Keesokan harinya, bu Chotim memutuskan untuk mampir ketika lewat di depan rumah Tasya. Tasya mempersilahkan bu Chotim untuk masuk dan kemudian mengobrol berdua di ruang tamu. Bu Chotim menanyakan perihal kinerja mbok Irah yang mana, Tasya dan Rasya merasa puas. Tasya mengatakan bahwa mbok Irah cukup cekatan, keibuan serta pandai dalam hal memasak. Sejauh ini, masakannya selalu enak. Bu Chotim tersenyum, ia senang sebab orang yang ia rekomendasikan sudah tepat.
Perbincangan melebar hingga Tasya menceritakan semua pengalaman ghaib yang ia alami di rumah tersebut. Bu Chotim hanya mendengarkan, tak terlihat sedikit pun raut terkejut di wajahnya. Beberapa kali menghela napas panjang seolah menahan diri dari sesuatu. Awalnya biasa, lama-lama Tasya curiga dan mulai menanyakan perihal sikap bu Chotim yang tenang.
"Apa ada yang bu Chotim sembunyikan dari saya?" tanya Tasya tanpa basa-basi.
Bu Chotim tersenyum ganjil.
"Apa yang bisa saya sembunyikan? saya tidak menyembunyikan apa pun."
"Sebenarnya, apa yang telah terjadi di rumah ini?"
"Rumah ini kosong untuk waktu yang sangat lama, bukankah ini wajar?"
"Bukan, saya selalu merasa bahwa ada sesuatu yang lain yang belum saya ketahui."
"Menurut mbak Tasya, ada apa dengan rumah ini?"
"Saya juga tidak tahu. Bu Chotim tolong ceritakan semuanya kepada saya! apa saja yang bu Chotim tahu tentang rumah ini atau pun penghuninya?"
"Saya tidak berani berkata sembarangan tapi saya pernah mendengar sebuah rumor. Sesuatu yang menyebar dari mulut ke mulut dan hal ini, saya dengar dari ibu saya."
"Rumor apa?"
"Ibu saya pernah bercerita kalau dulu, pemilih rumah ini, meninggal secara tidak wajar."
"Tidak wajar?"
"Iya, apa mbak Tasya tidak tahu? bukannya ini rumah kakek buyut mbak Tasya?"
"Yang saya tahu, keluarga kakek buyut meninggal karena sakit. Entah sakit menular atau bagaimana, keluarga belum sempat mengobatinya secara maksimal tapi kakek buyut sudah meninggal duluan."
"Separah itu?"
"Saya juga tidak tahu kakek buyut meninggal karena sakit apa tapi, banyak penyakit yang bisa menyebabkan penderitanya drop dan kemudian meninggal. Otak saya menilai hal ini masih masuk akal."
"Jika memang begitu, rumor yang saya dengar tidak akan mengganggu pikiran mbak Tasya."
"Memangnya meninggal secara tidak wajar itu bagaimana?"
"Menurut cerita dari ibu saya, pemilik rumah ini meninggal karena kiriman teluh, santet mbak."
"Hah? saya sungguh tidak pernah mendengar bibi atau paman saya membahas hal ini."
"Namanya juga rumor, bisa benar dan bisa juga tidak."
"Jika memang benar, apa salah kakek buyut saya dan siapa yang meneluhnya?"
"Kakek buyut mbak Tasya adalah orang terkaya di sini. Beliau tengkulak sukses, wajar jika ada yang iri padanya."
"Maksud bu Chotim.. pesaing bisnis yang mengirimkan teluh kepada kakek saya?"
"Mungkin, mungkin saja begitu."
"Kakek buyut memang seorang tengkulak sukses, saya tahu itu."
"Soal teluh, itu baru rumor semata. Hal semacam ini, sulit untuk dibutuhkan. Apalagi untuk mencari pelakunya, mana berani berspekulasi."
