DENDAM

...Merenggut dua nyawa, menurutku sudah sangat keterlaluan....

...Bukan sekedar balas dendam, sepertinya, pak Basuki sudah kerasukan....

...Mempermainkan nyawa manusia sedemikian rupa....

...Retno dibuat sakit dan sekarang ibuku dibuat gila hingga mereka meninggal dunia....

...Kesusahan hidup yang dia alami tidaklah sebanding dengan teluh ini....

...Sejak saat itu, aku berniat untuk membalas....

...Aku tahu, dendam hanya akan kian mengular jika kami terus saling mengirimkan balasan tapi, melihat apa yang telah dia perbuat, aku sungguh tidak tahan....

...Pak sujak, pada akhirnya berhasil menghentikan teluh yang dikirimkan pada keluarga kami....

...Teluh telah berhenti tapi dendam terlanjur membara ....

"Yo, apa sebaiknya kita pindah saja dari sini?" tanya pak Bayan pada anaknya.

"Ke mana yah? mau kerja apa di sana?"

"Apa saja, sekarang hanya tinggal kamu dan ayah."

"Kalau bapak ingin begitu, Aryo hanya bisa menurut. Di tempat baru nanti, biar Aryo saja yang mencari kerja!"

"Kita berdua harus tetap bekerja. Ohya, kira-kira, pak Tomo dan si mbok dikasih pesangon berapa ya? mereka sudah lama ikut kita."

"Yah.."

"Ada apa?"

"Aryo belum ikhlas, Aryo tidak rela. Merenggut dua nyawa dan memporak-porandakan ekonomi keluarga kita sungguh tidak sebanding dengan kesusahan yang dia rasakan. Aryo.."

"Kamu mau apa?"

"Balas dendam."

Suasana menjadi hening seketika. Sebenarnya, bukan hanya Aryo yang tidak rela. Dada pak Bayan pun dipenuhi amarah tapi ia berusaha meredamnya apalagi kalau bukan demi Aryo, satu-satunya keturunannya yang tersisa.

"Lupakan saja dendam itu Yo! kita mulai lembaran baru! besok, ayah akan mulai mencari rumah di daerah tempat tinggal kita yang baru."

Aryo hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pak Bayan lantas beranjak ke kamar sementara Aryo pergi ke rumah salah seorang temannya. Rupanya, dia adalah teman baik Aryo yang selama ini menjadi tempat Aryo mencurahkan isi hati. Secara terus terang, Aryo mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan pelancar bisnis agar usaha ayahnya kembali jaya. Dia juga berkata bahwa ia tak ingin pindah dari sana. Temannya yang merasa kasihan lantas mengenalkan Aryo pada seseorang dan orang inilah yang kemudian membawa mereka berdua menemui ki Praja.

Sialnya, ternyata Aryo menyimpan niat jahat. Bukannya meminta amalan untuk melancarkan bisnis, Aryo malah berniat mengirimkan teluh untuk pesaing ayahnya. Pesaing sekaligus penyebab kematian ibu dan adiknya. Siapa lagi kalau bukan pak Basuki. Temannya terperangah kala mendengar apa yang Aryo katakan. Ia berusaha membujuk Aryo agar mengurungkan niatnya meski itu sia-sia saja.

"Sadar kamu Yo!"

"Maaf Har, aku sudah berbohong padamu! kamu tahu betul, seberapa besarnya dendam di hatiku. Tolong jangan halangi aku!"

"Jangan main-main dengan hal semacam ini Yo!"

"Aku serius dan sangat yakin untuk melakukannya."

"Jangan Ki! jangan hiraukan teman saya ini! mohon maaf sudah mengganggu waktunya! kami pamit!" ucap Hari seraya menarik Aryo agar lekas pergi.

Bukannya mengindahkan bujukan Hari, Aryo malah mengempaskan genggaman tangan temannya. Aryo bersikeras untuk melanjutkan apa yang telah menjadi niat hatinya dan sama sekali tak mau mendengarkan Hari yang tanpa bosan membujuknya.

"Aryo!"

"Apa yang kamu takutkan Har? dosa? bukannya meminta amalan pelancar bisnis juga sama berdosanya?"

"Memang sama berdosanya tapi teluh.. ini berkaitan dengan nyawa manusia."

"Manusia laknat itu telah membunuh adik dan ibuku!"

Hari diam, tak lagi bisa mendebat ucapan Aryo.

"Kalian berdua tenang! jika belum yakin, kalian bisa pulang dan kembali lagi ke sini saat sudah sepakat!" ucap ki Praja.

