KEWARASAN

"Astaghfirulloh yah, kita harus mendatangi rumah pak Basuki dan meminta maaf secara tulus!" saran bu Bayan.

Semua orang berkumpul di ruang tamu untuk mendiskusikan hal ini. Pak Tomo pun sependapat dengan saran bu Bayan. Menurut pak Tomo, hal ini patut untuk dicoba. Bagaimana pun, manusia tempatnya salah dan bisa juga tidak menyadari ketika perbuatannya menyakiti.

"Dari respon yang Basuki tunjukkan, apa mungkin dia mau memaafkan?" tanya pak Bayan.

"Dicoba dulu yah, kita bertiga ke sana!"

Pak Bayan menghela napas panjang lalu menganggukkan kepalanya.

...Naif jika aku berpikir seperti ibu....

...Aku tahu betul apa yang sedang ayah pikirkan....

...Sejujurnya, aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah....

...Kupikir, wajar jika strategi dilancarkan dalam persaingan bisnis....

...Bahkan, saling mencaplok customer pun sah-sah saja....

...Tapi jika hal tersebut dibenturkan dengan rasa kemanusiaan tentu akan menjadi salah....

...Namanya juga persaingan, pasti ada yang kalah dan ada yang menang....

...Bisa juga imbang tapi dalam hal ini, pihak yang kalah memilih menyerang balik menggunakan jalan yang tidak dibenarkan....

...Teluh, bukankah menjadi tidak sportif?...

...Sudut hatiku yang lain membiarkan sebab kekalahan pak Basuki berimbas besar pada keluarganya....

...Sudahlah, biarkan ini berlalu dan mulai kembali pada lembaran yang baru....

...Anggap semua dendam telah impas....

...Toh sekarang sudah tidak ada ketimpangan harga, semua sama rata....

...Sayangnya, dendam pak Basuki telah mengakar dengan kuat....

...Kehancuran dua keluarga, sudah tak terhindarkan....

Di hari yang sama, tepatnya selepas adzan maghrib, keluarga pak Bayan bertandang ke rumah pak Basuki. Bu Bayan langsung bersimpuh di kaki pak Basuki beserta istrinya untuk meminta maaf. Pak Bayan tak kuasa menghalangi istrinya dan malah turut serta bersimpuh jua. Bu Basuki membantu bu Bayan berdiri lalu meminta mereka semua untuk duduk di sofa.

"Ada apa ini?" tanya bu Basuki.

"Tolong maafkan kami! jika dulu, suamiku pernah melukai keluarga kalian dengan seenaknya memasang harga lebih tinggi untuk para petani hingga membuat keluarga kalian kesusahan, mohon maafkan kami!"

Di luar dugaan, bu Basuki malah terkejut mendengar ucapan bu Bayan. Tampaknya, ia sama sekali tidak tahu perihal apa yang telah diperbuat suaminya.

"Sebenarnya ada apa ini pak?" tanya bu Basuki kepada suaminya.

"Mana bapak tahu, mereka tiba-tiba datang meminta maaf begini, apa maksudnya?"

...Amarah bercokol di dadaku....

..."Dasar bermuka dua!" umpatku dalam hati saat itu....

...Bisa-bisanya pak Basuki berlagak tak tahu menahu padahal tadi siang, ia telah mengakui semuanya....

"Bu Bayan, saya ini tidak mengerti."

"Bu Basuki tolong jangan begitu! kami sudah tahu kalau keluarga kami dikirimi teluh dan pak Basuki telah mengakuinya. Teluh ini telah merenggut nyawa Retno dan menghancurkan mata pencaharian kami. Kami menerima hukuman ini tapi tolong dihentikan sampai di sini!"

"Teluh apa pak? apa yang bapak lakukan?"

"Ibuk jangan marah-marah dulu! coba tanya! apa mereka punya bukti. Kalau tidak ada kan fitnah namanya."

"Bu Bayan.."

"Yah.."

Pak Bayan menarik napas panjang sebelum mulai berbicara.

"Sudahlah, saya meminta maaf dengan tulus. Dari lubuk hati saya yang terdalam, saya telah menyesal. Mohon pak Basuki dan keluarga memaafkan kesalahan saya di masa lalu!"

"Apa maksudnya dengan teluh tadi?" tanya bu Basuki yang masih merasa penasaran.

"Soal itu, menurut orang pintar, keluarga kami memang diteluh seseorang tapi siapa yang mengirimkan teluh, tidak bisa dibuktikan secara fisik. Karenanya kami berinisiatif untuk meminta maaf kepada semua orang yang mungkin telah kami sakiti, khususnya, saya sakiti di masa lalu."

