Keesokan harinya, bu Chotim datang bersama dengan mbok Irah. Tasya menyambut mereka dengan ramah dan langsung mengajak mereka untuk berkeliling ke seluruh ruangan di dalam rumah. Usai berkeliling, Tasya menunjukkan kamar yang akan ditempati mbok Irah dan mempersilahkannya untuk menata barang-barang yang mbok Irah bawa. Sementara itu, Tasya dan bu Chotim mengobrol di ruang tamu.
"Semoga cocok ya mbak sama mbok Irah!"
"Iya bu Chotim aamiin. Ohya buk, ada yang ingin saya tanyakan."
"Mau tanya apa mbak?"
"Rumah ini kan sudah lama sekali kosong, apa bu Chotim pernah melihat sesuatu yang aneh di sini?"
"Aneh.. aneh gimana?"
"Semacam penampakan hantu gitu, pernah gak buk?"
"Hemm.. hantu ya..?"
Bu Chotim memundurkan busung dadanya seraya menyandarkan punggungnya ke sofa.
"Bohong kalau saya menjawab tidak. Sudah puluhan tahun, rumah ini tidak ditempati. Banyak warga yang telah melihat penampakan di sini, termasuk saya."
"Bu Chotim lihat apa?"
"Apa yang saya lihat, sama seperti yang warga lain lihat. Maaf ya mbak! bukan maksud saya menakuti. Karena mbak Tasya bertanya barulah saya berani menceritakannya."
"Iya buk, saya mengerti."
Bu Chotim menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita.
"Dulu, saya lupa tepatnya kapan. Beberapa kali saya melihat ada sesosok laki-laki yang duduk termangu di kursi teras situ. Awalnya takut tapi karena beberapa kali melihat jadi penasaran. Suatu kali, saya beranikan diri untuk berhenti. Saya amati lebih jeli barulah saya melihat kalau di dalam rumah seperti ada orang lagi. Ada semacam lampu petromax yang menyala dan terlihatlah siluet tubuh seseorang yang memantul di kaca jendela ini."
"Hah? ada siapa lagi buk?"
"Hanya siluet, saya tidak bisa melihat dengan jelas. Yang pasti, tidak hanya ada satu orang fi dalam rumah."
"Hemm..."
"Mbak Tasya apa mulai mengalami gangguan semenjak tinggal di sini?"
"Tidak, bukan begitu. Sebenarnya, saya sempat bermimpi melihat sesosok laki-laki seusia saya sedang duduk termangu di kursi teras itu."
"Em, apa mungkin.. sosok itu sosok yang sama seperti yang sering menampakkan diri kepada para warga ya?"
"Kemungkinan begitu buk."
"Tapi mbak Tasya tidak perlu takut! Mbak Tasya memutuskan untuk menempati rumah ini, pasti sudah mempertimbangkan semuanya kan? perihal penunggu ghaib di sini, asal kalian tidak mengusik, mereka pun sama. Saling menghargai saja!"
"Iya buk. Saya dan Rasya akan hidup dengan baik di sini. Tidak akan mengusik penghuni alam lain."
"Pelan-pelan gangguan pasti menghilang, sabar ya mbak!"
"Iya."
"Kalau ada apa-apa atau membutuhkan apa pun, datang langsung saja ke rumah! kalau memang bisa, pasti saya bantu."
"Iya buk, terima kasih banyak!"
"Sama-sama mbak."
...🌸🌸🌸...
Tasya memeriksa pesanan yang masuk di akun jualan onlinenya lalu bergegas membungkus pesanan tersebut. Mboh Irah datang menyuguhkan camilan dan air mineral. Mereka berbincang, membicarakan banyak hal sebelum kemudian terdengar suara salam, Rasya pulang.
"Lagi banyak pesanan kak?"
"Iya dek alhamdulillah. Ohya, ini mbok Irah. Mbok, ini adik saya Rasya."
"Iya mbak."
"Mbok Irah terima kasih ya sudah bersedia bekerja di sini, semoga betah!"
"Iya mas Rasya, saya yang harusnya berterima kasih karena sudah diterima kerja di usia saya yang sudah tua ini."
"Justru ibuk, mbok Irah pasti sudah sangat berpengalaman."
Mbok Irah hanya tersenyum.
"Aku mandi dulu ya kak!"
"Iya, setelah itu kita makan bersama. Hari ini, mbok Irah loh yang masak."
"Wah, pasti enak nih. Yaudah tunggu ya!"
"Iya."
...🌸🌸🌸...
