"A..yo masuk!" ajak Tasya dengan sedikit terbata.
"Iya ayo! Ohya kak, rencana mau cari ke mana asisten rumah tangganya?" tanya Rasya coba menormalkan kembali suasana yang tegang untuk beberapa saat tadi.
"Kak Tasya kenal satu orang tetangga di sini, namanya bu Chotim, kita bisa tanya ke beliau soal asisten rumah tangga nanti!"
"Emm.. iya, aku nempatin kamar yang mana ya?"
"Yang mana saja boleh. Ada lima kamar di sini."
"Kak Tasya mau kamar yang mana?"
"Mana ya... yang.. ini aja deh."
"Yaudah, aku kamar yang itu biar deket sama kakak."
"Iya boleh."
Mereka berdua lanjut berjalan untuk melihat keseluruhan ruangan. Selain memiliki lima kamar, di sana juga terdapat satu kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu yang luas serta dapur yang lumayan luas juga.
"Kak, kamar ini.. yang paling dekat dengan dapur ini.. dipakai untuk ruang solat saja ya?"
"Boleh Sya, kakak juga sempat memikirkan hal yang sama."
"Kalau di kamar sebelahnya, bisa dijadikan sebagai kamar asisten rumah tangga nantinya, gimana menurut kakak?"
"Setuju aja sih kakak, ide bagus."
Mereka berdua pun saling berbalas senyuman.
...🌸🌸🌸...
Di tengah agenda menata barang-barang. Tasya berpamitan kepada adiknya kalau ia akan pergi ke rumah bu chotim sebentar guna menanyakan perihal asisten rumah tangga untuk mereka.
"Iya kak."
Setelah Tasya pergi, Rasya kembali melanjutkan kesibukannya menata barang-barang.
...Sreg.. sreg.. sreg......
Terdengar suara kaki yang diseret. Terdengar seperti tengah berjalan di depan kamar Tasya. Rasya mengira bahwa itu kakaknya namun saat ia panggil, tak ada sahutan. Karena penasaran, akhirnya, Rasya berjalan keluar dari kamarnya seraya mencari sumber suara. Saat itu, ia melihat sesosok laki-laki dengan kaki penuh lumpur berjalan ke arah dapur. Merasa tak mengenali sosok tersebut, Rasya lantas bergegas mengejarnya.
"Tunggu! tunggu! berhenti!" pinta Rasya dan sosok itu pun berhenti juga.
"Maaf! bapak siapa?"
Sosok itu hanya diam, enggan menjawab. Bahkan, menoleh pun tidak, membuat Rasya harus mengulangi pertanyaannya.
"Pak.. bapak siapa? ada perlu apa?"
Sekali lagi sosok tersebut hanya diam. Pada akhirnya, Rasya kembali bertanya untuk yang ke tiga kalinya.
"Ada perlu apa bapak ke rumah saya? apa ba..."
Belum selesai Rasya berbicara, sosok tersebut berbalik dengan berjalan sangat cepat menuju ke arahnya. Hanya dalam hitungan menit, wajah mereka telah berhadapan tepat.
"Ini Rumahku," ucap sosok laki-laki tersebut.
Rasya terkejut, tubuhnya terhuyung jatuh. Di saat dia, masih dalam masa terkejut, sosok itu berjalan menembus tubuhnya lalu menghilang dari pandangannya. Sepersekian detik kemudian, Rasya tersadar dan lekas berlari ke teras rumah karena merasa ketakutan.
"Sosok apa itu tadi? kenapa dia bilang kalau ini rumahnya?" gumam Rasya sembari coba menormalkan deru napas.
Rasya berulang kali melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, berulang kali pula ia urungkan. Rasya masih terbayang akan sosok laki-laki yang sempat mengejutkannya tadi. Selang setengah jam kemudian, Tasya kembali.
"Sudah selesai nata barang-barangnya?" tanya Tasya.
"Belum, capek."
"Hah?"
"Sengaja nungguin kakak biar ada bala bantuan," jawab Rasya sembari cengar-cengir.
"Emm...."
"Yuk!" ajak Rasya sembari mendorong pelan kakaknya.
Mereka berdua kembali berkutat dengan aktifitas menata barang-barang sambil bersenda gurau bersama. Menyelesaikan pekerjaan sembari menghalau rasa lelah yang menghampiri secara perlahan.
...Sreg... sreg.. sreg......
Terdengar kembali suara orang berjalan. Rasya lekas menghentikan aktifitasnya seraya menelan ludahnya. Kian lama, suara itu kian terdengar jelas hingga memancing rasa penasaran Tasya.
"Apa ya itu? suara siapa?" tanya Tasya.
Rasya membulat, dia bingung hendak menjawab apa. Pikirnya, jika dia bercerita, hanya akan membuat kakaknya ketakutan. Sedangkan mulai besok, kakaknya akan berada di rumah sendirian sebelum mereka mendapatkan seorang asisten rumah tangga.
"Siapa sih?" tanya Tasya lagi seraya berdiri hendak memeriksa ke arah sumber suara.
