Bertahan Atau Pergi

"Assalamualaikum," ucap Rasya sembari membuka pintu rumah.

"Waalaikumsalam."

"Wajah kakak kok pucat sih, sakit?"

"Enggak kok, kakak baik-baik saja."

"Ada apa seharian ini di rumah?"

"Hah?"

"Apa kakak mengalami gangguan ghaib lagi?"

"Dikit, udah mandi dulu sana, nanti kakak ceritakan!"

"Hemm oke deh."

Saat makan malam, Tasya menceritakan semuanya kepada Rasya. Berbeda dengan Tasya, Rasya masih menahan diri untuk tidak menceritakan perihal gangguan ghaib apa yang telah ia alami. Rasya lebih memilih untuk menenangkan kakaknya saja.

"Tidak perlu menyalahkan tante Lusi! tante Lusi memikirkan kita saat mengambil keputusan ini. Membiarkan kita menerima warisan kakek buyut meski pun lumayan menegangkan juga tinggal di sini."

"Iya dek, kakak paham kok. Apa pun yang terjadi, tanah seluas ini, lebih dari cukup untuk kita berdua. Kakak mengerti sekali niat baik tante Lusi."

"Iya kak. Mulai sekarang, Rasya akan rajin mengaji. Kakak juga ya!"

"Iya, mau ngaji bareng gak?"

"Boleh."

"Yaudah, habis solat isya sekalian ya!"

"Iya."

...🌸🌸🌸...

Seperti yang telah disepakati, usai solat isya, Tasya, Rasya dan mbok Irah membaca al-Quran bersama di kamar yang khusus difungsikan sebagai musholla. Baru sepuluh menit membaca, sudah terdengar suara cekikikan. Suara itu terdengar pelan, membuat mereka ragu, apakah benar ataukah salah dengar. Urutan membaca al-quran dimulai dari Tasya lalu dilanjutkan mbok Irah. Lamat-lamat mereka kembali mendengar sesuatu yang tak seharusnya mereka dengar yakni, suara seseorang yang mengikuti bacaan mbok Irah. Tasya dan Rasya menajamkan pendengaran mereka hingga yakin kalau memang benar, ada dua suara yang terdengar. Satu, suara milik mbok Irah sementara satu lainnya, tidak tahu berasal dari mana.

"Lanjut mbok!" pinta Rasya kala mbok Irah menghentikan bacaannya.

Ternyata, mbok Irah pun juga menyadari bahwa ada yang mengikuti bacaannya sedari tadi. Di sela-sela mengikuti, suara itu akan tertawa kecil dan kemudian, kembali mengikuti bacaan lagi. Tasya menelan ludah sembari menatap penuh arti ke arah adiknya.

"Gak apa-apa," jawab Rasya dengan menggerakkan mulut, tanpa mengeluarkan suara.

Sekarang, giliran Rasya membaca. Gangguan yang terjadi masih sama sampai pada saat munculnya sesosok balita yang melongokkan kepalanya ke ruang musholla seraya tertawa memandang ke arah Tasya, Rasya dan Mbok Irah. Tawa khas balita tapi terdengar mengerikan untuk mereka.

"Pergi sana!" Usir mbok Irah.

Sosok balita itu lantas tertawa lalu melayang bolak balik di depan ruang musholla. Tasya berteriak seketika, Rasya panik dan lekas memeluk kakaknya seraya memintanya untuk tenang.

"Sya itu.."

"Iya kak iya, tenang ya! dia pasti pergi."

Mbok Irah membaca ayat kursi berulang kali hingga sosok balita itu pergi.

"Bagaimana sekarang?" tanya Tasya.

"Kita pergi tidur saja mbak! jangan lupa berdoa!" jawab mbok Irah.

"Mbok Irah tidur sama saya saja ya!" pinta Tasya.

"Iya mbok, tolong temani kakak saya!"

"Baiklah."

"Yaudah kita balik ke kamar sekarang!" ajak Rasya.

"Iya."

...🌸🌸🌸...

Meski telah ditemani mbok Irah, Tasya masih saja gelisah. Matanya sulit terpejam, sosok balita terus terbayang. Sementara itu, Rasya tak jauh berbeda. Dia pun masih terjaga waspada. Terlebih, suara cekikikan sesekali masih ia dengar. Berulang kali, ia kirimkan pesan singkat pada kakaknya, khawatir kalau kakaknya akan ketakutan. Rasya berpikir keras perihal apa yang sebaiknya mereka lakukan sekarang. Gangguan mulai gencar, Rasya mulai menimbang untuk mengajak kakaknya, meninggalkan rumah.

