Malam menjelang, Tasya dan Rasya menonton televisi di ruang tengah sembari memainkan ponsel mereka. Perbincangan hangat mendominasi, sementara televisi sekedar dinyalakan untuk membunuh kesunyian. Entah kenapa, berada di kota terasa seperti di desa. Mungkin karena pekarangan yang luas, membuat rumah mereka terasa sunyi sendiri. Suara sepeda motor yang lewat, beberapa kali terdengar namun tetap tak bisa menghalau suasana sunyi.
Tasya memandang ke sekeliling ruangan lalu memuji di dalam hati. Rumah yang kini ia tempati terlihat begitu kuno tapi pada zamannya, jelas rumah inilah yang tercantik. Sepersekian detik kemudian, Tasya mulai merinding, memikirkan betapa tuanya rumah ini. Rasanya, Tasya ingin segera merenovasinya. Apalah daya, dana belum mencukupi.
"Kak, apa kakak masih ingin merenovasi rumah ini?"
"Kenapa kamu tanya begitu, apa kamu keberatan kalau direnovasi?"
"Hemm.. rumah ini unik sih, klasik gitu tapi, aku setuju juga kalau mau di renovasi biar ganti suasana."
"Memangnya, kamu merasa gimana dengan suasana di rumah ini?" tanya Tasya.
"Namanya juga rumah tua pasti imagenya gimana gitu ya... meski semua baik-baik saja, aku tetap merasa, akan lebih baik kalau direnovasi dengan desain kekinian."
"Untuk menghilangkan nuansa horror maksud kamu?"
"Hah? iya hehe."
"Iya-iya, kakak paham kok. Yaudah, kita berdua nabung dulu ya! Kalau sudah cukup, kita renovasi!"
"Iya kak."
...🌸🌸🌸...
Dalam tidurnya, Tasya bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang kisaran usianya, tak jauh berbeda dengannya. Laki-laki itu hanya duduk diam di kursi teras. Tasya yg saat itu keluar dari rumah lekas bertanya.
"Maaf! mas ini siapa ya?"
Laki-laki itu tidak menjawab.
"Apa kamu temannya Rasya?"
Pertanyaan kedua pun masih belum mendapat jawaban. Tasya diam beberapa saat sembari berusaha mendekat, ingin melihat wajahnya. Saat itulah, laki-laki itu menoleh membuat Tasya terkejut lalu terbangun dari mimpinya. Tasya mengerjapkan mata beberapa kali sembari mengatur deru napas.
"Mimpi yang aneh," benaknya dalam hati sebelum kemudian kembali tidur hingga esok pagi.
...🌸🌸🌸...
Keesokan harinya, Rasya berpamitan hendak bekerja. Tasya mengatakan bahwa pagi ini, ia akan kembali menemui bu Chotim untuk membicarakan tentang asisten rumah tangga. Rasya berpesan untuk mencari asisten rumah tangga yang jago masak, Tasya tertawa.
"Iya, kakak tahu."
"Yaudah kalau gitu. Rasya berangkat ya kak! assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tasya mengambil tas kecil di kamar lalu pergi ke rumah bu Chotim. Bu Chotim menawarkan beberapa nama, Tasya menjawab bahwa siapa saja boleh asalkan jago masak. Akhirnya, dipilihlah mbok Irah yang akan dijadikan asisten rumah tangga di rumah Tasya dan Rasya.
"Mbok Iran bersedia tinggal di rumah saya kan?" tanya Tasya.
"Iya mbak bersedia," jawab mbok Irah.
"Keluarga mbok Irah bagaimana? apa suami mengizinkan?"
"Anak-anak saya sudah berkeluarga semua. Saya dan suami tinggal bersama salah satu anak kami. Soal kerja ini, suami sudah mengizinkan."
"Maaf ya mbok! saya mau tanya."
"Iya silahkan!"
"Kalau semua anak mbok Irah sudah mandiri, kenapa mbok Irah masih bersusah payah untuk bekerja di usia senja begini?"
"Karena sudah terbiasa bekerja mbak. Menggantungkan hidup kepada anak juga kurang nyaman. Kasihan kalau membebani mereka. Anak-anak saya kan juga punya keluarga. Selagi bisa mencari uang sendiri, lebih baik saya bekerja. Kalau mbak Tasya membutuhkan tukang kebun, suami saya bisa."
"Hemm.. begitu, soal tukang kebun sih memang kayaknya butuh tapi saya perlu berdiskusi lagi dengan adik saya."
"Iya mbak."
"Baiklah kalau begitu, besok mbok Irah bisa mulai tinggal di rumah saya dan langsung bekerja. Untuk hari ini, berpamitan dulu saja dengan keluarga sekaligus menyiapkan barang apa saja yang ingin mbok Irah bawa. Santai saja, tidak perlu terburu-buru!"
"Iya mbak."
Setelah selesai, mbok Irah pamit pulang. Begitu pun dengan Tasya namun sebelum itu, Tasya memberikan sejumlah uang dalam bungkusan amplop sebagai tanda terima kasih atas bantuan yang telah bu Chotim berikan. Bu Chotim menerimanya dengan senang seraya mengatakan bahwa besok, dia akan mengantar bu Irah ke rumah Tasya. Tasya mengangguk lalu mengucapkan salam.
