Titik Terang

Karena hati yang terus gusar, alhasil Tasya putuskan untuk menelpon tantenya untuk menanyakan perihal apa yang telah terjadi dengan kakek buyutnya.

"Apa maksud kamu Tasya?"

"Maksud Tasya, tolong ceritakan apa saja yang telah terjadi! apa.. kakek meninggal karena apa?"

"Sakit, bukannya kamu sudah tahu?"

"Iya Tasya tahu tapi.. sakit apa dan bagaimana kejadiannya? tolong ceritakan dengan rinci!"

"Hemm.. begini, seperti yang telah dikatakan, kakek buyut kamu meninggal karena sakit. Hanya saja, sakit itu terlalu mendadak dan menular dengan cepat seperti wabah. Keluarga kakek habis tak bersisa diserang wabah penyakit tersebut. Setelah itu, rumah dikosongkan untuk waktu yang lama karena khawatir kalau penyakit itu masih ada. Entah berapa tahun sebelum akhirnya disewakan."

"Tante, Tasya benar-benar bisa gila kalau tante masih terus menyembunyikan fakta yang sesungguhnya."

"Sayang, apa lagi yang tante sembunyikan?"

"Teluh, ada yang bilang, kakek buyut meninggal karena teluh kiriman seseorang."

"Itu, tante pernah dengar tapi kamu pun pasti tahu kalau teluh itu baru sekedar rumor, belum bisa dibuktikan."

"Kalau memang sudaha ada rumor, kenapa tidak disembuhkan?"

"Tante juga tidak tahu. Keluarga kita adalah orang yang rasional, tidak semudah itu percaya pada tahayul. Ketika rasa percaya mulai muncul, kondisi kakek buyutmu telah memburuk dan akhirnya meninggal. Kamu tidak bisa menyalahkan keluarga kita. Sakit yang di derita kakek buyutmu begitu aneh dan tidak membutuhkan waktu lama untuk kemudian meninggal. Terlalu singkat untuk berpikir dan mencari orang yang bisa mengobati. Kamu tahu kan, teluh tidak sama dengan penyakit medis. Jika itu penyakit medis, kita bisa pilih rumah sakit mana saja sementara ini?"

Tasya mengembuskan napas panjang.

"Tasya, tante tahu kamu sedang tidak tenang berada di rumah itu, sabar ya sayang! atau kamu mau kembali ke rumah tante lagi?"

"Tidak tante, Tasya hanya merasa penasaran dengan apa yang telah terjadi di sini."

"Kalau memang sudah tidak mampu, jual saja tanah dan rumah itu!"

"Akan Tasya pertimbangkan saran tante!"

"Iya sayang."

Tasya menutup sambungan teleponnya setelah mengucapkan salam lalu memanggil mbok Irah untuk berdiskusi dengannya.

"Saya merasa pasti ada sesuatu yang lebih rumit dari pada ini yang membuat keluarga besar saya enggan diwarisi rumah ini."

"Jika mbak Tasya merasa seperti itu maka teruslah mencari tahu!" saran mbok Irah.

"Dari mana, ke mana dan bagaimana saya harus mencari tahu kalau keluarga saya saja seolah menutup kebenaran yang ada?"

"Cepat atau lambat pasti akan ketemu jalannya."

"Itu.. eh.."

Tiba-tiba Tasya teringat pada mimpinya.

"Ada apa mbak?"

"Saya tahu mbok, tukang kebun dan asisten rumah tangga itu pasti memiliki keluarga yang bisa saya tanyai."

"Siapa?"

"Dalam mimpi, saya melihat ada seorang tukang kebun dan seorang asisten rumah tangga yang bekerja di sini."

"Tuh kan, apa saya bilang? cepat atau lambat pasti akan ketemu jalannya."

"Iya mbok benar, saya akan menanyakan hal ini kepada tante Lusi."

"Kalau begitu saya ke belakang dulu ya mau nyuci baju!"

"Iya mbok silahkan!"

Tasya kembali menelpon tante Lusi untuk menanyakan perihal siapa nama tukang kebun kakek buyutnya. Tantenya terkejut karena Tasya bisa tahu sejauh itu. Tasya lantas menceritakan detil dari mimpinya.

"Jadi begitu. Sepertinya, mimpimu memang memberimu petunjuk. Nama tukang kebun itu adalah pak Tomo. Kalau asisten rumah tangga itu bernama bu Atum yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari pak Tomo tadi. Dulu, rumah mereka berada di desa tetangga tempat kamu tinggal sekarang tapi tante tidak tahu, apakah mereka masih hidup ataukah sudah meninggal? apakah keluarganya masih tinggal di sana ataukah sudah pindah? tante juga tidak pernah mendatangi rumah mereka."