Aryo mendorong pelan Hari sembari meminta maaf lalu kembali duduk di depan ki Praja.

"Konsekuensinya terlalu besar Yo."

"Akan aku tanggung semuanya."

Hari mengatupkan bibirnya, dia tidak bisa lagi berkata-kata selain manggut-manggut lalu berbalik, meninggalkan kediaman ki Praja. Terlihat jelas raut kecewa di wajahnya.

"Benar kata temanmu, berurusan dengan teluh dan sejenisnya bukan perkara sepele. Apa tidak mau mempertimbangkannya lagi?" tanya ki Praja tanpa memandang ke Aryo.

"Tidak ki, saya sudah sangat yakin."

"Baiklah, apa yang kamu inginkan?"

"Menghabisi manusia laknat itu hingga keturunan terakhirnya," jawab Aryo dengan mantap.

"Besar juga nyalimu bocah. Aku tidak mau tahu ada dendam apa di antara kalian tapi yang perlu aku tegaskan, teluh akan berbalik pada si pengirim kalau si penerima bisa melepaskan diri. Apa kamu sudah siap?"

"Sangat siap."

"Untuk melakukan teluh semengerikan ini juga tidak murah."

"Berapa pun akan saya bayar."

Ki Praja tertawa kecil dan mereka pun memulai apa yang seharusnya tidak dimulai. Prosesi pengiriman teluh dilakukan. Entah hilang ke mana kewarasan Aryo, dendam membutakan mata hatinya.

...🌸🌸🌸...

Sementara itu, di kediaman pak Basuki terjadi pertengkaran hebat. Apalagi kalau bukan karena istrinya yang marah. Meski pak Basuki terus mengelak tapi batinnya membenarkan apa yang telah bu Bayan katakan. Terlebih setelah ia mendengar kabar kematian bu Bayan, bu Basuki menjadi makin yakin bahwa suaminya turut andil dalam kehancuran keluarga tersebut.

"Bapak ini siapa? bapak sudah berubah, bukan suami yang ibuk kenal selama ini," ucap bu Basuki.

"Mau sampai kapan ibuk menuduh bapak? bapak sungguh tidak melakukan apa pun."

"Jangan main-main dengan nyawa manusia pak! itu, bu Bayan sudah meninggal, sebelumnya, anak bungsunya juga meninggal."

"Tidak ada kaitannya dengan bapak. Mau sampai berbusa pun bapak akan tetap bilang begitu, karena memang apa yang mereka ucapkan tidak benar. Itu fitnah buk, fitnah. Fitnah jauh lebih berbahaya."

"Astaghfirulloh pak!"

Bu Basuki hanya bisa menangis.

"Ibuk butuh istirahat agar tidak berpikir macam-macam, bapak pergi dulu!" ucap pak Basuki seraya melangkahkan kaki meninggalkan istrinya yang masih menitikan air mata.

Saat itulah, anak sulung mereka mendekat.

"Buk.."

"Burhan, apa kamu tahu sesuatu? bapakmu, apa benar bapakmu yang mengirimkan teluh?"

"Burhan tidak tahu buk."

"Burhan jujur sama ibuk! mungkin kamu tidak tahu atau menganggap remeh hal ini tapi semua hal tentang teluh tidak ada baiknya. Bisa berbalik menyakiti keluarga kita sendiri, menyakiti bapakmu, ibuk, kamu bahkan Reni adikmu."

"Burhan sungguh tidak tahu buk."

"Benar juga, tidak mungkin bapakmu menceritakan hal sebesar ini padamu. Ibuk hanya berharap bisa menghentikannya sesegera mungkin untuk menghindari mala petaka yang jauh lebih besar."

"Buk.."

"Sudahlah, kamu pergi kuliah saja!"

"Ibuk.."

"Ibuk baik-baik saja!"

Burhan terdiam sesaat sembari menatap wajah ibunya yang kini telah dipalingkan.

"Burhan berangkat ya bu? assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Burhan melangkah gontai ke luar rumah. Batinnya dipenuhi tanya, entah kenapa dia pun memiliki pemikiran yang sama dengan ibunya namun, tak berdaya, tidak bisa melakukan apa-apa.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-13

1

Bintang kejora

Bintang kejora

Siapa sebenarnya yg sdh mengirim teluh pd keluarga Pak Bayan??
Benar jg Bu Basuki, dia takut teluh itu berbalik pd keluarganya. Krn bkn hal mustahil jk teluh itu berbalik pd pengirimnya.

2022-04-15

1

alena

alena

nexs msh penasaran

2022-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!