Malam harinya, adik perempuan Aryo mendadak demam. Kian malam kian tinggi demamnya disusul kejang lalu muntah darah membuat panik semua orang. Pak Bayan dan Istrinya bergegas membawa Retno ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Sejak malam itu, Retno diminta untuk dirawat inap. Pak Bayan menandatangi semua berkas dan dimulailah perawatan lanjutan untuk anak bungsunya. Sementara di rumah, pak Tomo mengajak Aryo berdiskusi.
"Mas, gangguan ghaib mulai menyerang fisik," ucap pak Tomo.
"Maksud pak Tomo, sakitnya Retno itu kiriman?"
"Iya. Saya menduga, itu berkaitan dengan taburan tanah kuburan waktu itu."
"Kalau dokter berhasil mendiagnosa penyakitnya, bukankah itu artinya, sakit yang Retno derita adalah penyakit medis?"
"Pertanyaannya adalah, apakah bisa disembuhkan setelah didiagnosa dan diobati secara medis?"
...Deg......
"Tapi ayah sulit untuk dibujuk."
"Itu dia masalahnya."
"Bagaimana kalau diam-diam, kita undang orang pintar?"
"Saya setuju saja mas."
"Kalau begitu, tolong pak Tomo carikan orang pintarnya ya!"
"Baik mas."
Pagi harinya, Aryo dan si mbok mengantarkan sarapan dan pakaian ganti ke rumah sakit. Pak Bayan bergegas pulang untuk bekerja, sedangkan istrinya dan si mbok menunggui Retno di rumah sakit. Dalam perjalanan inilah, Aryo kembali membujuk ayahnya untuk segera melaksanakan doa bersama yang malah dijawab dengan bentakan oleh ayahnya.
"Ayah capek, gak tidur semalaman, malah kamu mendesak untuk melakukan hal yang tidak berguna! lagipula, ibu dan si mbok sibuk menjaga Retno, siapa pula yang akan mengurusi kirim doa itu?"
"Tentang siapa yang mengurusi, itu mudah yah. Soal masak juga bisa meminta bantuan tetangga. Yang terpenting izin dari ayah dulu."
"Sejak kapan kamu mulai membangkang?"
"Yah.."
"Ada apa? kenapa kamu begitu menggebu untuk mengadakan acara kirim doa?"
"Sebenarnya, Aryo dan pak Tomo menduga bahwa sakitnya Retno berkaitan dengan tanah kuburan yang kuntilanak itu taburkan."
"Itu lagi, otakmu sudah teracuni Yo."
"Yah, kirim doa pun tidak ada salahnya kan? bisa sekalian untuk mendoakan Retno agar lekas diberi kesembuhan."
"Kamu.. ah sudahlah, lakukan sesukamu, urus sendiri bersama Tomo dan si mbok!"
"Iya, maaf yah!" ucap Aryo sembari menundukkan kepalanya.
Pak Bayan tak menggubris permohonan maaf anaknya.
...🌸🌸🌸...
Hari berlalu, pak Bayan masih bolak-balik untuk bekerja dan juga menjaga Retno di rumah sakit. Sedangkan Aryo, menyiapkan acara kirim doa di rumah. Dibantu oleh pak Tomo juga si mbok dan beberapa tetangga lainnya. Semua persiapan berjalan dengan lancar hingga tibalah waktu doa bersama. Awalnya baik-baik saja sampai di tengah acara, pak ustad tiba-tiba menghentikan bacaan doanya untuk waktu yang lumayan lama membuat para warga bingung seraya bertanya-tanya.
"Pak ustad.." panggil salah seorang warga.
"Iya, kita lanjutkan!" jawab pak ustad.
Doa bersama kembali dilantunkan hingga rangkaian acara selesai dan satu persatu warga berpamitan pulang.
"Pak Bayannya di mana mas Aryo?" tanya pak ustad.
"Ayah sedang berada di rumah sakit, menemani ibuk dan Retno yang dirawat."
"Begitu.."
Wajah pak ustad terlihat aneh, seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Beruntung, pak Tomo menyadarinya dan lekas menanyakannya.
"Begini pak Tomo, tadi, di tengah-tengah doa, saya melihat sesosok jin perempuan. Auranya kuat sekali, jin jahat ini pak."
"Kebetulan pak ustad berkata begini. Kami ingin meminta bantuan pak ustad untuk memperingati pak Bayan."
"Loh, ada apa memangnya?"
"Tempo hari, kami melihat sosok perempuan itu di pekarangan. Yang jadi masalah adalah tanah kuburan yang ia taburkan. Saya khawatir kalau tanah kuburan itu merupakan sarana pengiriman teluh sebab tak lama setelahnya, gangguan demi gangguan terjadi. Mulai muncul banyak penampakan ghaib yang mana sebelumnya belum pernah terjadi. Bahkan, ada hal aneh juga yang kami semua lihat yakni serangga yang normalnya berukuran kecil, perlahan membesar. Hingga sakitnya Retno, anak bungsu pak Bayan. Saya khawatir kalau tidak segera diatasi, akan berakibat fatal."