"Pak, bapak jujur! apa bapak yang telah mengirimi mereka teluh?"

"Mana mungkin buk, seumur-umur bapak tidak pernah bersinggungan dengan hal itu."

...Seperti yang kuduga, tidak ada titik temu malam itu....

...Pak Basuki bersikeras mengelak sebab, tidak ada bukti yang bisa menyudutkannya....

...Sedangkan teluh yang dikirimkan kepada kami, belum dicabut....

...Malam itu, kami pulang dengan tangan hampa....

"Bagaimana ini yah?" tanya bu Bayan sembari terus menangis.

Kelopak matanya telah bengkak, raut sedih masih tak mau pergi dari wajahnya.

"Ibuk tenang ya!" pinta si mbok.

"Yang terpenting, meminta maaf telah dilakukan. Selanjutnya adalah terus berikhtiar untuk mencari kesembuhan," sahut pak Tomo.

"Ke mana lagi kita harus mencari?"

"Sabar buk! pasti ada jalan," jawab pak Tomo menutup perbincangan malam itu sebelum semua orang kembali ke kamar untuk beristirahat.

...Tak dapat kupungkiri, muncul kebencian di dalam hati....

...Aku bahkan berujar, akan membalas dendam jika pak Basuki masih terus melanjutkan teluhnya saat ini....

...Setelah hari itu, ibu mulai menunjukkan keanehan....

...Beberapa kali terlihat linglung, pandangannya kosong bahkan melupakan aku dan ayah....

...Awalnya kami pikir, ibu kembali depresi karena beban pikiran yang berat, sama seperti saat kehilangan Retno dulu....

...Namun pikiran itu lekas pudar kala melihat tingkah ibu yang kian aneh disetiap harinya....

...Ibu mulai diam, enggan berbicara dengan siapa pun, daya responnya menurun....

...Menurut dokter, mental ibu memang sedang terganggu dan perlu pendampingan khusus untuk memulihkan kondisinya namun aku dan ayah memiliki pemikiran kami yang lain....

...Benar saja, suatu kali, ada seorang lelaki paruh baya yang datang bertamu ke rumah....

...Katanya, namanya pak Sujak....

...Beliau memiliki saudara di desa tempat kami tinggal dan sangat terkejut ketika melewati rumah kami saat menuju ke rumah saudaranya tersebut....

...Pak Sujak meminta maaf sebelum mengatakan bahwa keluarga kami dikirim teluh oleh tetangga sendiri....

...Meski pak Sujak enggan mengatakan siapa orangnya namun kami sudah bisa menebaknya....

"Apa linglungnya istri saya juga disebabkan oleh teluh itu?"

"Iya benar," jawab pak Sujak.

"Tolong kami pak! kami sudah mencari bantuan ke mana-mana tapi masih belum membuahkan hasil."

"Akan saya coba, malam ini kalian solat tahajud lalu perbanyak membaca solawat ya!"

"Apa lagi yang perlu kami baca selain solawat?"

"Apa saja bisa, berdoa setulus hati, meminta pertolongan dari yang maha kuasa."

"Baik, akan kami lakukan."

Setelah perbincangan itu, pak Sujak pamit. Pak Bayan lantas menegaskan agar semua orang menuruti perintah pak Sujak. Pak Tomo, si mbok dan Aryo mengangguk paham. Tak lama setelahnya, terdengar suara bu Bayan berteriak dari arah dapur. Semua orang panik seraya bergegas menghampirinya. Bu Bayan mengejutkan semua orang sebab dia terlihat tengah mengguyurkan air panas ke tubuhnya sendiri. Meski ia berteriak kesakitan namun tangannya masih terus mengguyur air yang mendidih dari panci ke tubuhnya hingga kulitnya mengelupas.

Si mbok berteriak, sementara yang lainnya berusaha menghentikan aksi bu Bayan dan lekas membawanya ke rumah sakit. Sayangnya, luka yang di derita sangat parah. Setelah tiga hari dirawat, bu Bayan akhirnya meninggal. Tangis kehilangan tak dapat dibendung. Kebencian menancap kian dalam di hati Aryo dan pak Bayan.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Terpopuler

Comments

A B U

A B U

next,

2024-04-13

1

Diankeren

Diankeren

butuul.. br'saing sehat donk pak bas

2024-01-23

1

Fitri wardhana

Fitri wardhana

segitunya org gila akan dunia,padahal dunia ini cuma sesaat,mksih thor ini pelajaran buat hidup kita agar berhati2 dalam berkata,dan perbuatan🙏

2022-07-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!