"Tapi, kakak sudah menghabiskan banyak uang untuk memperbaiki rumah dan juga.. niat hati tante Lusi. Bagaimana pun, kami harus bertahan. Gangguan ini memang untuk mengusir kami. Tidak bisa, ini rumah kami, tentu mereka yang harusnya pergi, bukan aku dan bukan juga kakakku."

Rasya meninju ranjangnya sembari membulatkan tekat.

"Sesulit apa pun, aku dan kakak pasti bisa melewatinya."

...🌸🌸🌸...

Jarum jam terus bergerak menunjukkan waktu yang semakin mendekati tengah malam. Mata yang tadi terjaga, kini mulai sayu juga. Baik Tasya, Rasya maupun mbok Irah, terlelap pada akhirnya. Tentu saja, ini saat yang menenangkan sebelum teriakan mbok Irah membangunkan semuanya. Tasya lekas berlari ke dapur, begitu pun dengan Rasya. Di sana, mbok Irah duduk di bawah meja makan sembari memeluk lututnya.

"Ada apa mbok?" tanya Tasya panik.

"Ada laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakang saya, saya terkejut."

"Siapa? kamu Sya?"

"Bukanlah kak, aku kan juga baru datang."

"Bukan mas Rasya, saya tidak mengenali wajahnya dan.."

"Dan apa mbok?"

"Laki-laki tadi berjalan menembus pintu kamar mas Rasya."

Rasya terhenyak.

"Hah? Gak ada. Tidak ada siapa pun di kamarku," timpal Rasya.

...Deg......

...Suasana menjadi hening seketika....

"Mbok Irah minum dulu ya!" pinta Tasya seraya mengulurkan segelas air putih yang lekas ditenggak oleh mbok Irah.

"Kita balik ke kamar saja ya?"

"Iya mbak."

Di kamar, mbok Irah meminta maaf karena telah membuat Tasya ketakutan. Mbok Irah menjelaskan kalau dia terkejut dan spontan berteriak sebab sosok laki-laki itu, tiba-tiba saja muncul di belakangnya.

"Tidak perlu meminta maaf, bukan salah mbok Irah. Ohya, mbok Irah ngapain pakai keluar kamar segala?"

"Saya ke kamar mandi. Setelah itu, mengambil air putih untuk saya bawa kembali ke kamar ini. Eh, malah didatengin sosok tadi."

"Hemm... kayaknya sosok yang sama deh mbok sama yang saya lihat."

"Bisa jadi begitu mbak tapi tidak apa-apa, mungkin dia ingin kita tinggal di sini dengan saling menghormati, dia sengaja muncul untuk menunjukkan keberadaannya saja."

Tasya menghela napas tanpa memberikan jawaban.

...🌸🌸🌸...

Rasya mengotak-atik ponselnya untuk menghalau rasa takut yang masih kuat mengglayuti. Beberapa aplikasi, ia buka tutup berulang sebelum kemudian, ia letakkan ponselnya di nakas. Dalam hatinya berujar bahwa dia tidak akan pergi. Dia akan bertahan dan yakin, suatu saat nanti, kondisi rumah pasti akan menjadi tenang kembali.

Suara jangkrik menemani penjagaannya malam ini. Meski tak ada lagi gangguan yang ia alami tapi, kejadian dalam semalam cukup membuat dahinya berkerut. Rasya menghela napas panjang sebelum kemudian memejamkan mata. Butuh waktu cukup lama untuk benar-benar terlelap. Satu hal yang Rasya tidak tahu, sosok laki-laki yang sering menampakkan diri itu telah berdiri cukup lama di sudut kamarnya. Menatap ke arahnya, mengawasinya dalam diam, meski Rasya tidak bisa melihatnya.

...🍂 Bersambung... 🍂...

...Maaf ya kalau updatenya lama, kondisi badan sering gak fit....

...Semoga kalian semua bisa sabar ya nungguin kelanjutan tiap bab nya 🤗...

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next,

2024-04-13

1

Diankeren

Diankeren

lah keren tu mbok irah, wani

2024-01-22

1

Julia Nana

Julia Nana

emang harus gituh lah. rumah2 kita. bukan kita yg harus pergi. tp tuh setn hantu demit yg harus pergi.

2023-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!