"Jadi begitu, saya juga merasakan besarnya aura negatif dari jin perempuan tadi. Saya bersedia membantu kalian untuk memperingati pak Bayan tapi tidak bisa membantu untuk menyingkirkannya karena kemampuan saya tidak mumpuni."
"Tidak apa-apa pak ustad. Yang terpenting, pak Bayan percaya dulu barulah setelah itu mencari orang pintar yang bisa membantu."
Pak Ustad menganggukkan kepalanya lalu berpamitan untuk pulang. Aryo mengucapkan terima kasih seraya mengulurkan amplop berisi sejumlah uang dan acara hari itu pun telah selesai.
...Kupikir, masalah segera teratasi....
...Nyatanya, ayah masih saja mengelak, tetap enggan percaya meski pak ustad telah memberitahunya....
...Pak Tomo hanya bisa menghela napas panjang melihat sikap Ayah....
...Dapat kupahami ketulusan hati pak Tomo membantu kami tapi kenapa, ayah masih tetap tak tergerak?...
...Sedemikian tidak percayanya pada hal ghaib....
...Suatu hari, pernah kudengar perbincangan antara pak Tomo dengan si mbok....
...Beliau mengkhawatirkan keadaan Retno yang tak kunjung membaik....
...Bisa dibilang, malah kian memburuk di setiap harinya....
...Aku hanya bisa diam, tak tahu harus berbuat apa....
Di rumah sakit, Retno masih sering muntah darah. Beragam pemeriksaan telah dilakukan namun, tak satu pun obat dapat menyembuhkannya. Tubuh mungil Retno kian kurus saja. Punggung tangannya dipasangi infus bergantian. Aryo duduk sembari menggendong adiknya, memandangnya dengan iba hingga tanpa terasa, berlinang air matanya.
"Sudah sampai begini, apa ayah masih tidak percaya?" tanya Aryo.
"Apa maksudmu?"
"Sakitnya Retno bukanlah penyakit medis melainkan kiriman."
"Kamu..."
"Sepertinya, ucapan Aryo ada benarnya," sahut istrinya.
"Kamu juga ikut-ikutan?"
"Bukan begitu. Coba lihat! sudah berapa lama, Retno dirawat! apa ada hasilnya? semua hal ganjil yang terjadi seolah saling berhubungan."
Kalo ini, pak Bayan diam, tidak mendebat ucapan istrinya.
"Cari orang pintar yah! sebelum semuanya terlambat," pinta Aryo.
"Jangan bicara sembarangan kamu!"
"Tidak yah, ini kenyataan."
Ayahnya mendengus seraya berbalik lalu melangkah ke luar kamar tempat Retno dirawat.
"Mau kemana yah?" tanya istrinya.
"Ngopi," jawab pak Bayan tanpa menoleh.
"Biarkan saja buk, biarkan bapak mempertimbangkan usulan kita!"
"Iya."
...🌸🌸🌸...
Di warung, pak Bayan memesan segelas kopi hitam lalu menyalakan sebatang rokok yang sedari tadi ia bawa.
"Apa benar yang dikatakan Aryo ya?"
Batin pak Bayan mulai bertanya-tanya.
"Hal gila semacam ini, bagaimana mungkin menimpa keluargaku? apa salahku? lebih aneh lagi kalau memikirkan dalang di baliknya. Siapa pula yang tega melakukan hal itu? setahuku, aku tidak memiliki musuh."
Pak Bayan menghirup rokoknya lalu mengembuskan asapnya.
"Tidak mungkinlah, orang jawa memang dekat dengan hal klenik semacam ini. Ada hal aneh sedikit, langsung dikait-kaitkan dengan jin lah, dengan teluh lah, padahal bisa saja kalau hal itu sama sekali tidak ada hubungannya."
"Ternyata, kakek buyut masih tidak percaya," ucap Tasya, turut kecewa.
...🍂 Bersambung... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-13
1
G
tipikal ortu kolot ya gini, merasa paling tau, menolak kalo dinasihati yg lebih muda, over confident, menilai semua cm dr pov nya dll
dia sdr mestinya ikut tgg jwb, krn sdh bikin klrgnya jd korban
2024-04-13
0
Diankeren
kata lu pak.. pak.. 🤦🏻♀️😁
org klo udh kena pnykit hti, mo tu org g ngpa²in kek, nyungsep kek, ttep d libas
ih amit² jbg byi, jauh² dri pnykit hti y Allah 🤲🏻
2024-01-22
1