Usai menikmati makan malam, Tasya dan Rasya menonton televisi di ruang tengah. Begitu pun dengan mbok Irah. Tak lama kemudian, gerimis datang membuat mbok Irah bergegas ke belakang untuk mengangkat jemuran. Tasya mengikutinya seraya membantu. Ketika tangannya sibuk menyahut satu persatu pakaian, Tasya melihat sosok yang mondar mandir perlahan di sisi lain pekarangan rumahnya.
"Siapa itu?" tanya Tasya dengan suara yang keras.
Mbok Irah lekas memalingkan pandangannya ke arah Tasya memandang.
"Hei jangan pergi!"
Sosok yang tadi Tasya lihat berlari ke pekarangan nan gelap dan kemudian hilang dari pandangan.
"Siapa mbak?" tanya mbok Irah.
"Ada orang mbok, baju putih terus lari ke pekarangan sana."
"Udah-udah biarkan saja, ayo masuk!"
Tasya mengangguk.
"Neriakin siapa kak?" tanya Rasya seraya membantu menggantung jemuran ke dalam rumah.
"Gak tahu, tadi ada orang. Aku panggil malah lari ke pekarangan, gelap, gak kelihatan lagi."
"Siapa? maling?"
"Gak tahu."
Rasya mulai panik seraya bergegas memeriksa ke luar namun, mbok Irah segera menenangkan.
"Bukan maling mas, mbok Irah juga tidak tahu siapa tapi saya yakin kalau dia tadi bukan maling. Udah, jangan dicari lagi!"
...Deg.....
Tasya dan Rasya mulai mengerti maksud mbok Irah. Mereka berdua lantas diam dan tak mendebat.
...🌸🌸🌸...
Sekitar pukul sepuluh malam, semua orang beranjak ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Tasya membuka aplikasi jualan onlinenya sebentar sebelum kemudian meletakkan ponselnya di nakas seraya memejamkan mata. Hampir saja Tasya terlelap jika tidak terganggu oleh suara derap langkah yang terdengar seperti langkah cepat berjalan dengan terburu-buru. Suara itu terdengar hingga sepuluh menit lamanya hingga menimbulkan tanya di benak Tasya.
"Siapa sih? Rasya? kok bolak-balik terus ya?"
Karena penasaran, akhirnya, Tasya membuka pintu kamarnya. Terlihatlah kepala Rasya yang juga melongok dari pintu kamarnya.
"Kamu dek yang tadi mondar-mandir?"
Rasya menggeleng.
"Aku kira kak Tasya."
"Bukan. Apa mbok Irah ya?"
"Kamar mbok Irah di dekat dapur, ngapain bolak balik ke depan ke belakang?"
"Hemm.."
"Yaudah kak masuk lagi gih! jangan keluar sampai besok pagi!"
"Iya."
Entah benar atau salah, Tasya menduga bahwa Rasya memiliki pemikiran yang sama dengannya. Sementara itu, Rasya masih berdiri di balik pintu kamarnya sembari menajamkan pendengaran. Pikirnya, dia akan langsung membuka pintu saat suara derap langkah kembali terdengar.
"Sudah kepalang tanggung, aku tungguin!" gumam Rasya di dalam hati.
Benar saja, suara derap langkah kembali terdengar dan saat itu juga, Rasya membuka pintu. Rasya membulat seketika kala melihat sosok tanpa kaki tersenyum ke arahnya.
"Aaaa_!"
Rasya menutup mulutnya lalu menutup pintu dengan kencang. Tasya yang mendengar suara pintu dibanting lekas menelpon Rasya, menanyakan apa yang terjadi? Rasya berusaha keras menormalkan dirinya lalu mengangkat panggilan telepon dari kakaknya.
"Ada apa dek?"
"Enggak apa-apa kak. Tadi iseng aja ngecek ke luar tapi gak ada apa-apa kok. Soal pintu, gak sengaja kekencengan aku dorongnya."
"Oh, yakin gak ada apa-apa?"
"Yakin kak, tidur gih udah malam!"
"Emm, yaudah kalau gitu."
Rasya menutup ponselnya, jantungnya masih berdegup dengan kencang. Otaknya dipenuhi tanya perihal bagaimana bisa terdengar suara derap langkah sementara sosok yang ia lihat tadi tidak memiliki kaki.
...🍂 BERSAMBUNG..... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-13
1
Ida Ida
mang GK selamatan dulu kan pnya pak RT...pak ustad
2023-05-28
1
O Z
Bacaan bagus kalo gk bisa tidur....
2022-08-26
1