"Apa alamat lengkap pak Tomo?"

"Jalan Kenanga kalau gak salah, untuk nomer rumahnya, tante tidak tahu."

"Hemm.. baiklah, sementara itu dulu. Untuk selanjutnya biar Tasya pikirkan lagi!"

"Iya sayang. Maaf ya tante tidak bisa membantu banyak!"

"Tidak apa-apa te, yasudah Tasya tutup dulu ya!"

"Iya."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Akhirnya, ada titik terang," gumam Tasya.

...🌸🌸🌸...

Usai adzan dzuhur berkumandang, suami mbok Irah datang. Tasya mempersilahkannya untuk masuk lalu menjelaskan pekerjaan apa saja yang akan ia kerjakan. Mbah Sani namanya, perawakannya ramping, sama seperti mbok Irah.

"Baiklah mbah, silahkan ditata dulu barang bawaannya di kamar, setelah itu makan siang! Besok saja mulai bekerjanya! terserah mbah Yani mau ditanami apa pekarangan saya."

"Iya mbak terima kasih."

"Iya sama-sama," jawab Tasya seraya menganggukkan kepala.

"Alhamdulillah buk," ucap mbah Sani sembari menatap ke arah istrinya yang lekas membalas dengan senyum lebar.

Tasya masuk ke kamarnya lalu merebahkan diri di ranjang sembari mencoba untuk memejamkan mata.

"Sudah bertambah satu orang lagi penghuni di rumah ini. Semoga menjadi lebih baik dan tidak menyeramkan lagi!" gumam Tasya.

...🌸🌸🌸...

Malam harinya, semua orang berkumpul di ruang tengah untuk menonton pertandingan sepak bola di televisi. Meski hanya Rasya dan mbah Sani yang menikmati acara tapi, antusias mereka berhasil menimbulkan kegaduhan di rumah tersebut. Suasana menjadi riuh, sangat berhasil membunuh hening dalam malam yang kian pekat. Sementara Tasya dan mbok Irah, fokus dengan obrolan mereka sembari membungkus pesanan yang akan dikirimkan esok pagi.

"Ah sial! kok bisa kebobolan sih?" umpat Rasya.

Tasya hanya tersenyum melihat adiknya. Saat acara sepak bola berakhir, barulah Tasya bisa berbincang serius dengan Rasya. Tasya mengajak adiknya untuk duduk di ruang tamu lalu mulai menceritakan semua pembicaraannya dengan tante Lusi melalui sambungan telepon tadi. Rasya mengerti dan jauh lebih memahami perihal ketakutan yang kakaknya rasakan.

"Sepanjang hari di rumah pasti membuat kakak ketakutan."

"Soal itu, iya kakak takut. Karena itulah kakak menerima mbah Sani tanpa berdiskusi lebih lanjut dulu denganmu."

"Rasya ngerti kok, Rasya tidak menyalahkan kakak. Untuk ke depannya bagaimana? mental kakak bisa terganggu kalau terus-terusan ketakutan."

"Ini, kakak masih baik-baik saja. Kakak pikir, penghuni rumah ini ingin kita mencari tahu tentang apa yang terjadi."

"Maksud kakak, kakak ingin kita pergi mencari pak Tomo atau anak keturunannya?"

"Iya benar, kakak sangat penasaran. Apa kamu tidak penasaran?"

"Tentu saja penasaran, lusa.. hari sabtu kan Rasya libur, coba kita datangi rumah pak Lurah untuk menanyakan hal ini!"

"Boleh, ide bagus tuh."

"Oke, kita sepakati gitu aja dulu."

"Iya."

Tasya merasa sedikit lega, muncul secercah harapan di hatinya. Entah akan berhasil atau gagal tapi ini, patut untuk dicoba.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next.

2024-04-13

1

Herry Ruslim

Herry Ruslim

secangkir kopi,di minum dulu Thor...

2023-01-25

1

Bintang kejora

Bintang kejora

Mlai mencari asal usul dr rmh tsb. Gak ada salahnya seh, yar bs lbh jls. Tp knp Tasya & Rasya tdk kepikiran tuk mengadakan pengajian dg mengundang ustad & bbrp warga setempat.




☕ngopi dl Thor yar lbh semangat up nya. Lanjuuuuuuut...

2022-03-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!