Latar tempat kembali ke ruang inap Retno di rumah sakit. Tasya dan Rasya diperlihatkan tentang apa yang terjadi. Saat itu, bu Bayan tengah mengantuk. Kantuk dan lelah melebur menjadi satu. Tubuhnya yang semula kuat, perlahan limbung juga. Matanya telah terpejam kala pintu kamar di dorong dengan kencang. Bu Bayan terkejut tapi anehnya, seolah hanya dia seorang yang dapat mendengarnya.
"Aryo, apa itu kamu?" tanya bu Bayan.
Tak lama kemudian, sesosok wanita melayang masuk ke dalam kamar inap. Bu Bayan tertegun sesaat, barulah sepersekian detik kemudian ia tersadar. Apalah daya, hendak berteriak saja tidak biasa. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Sosok wanita itu pun berkata:
"Aku adalah Jin samber nyowo yang dikirim untuk menjemputnya."
Begitulah yang sosok itu ucapkan seraya menunjuk ke arah Retno terlelap. Bu Bayan reflek memeluk putrinya. Sosok wanita itu tertawa seiring jendela kamar yang terbuka dengan sendirinya.
"Kita akan bertemu lagi," ucap jin wanita tadi.
Setelah itu, tubuh bu Bayan terpental. Kepalanya sempat terbentur dinding sebelum kemudian, ia kembali bangkit dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat jin wanita tersebut membawa pergi sukma Retno. Dada bu Bayan terasa begitu berat dan nyeri. Dia tak mengerti apa yang terjadi sebab tubuhnya tak bisa ia gerakkan. Dia hanya berdiri mematung di sana, berdiri diam, menatap ke arah Retno dibawa pergi yakni melayang melalui jendela. Hilang dari pandangan hingga akhirnya dinyatakan meninggal.
"Buk..." gumam Aryo yang seakan tak percaya usai mendengar cerita ibunya.
Bukan hanya Aryo, Tasya dan Rasya pun terperangah. Ingin mengelak namun itulah kenyataannya.
"Itu yang sebenarnya terjadi Yo. Ibuk sangat percaya dengan apa yang pak Tomo khawatirkan. Ibuk tidak mau kehilangan anggota keluarga lagi. Bagaimana pun caranya, kita harus menyadarkan ayahmu."
"Sangat sulit membujuk ayah tapi mungkin, dia akan percaya setelah mendengar cerita ibuk."
"Harus percaya, kalau langkah ini gagal, kita cari jalan keluar sendiri!"
"Aryo mendukung ibuk."
"Iya nak."
...Masih kuingat betapa senangnya ayah ketika melihat ibu telah sembuh....
...Sayangnya, bujukan ibu tidak dihiraukan....
...Meski ibu telah menceritakan perihal apa yang terjadi di malam kematian Retno, ayah masih menyangkalnya....
...Tidak ada yang salah dengan bersikap rasional tapi, harus terbuka juga dengan kemungkinan apa pun yang ada....
...Apa salahnya mencoba?...
...Malam itu, kudengar ayah dan ibu bertengkar hebat....
...Apalagi kalau bukan karena perbedaan pendapat....
...Ayah bersikeras menolak, sementara ibu berusaha keras meyakinkan....
...Aku hanya bisa mendengus seraya masuk ke dalam kamar....
...Ibu, yang selama ini selalu lembut, hari itu marah besar....
...Ayah yang selama ini tak pernah kudengar berkata kasar pada istrinya malah membentak ibu berulang-ulang....
...Sedih, hanya itu yang kurasakan....
Keesokan harinya, bu Bayan meminta pak Tomo dan si mbok untuk mencari informasi tentang orang pintar.
"Mau kyai, ustad atau pun dukun, terserah kalian. Aku ingin menyelamatkan keluargaku sekaligus memberinya pelajaran. Siapa yang telah dengan tega membunuh anakku, harus mendapatkan balasan," kelakar bu Bayan yang terdengar mengerikan.
Raut kebencian tergurat jelas di wajahnya.
"Jin samber nyowo itu, harus kumusnahkan."
"Ibuk harus mengendalikan emosi, jangan terlalu menggebu hingga melukai diri sendiri!" ucap si mbok memberi nasihat.
"Saya sungguh tidak ikhlas. Anak saya mati secara tidak wajar. Kenapa dia bisa mati? siapa yang membunuhnya? punya dendam apa kepada kami? atau memang sengaja menjadikan anakku untuk dijadikan tumbal pesugihan?"
"Buk, tenang ya!"
"Mbok tolong saya! pak Tomo juga, tolong saya!"
"Iya buk, kami pasti membantu," jawab pak Tomo dan istrinya.