Rasya lekas menahan kakaknya dan membuat alasan bahwa suara itu pastilah berasal dari luar rumah.
"Itu suara dahan yang saling bergesekan," ucap Rasya.
"Dahan?" tanya Tasya meragukan.
"Iya, pokoknya pohon yang tertiup angin lah."
"Tapi, suaranya jelas seperti langkah kaki yang diseret."
"Bukan kak. Ayo kak buruan diberesin, keburu malam!"
"Memangnya kenapa kalau malam?"
"Emm... lapar, keburu kelaparan nanti."
Tasya tersenyum.
"Kamu sudah lapar?"
"Belum sih tapi.. hampir."
Tasya terkekeh.
"Gini deh, kamu lanjutin dulu nata barangnya, kak Tasya mau masak makanan buat kita berdua!"
"Boleh, ide bagus tuh. Eh, di dapur ya?"
"Iya lah, masak kan memang di dapur."
"Duh, sosok tadi kan juga berjalan ke dapur," keluh Rasya di dalam hati.
"Yaudah ya, kakak masak sebentar!"
"I-ya ka-k."
...🌸🌸🌸...
Di dapur, Tasya mengeluarkan dua buah telur, sosis dan mie instan. Dia berencana merebus mie instan sebab, memang hanya ada itu di rumah. Tasya belum sempat berbelanja sayuran. Tangannya tengah sibuk meracik bahan-bahan saat suara kaki yang diseret kembali terdengar.
...Sreg.. srek.. sregk......
"Ini.. suara apa sih?"
Tasya lantas menajamkan pendengarannya seraya mencari, dari manakah datangnya suara tersebut? Sayangnya, suara itu menghilang. Tasya memanyunkan bibirnya dan kemudian lanjut memotong beberapa cabe rawit sebagai pelengkap masakan.
...Sregg.....
Tasya lekas menoleh karena sumber suara berasal dari balik badannya tepat namun ternyata, tak ada siapa pun di belakangnya.
"Pasti Rasya nih yang resek," gumamnya seraya memasukkan mie ke dalam air yang telah mendidih.
Tasya melanjutkan kegiatan memasaknya hingga selesai lalu membawa dua mangkok mie ke meja makan. Saat itulah, Tasya seolah melihat seklebat orang yang berjalan di area dapur yang mana ia pikir, itu adalah Rasya.
"Dek, kamu mau ngapain? makan dulu yuk!" ajak Tasya seraya melangkah kembali ke dapur.
"Kok.. Rasya ke mana?"
Tasya tak melihat siapa pun di dapur kecuali jejak kaki penuh lumpur yang mengarah ke luar rumah melalui pintu dapur. Tasya mengikuti langkah tersebut namun, tetap tak melihat Rasya atau siapa pun di pekarangan rumah.
"Kak, wangi banget mienya. Kok gak bilang sih kalau sudah matang?"
...Deg......
"Itu Rasya, kalau Rasya di sana.. jejak ini.."
...Deg......
"Loh.. jejak lumpurnya kok hilang?"
"Kakak!"
"Iya dek iya, bentar!"
Rasya telah duduk manis di meja makan saat Tasya tiba. Tasya lekas memeriksa kaki adiknya yang terlihat bersih. Sama sekali tidak ada tanda-tanda habis menginjak lumpur. Sedikit pun tidak ada noda lumpur di kakinya.
"Terus siapa? apa yang terjadi barusan? apa aku berhalusinasi?" benak Tasya.
"Kak.."
"Heemm.. ayo makan!"
"Punyaku yang mana?"
"Terserah kamu, mienya sama saja kok."
"Oke."
Rasya menyeruput satu sendok kuah mie buatan kakaknya dan lekas memberikan pujian. Hal ini memunculkan seulas senyum dari bibir Tasya yang lekas turut duduk lalu menikmati mie instan bersama adiknya.
...🍂 BERSAMBUNG... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-12
1
Diankeren
nma'y knpe bda 1 hruf doank? 🤦🏻♀️ keder w tor....
2024-01-21
1
dyul
Di kasih warisan rumah tua, sebelum masuk mpasti ku bikin pengajian dulu, di cet yg terang, lampu2 di benerin, biar gak ganggu, nafsi2, dulu aku baru pindah rmh, lagi nyusuin ada yg turun dari tangga, tapi kk ku brani, di marahin, yg epic, anakku yg oerempuan baru 3 thn, ku pikir hilang, pas magrib, sampai sedang nyari, ternyata anakku bilang aku pake jaket, naik motor ninggalin dia, di kejar trus hilang, sampai anakku kencing di celana nangis, utg ketemu pak satpam di anterin ke rmh, abis itu om ku yg ngerti suruh murotalin setiap habis magrib sampai subuh gak blh berhenti, aku juga ngaji, setiap ruangan ku shalatin n ngajuin, alhamdulillah, dlm mimpiku pada pergi, bilangnya gak enak panas, skrg adem ayem tentrem
2023-09-06
1