hidupnya masihlah kurang, apalagi untuk mengambil sebuah keputusan atau menggoyahkan keputusan ayahnya, Aryo belum bisa.

"Jadi ini asal mula semua petaka," gumam Tasya.

...Seandainya aku bisa lebih berani saat itu....

...Mungkin, keluargaku bisa terhindar dari malapetaka....

...Sayangnya, penyesalan selalu datang di akhir bukan?...

...Aku menyesal, sangat menyesal....

"Ada apa pak kok gelisah begitu?" tanya si mbok.

"Buk, kuntilanak semalam menaburkan tanah kuburan."

"Astaghfirulloh pak!"

"Pak Bayan tidak menggubris ucapan bapak. Bapak khawatir kalau hal buruk akan segera datang."

"Lalu bagaimana?"

"Bapak juga tidak tahu buk."

"Bagaimana kalau dibuang saja tanah kuburan itu?"

"Memangnya bisa semudah itu? masalah ini tidak bisa kita atasi sendiri. Harus mencari orang pintar untuk membantu."

"Dibujuk lagi saja pak Bayannya!"

"Harus pakai cara apa lagi? sepertinya, pak Bayan menganggap kekhawatiran bapak sebatas takhayul semata."

"Haduh, susah kalau begini. Mau lebih keras memperingati juga serba salah. Kita cuma pesuruh."

"Itu dia maksud bapak."

"Tapi kasihan pak kalau sampai..."

"Bapak tahu, bapak bingung sekali buk."

Suami istri itu hanya bisa menghela napas panjang sembari memikirkan cara untuk menggoyahkan pendirian pak Bayan.

...Semenjak penolakan bapak, kami mulai sering melihat penampakan di rumah....

...Bahkan melihat hal-hal yang tidak wajar....

...Seperti serangga yang perlahan-lahan tubuhnya membesar lalu menghilang....

...Terror semacam ini kian menjadi di setiap harinya....

...Adikku pun tak luput dari gangguan mereka....

...Selepas adzan maghrib berkumandang, adikku akan menangis tanpa sebab....

...Butuh usaha keras untuk bisa mendiamkannya dan menimangnya hingga terlelap....

...Meski begitu, tidurnya tidak tenang....

...Sesekali dia terbangun tiba-tiba, seperti ada yang mengagetkannya....

...Tentu dia akan menangis lagi sebelum kembali terlelap....

...Jujur, aku merasa bahwa ucapan pak Tomo ada benarnya....

"Yah.." panggil Aryo setelah ayahnya menidurkan adik perempuannya.

Pak Bayan berjalan ke luar kamar menghampiri Aryo lalu mengajaknya berbincang di ruang tamu.

"Ada apa? jangan terlalu berisik! adikmu baru saja tidur."

"Iya yah."

"Ada apa?"

"Apa ayah juga merasakan kalau rumah kita tidak pernah semenakutkan sekarang? Aryo merasa kalau ada yang tidak beres di sini."

"Maksud kamu apa?"

"Entah benar atau salah, semenjak penampakan kuntilanak di pekarangan, suasana rumah berubah. Banyak terjadi hal ghaib yang sebelumnya tidak pernah kita alami."

"Inti dari ucapanmu apa?"

Aryo menarik napas dalam sebelum menjawab pertanyaan ayahnya.

"Bagaimana jika yang dikhawatirkan pak Tomo itu benar?"

"Kamu juga mulai mempercayai takhayul Yo?"

"Mau mengelak juga susah yah. Apa salahnya kalau kita mencari orang pintar?"

"Kamu ini, derajat manusia jauh lebih mulia dari bangsa mereka. Apa yang kamu takutkan?"

"Aryo tahu, Aryo hanya takut kalau lambat laun hal ini akan membesar dan semakin sulit diatasi."

Pak Bayan tersenyum.

"Ternyata, anak ayah sudah beranjak dewasa. Sudah mulai memikirkan keselamatan keluarga dan tanggungjawab. Ayah senang tapi kamu tidak perlu khawatir! seluruh beban keluarga kita, masih ada ayah yang menanggungnya."

"Yah.."

"Sudahlah, jangan berpikir macam-macam lagi!"

"Kita adakan doa bersama saja yah!"

"Doa bersama?"

Aryo mengangguk.

"Untuk membersihkan rumah ini biar adek juga bisa tidur dengan nyenyak."

"Akan ayah pertimbangkan! sekarang, kamu tidur saja!"

"Lebih cepat lebih baik yah."

"Iya-iya."

Pada akhirnya, bujukan Aryo masih gagal. Usulan untuk mengadakan doa bersama pun masih dipertimbangkan. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain melangkah gontai menuju kamarnya.

"Benar kata tante Lusi, keluarga kami tidak begitu mempercayai takhayul begini," gumam Tasya.

Malam kian larut ketika Tasya dan Rasya kembali melihat sosok kuntilanak yang tempo hari menaburkan tanah kuburan. Sosok itu terlihat melayang mengelilingi rumah sebelum kemudian masuk ke ruang tamu. Berdiam sesaat lalu kembali melayang masuk ke ruang tengah sampai ke dapur.

"Dek.."

"Tenang kak, dia tidak bisa melihat kita," sahut Rasya.

"Iya."

Tak ada hal lain yang kuntilanak itu lakukan selain melayang dari satu ruang ke ruang lainnya. Saat adzan subuh berkumandang, barulah sosok itu menghilang. Si mbok dan pak Tomo keluar kamar untuk membersihkan diri lalu menunaikan solat subuh disusul dengan istri pak Bayan, Aryo lalu yang terakhir adalah pak Bayan itu sendiri. Aktivitas kembali seperti biasa, semua sibuk melakukan pekerjaan masing-masing sebelum kembali berkumpul kembali di meja makan untuk sarapan bersama. Di sela-sela sarapan, pak Bayan menyampaikan beberapa hal yang hari ini harus Aryo lakukan. Aryo manggut-manggut isyarat telah memahami instruksi yang ayahnya berikan.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Terpopuler

Comments

G

G

takabur.
husnudzon itu baik, tp waspada thd segala kemungkinan itu lebih baik

2024-04-13

0

A B U

A B U

next,

2024-04-13

1

Diankeren

Diankeren

ih ngmongin tnah kburan jdi inget crita ttgga. tu yg pling manjur. tanah kburan Merah basah. ih serrem
klo dsini bkn org'y yg d teluh tor. tpi teluh'y dtnem. kta'y mah mtiin rjki tu org. smpe udh pndah rmh pun, yg Bli rmh'y ikutan apes. dkntrakin juga g ada yg tahan lama. bru 2 bln mnggat 🤦🏻‍♀️

2024-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!