Tasya berjalan santai menuju rumahnya dan hal ghaib pun kembali terjadi. Ketika Tasya sampai di tepi jalan depan rumahnya, ia melihat, ada laki-laki yang sedang duduk di kursi teras rumah. Wajah laki-laki itu terasa familier baginya. Tasya lekas mempercepat langkah namun, saat dia sudah sampai di depan teras, sosok itu tiba-tiba menghilang. Hilang begitu saja seolah hanya halusinasi, Tasya tercenung.
"Itu tadi.. beneran ada orang gak sih?" gumamnya ragu.
Tasya melangkah masuk sembari berpikir. Dia menjadi ragu atas apa yang ia lihat barusan.
"Orang tadi.. apa aku.. Eh, dia.. orang tadi sangat mirip dengan laki-laki yang kulihat di mimpiku semalam."
Meski yakin, sudut hatinya berusaha mengelak.
"Enggak-enggak, pasti halusinasiku saja."
Tasya menggelengkan kepalanya coba menghalau dugaan-dugaan yang membuatnya ketakutan.
"Bukan Tasya, bukan," ucapnya pelan seraya berjalan masuk ke dalam kamar.
...🌸🌸🌸...
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Rasya yang baru saja pulang kerja lekas menghampiri kakaknya yang tengah menyeduh teh di dapur.
...Deg.....
Tasya membulat seketika saat melihat sesosok laki-laki yang berjalan mengikuti di belakang Rasya. Tasya menarik adiknya dengan tiba-tiba membuat Rasya kebingungan.
"Ada apa kak?"
Tasya masih membulat, belum memberikan jawaban.
"Kak Tasya baik-baik saja kan?"
"Hah?"
"Kakak kenapa?"
"Cuma salah lihat, gak ada apa-apa."
"Yakin?"
"Iya yakin."
"Oh, gimana soal asisten rumah tangga kita?"
"Sudah dapat, mbok Irah namanya. Besok, dia ke sini, mulai tinggal dan bekerja sekalian. Ohya, kita.. perlu tukang kebun gak sih?"
"Pekarangan kita emang luas tapi.. kayaknya belum butuh deh kak."
"Gitu ya?"
"Ada apa?"
"Mboh Irah menawarkan suaminya untuk jadi tukang kebun di sini kalau kita butuh."
"Emm, gimana ya..?"
"Gini deh, gak usah dulu tukang kebunnya! besok, biar kak Tasya yang ngomong sama mbok Irah."
"Iya."
"Buruan mandi gih terus makan!"
"Iya kak."
Saat Rasya berbalik dan mulai berjalan menuju kamarnya, Tasya kembali melihat sosok laki-laki yang mengikutinya. Dengan cepat, Tasya menarik sosok tersebut namun, tangan Tasya malah menembus tubuh sosok itu, membuat Tasya spontan berteriak.
"Kak!"
"Ada yang ngikutin kamu Sya."
"Hah? mana? siapa?" tanya Rasya seraya menoleh ke belakang.
"Tadi ada, laki-laki."
...Deg...
"Apa yang dilihat kak Tasya sama seperti yang kulihat kemarin?" tanya Rasya di dalam hati.
"Seperti apa orangnya kak?" tanya Rasya pelan.
"Dia.. dia.."
Tasya mulai ketakutan.
"Ada apa kak?"
"Wajahnya sama seperti sosok yang muncul di mimpiku dan sosok yang tadi duduk di teras depan."
"Maksud kakak..."
"Sepertinya, dia penunggu rumah ini Sya."
"Kakak tenang ya!"
"Rumah ini.."
"Dengerin Rasya ya! Kalau pun benar dia penunggu rumah ini, biarkan saja! Rumah ini memang sudah sangat tua, wajar jika ditinggali bangsa mereka. Sekarang, ada kehidupan di sini. Kakak tenang saja! lambat laun, suasana rumah akan semakin membaik dan makin nyaman untuk ditinggali. Gangguan ghaib pun akan pergi."
Tasya hanya diam.
"Udah ya! yuk ke depan! kakak tenang saja! mulai besok, ada mbok Irah yang akan menemani kita."
"Iya."
...🍂 BERSAMBUNG .... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-04-13
1
Diankeren
nmptin rmh bru g slametan sih.... 😁
2024-01-21
1
Julia Nana
rumahku bahkan suamiku yg mimpiin kalo rumahku ditempatin satu keluarga. kalo q sih ga di mimpiin apa2 tapi justru q yg maki2 mereka buat pergi dr rumahku. wlwpun ga bisa liat mereka tp q yakin sesuatu yg gaib memang ada. kita manusia makhluk sempurna dr mereka knp hrs mengalah. rumah2 kita kok. mereka mw tinggal noh disono dihutan kek. gunung kek. gua kek. knp dirumah orang. tapi iya ngadepin nya jgn kosong sambil baca2in jg.
2023-02-28
1