...🌸🌸🌸...
...Pak Tomo dan si mbok melakukan tugas yang diberikan oleh ibu....
...Mereka mencari informasi tentang orang pintar dan telah mengundang beberapa di antaranya ke rumah....
...Sayangnya, mereka semua angkat tangan, merasa tidak mampu untuk memberikan pertolongan....
...Jangankan patah semangat, ibu semakin gencar untuk mencari orang pintar yang jauh lebih hebat lagi....
...Pernah suatu kali, aksi kami diketahui ayah yang tiba-tiba pulang tak sesuai dengan jadwal biasanya....
Ayah hanya diam namun setelahnya, ayah mengabaikan ibu selama lebih dari tiga hari.
...Ibu pun seolah tak peduli....
"Percuma bicara dengan orang bebal seperti ayah. Mau nunggu sampai kapan baru percaya? apa harus menungguku mati dulu?"
...Braakkk......
...Ayah menggebrak meja yang ada di kamarnya. Baik aku, pak Tomo maupun si mbok, dapat mendengarnya dengan jelas....
...Pertengkaran besar kembali terulang....
...Ayah murka karena ibu yang semakin sembarangan dalam berbicara....
"Ibuk sudah keterlaluan, sembarangan kalau bicara."
"Memangnya kenapa yah? ayah saja tidak peduli dengan nyawa kami, nyawa Aryo juga nyawaku."
"Diam kamu! jangan semakin memancing amarahku!"
"Apa? kenapa?"
...Plaaakk......
Aryo terhenyak, begitu pun dengan Tasya dan Rasya. Tangis bu Bayan seketika terdengar. Sadar telah bertindak berlebihan, pak Bayan segera meminta maaf. Bu Bayan mengabaikannya hingga akhirnya, pak Bayan bersedia mendukung usaha istrinya dalam memecahkan ketidakwajaran yang turut merenggut nyawa anak mereka. Kesepakatan inilah yang membuat bu Bayan memaafkan suaminya.
Setelah semua terselesaikan, bu Bayan keluar untuk mengambil air mineral. Saat itulah, Aryo menghampirinya.
"Buk.."
Bu Bayan menatap putranya sesaat lalu menarik garis simpul di wajahnya.
"Ada apa?" tanyanya pelan.
"Ibuk dan ayah.."
"Ibuk baik-baik saja. Satu tamparan bukanlah masalah, selama ayahmu mau mendengarkan ucapan kita. Kabar baiknya, ayahmu mendukung sepenuhnya."
"Apa sakit sekali?"
"Ini.. tidak, tidak sakit. Jauh lebih sakit saat ibu kehilangan adikmu. Ibuk tidak ingin kehilangan kamu juga atau pun kehilangan ayahmu."
Aryo mengangguk mengerti.
...🌸🌸🌸...
Pak Tomo kembali mengundang seorang kyai di hari berikutnya. Kali ini, pak Bayan mengizinkan bahkan, menjamu kyai itu dengan sangat baik. Usai berkeliling rumah sembari membaca doa-doa, pak kyai langsung memasang wajah yang serius membuat semua orang bertanya-tanya.
"Kenapa baru sekarang mencari pertolongan?" tanya pak kyai.
"Apa keadaannya sudah buruk sekali pak kyai?" tanya bu Bayan.
"Berdasarkan apa yang saya lihat, memang ada yang ingin mencelakai."
"Mengirimkan teluh kepada keluarga kami?" tanya bu Bayan lagi.
"Benar. Teluh ini merenggut tiga hal yakni kewarasan, nyawa dan harta. Sosok jin wanita yang menabur tanah kuburan adalah jin samber nyowo yang dikirim untuk mencelakai kalian."
"Maksud pak kyai, anak saya Retno, benar-benar mati karena diteluh?" tanya pak Bayan yang mulai penasaran.
"Iya pak benar, anak bungsu bapak terenggut nyawanya karena teluh ini. Sekarang, tinggal kewarasan dan harta yang akan segera dia renggut juga."
...Deg......
...🍂 Bersambung... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-13
1
Tiny suartini
memang orang yang kena ilmu hitam akan tidak percaya pada hal gaib, keluargaku pernah mengalami hal seperti ini dan butuh waktu yang lama untuk bisa sembuh, dan percayalah sangat mengerikan ketika kita kena teluh seperti ini.
semangat up nya kakak.. aku selalu menunggu kelanjutannya
2022-04-09
2
Dian Hank
Ini cerita keren banget.. semangat thor lanjuuut lagi .. lophe lophe pokok nya❤️❤️❤️
2022-04-08
3