"Benar juga. Kira-kira, apa masih ada orang yang masih hidup yang sekiranya mengenal kakek buyut saya ya?"
"Saya kurang tahu mbak."
"Duh, penasaran sekali rasanya."
"Coba tanya ke saudara mbak Tasya saja dulu!"
"Apa mereka mau cerita? buktinya saja, sampai sekarang tidak ada satu orang pun yang menyinggung perihal rumor teluh tersebut."
"Sengaja menyembunyikan dari mbak Tasya?"
"Itu.. entahlah."
Tasya memalingkan pandangannya ke luar rumah, menatap bunga melati yang sedang mbok Irah tanam di halaman.
"Eh, minuman bu Chotim habis, tunggu ya! saya ambilkan dulu!"
"Tidak perlu repot-repot mbak!"
"Tidak apa-apa cuma minuman, tidak repot, tunggu ya bu!"
"Iya terima kasih."
Tasya tersenyum seraya meraih gelas kosong di atas meja lalu membawanya ke dapur. Ketika Tasya sibuk menyeduh teh, ia merasa kalau ada yg mengamatinya. Ekor matanya menangkap seseorang yang tengah berdiri di balik jendela. Tasya berusaha mengabaikannya namun, rasa tidak nyaman mendesak untuk menoleh ke arah jendela. Benar saja, dia melihat seorang perempuan menatapnya. Tasya terjingkat karena terkejut lalu lekas berlari ke luar untuk melihat sosok tersebut. Sayangnya, perempuan itu menghilang begitu saja, jejaknya pun tidak terlihat. Tasya mengedarkan pandangannya ke seluruh area pekarangan lalu kembali masuk ke dalam.
"Mbok Irah.."
Tasya berlari ke halaman depan, menghampiri mbok Irah untuk menanyakan perihal perempuan yang ia lihat.
"Tidak ada siapa pun yang lewat sini mbak."
...Deg.....
"Mbok yakin?"
"Yakin, mbok Irah di sini terus dari tadi. Pasti tahu kalau ada yang lewat."
"Tadi, em_ sudahlah! mbok Irah lanjutkan saja menanamnya!"
"Iya mbak."
"Oh iya mbok.."
"Ada apa mbak?"
"Soal tukang kebun, suami mbok Irah boleh bekerja di sini sebagai tukang kebun. Tinggal sekalian saja di sini!"
"Alhamdulillah, terima kasih mbak!"
"Iya," jawab Tasya sembari menganggukkan kepalanya.
Tasya berjalan masuk ke dalam rumah melalui ruang tamu. Bu Chotim menatap heran ke arah Tasya dan bertanya:
"Kok mbak Tasya datang dari depan? bukannya tadi bikin minum di belakang?"
"Iya bu, tadi ada perlu. Tunggu ya, saya ambilkan dulu minumnya!"
"Mbak, terima kasih tapi saya mau pulang sekarang. Banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk dikerjakan."
"Begitu ya? yasudah kalau begitu, bu Chotim hati-hati ya! lain kali mampir lagi!"
"Iya mbak, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tasya duduk di sofa sembari menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah.
"Siang bolong begini ada penampakan?" desahnya seakan tak percaya.
Tasya meraih ponselnya lalu segera menulis pesan singkat kepada adiknya.
Dek maaf! kakak menerima suami mbok Irah untuk jadi tukang kebun kita tanpa tanya ke kamu dulu.
Rasya yang membaca pesan singkat dari kakaknya lekas menduga alasan dari keputusan Tasya.
Gak apa-apa kak, Rasya setuju kok. Pekarangan kita memang perlu orang untuk mengurusnya.
Tasya mengembuskan napas lega membaca balasan dari adiknya. Ia letakkan kembali ponselnya di meja lalu mulai berkutat dengan barang dagangan yang harus ia bungkus dan ia kirimkan.
"Rasya, kakak takut," ucap Tasya di dalam hati.
...🍂 Bersambung... 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-13
1