Niat Hana pun berhasil. Dika yang merasa tersindir itu pun memutar kepalanya ke belakang lalu menatap Hana dengan wajah dinginnya.
Hana melebarkan kedua matanya. Merasa tidak takut dengan tatapan pria itu.
Apa? Begitulah seolah arti tatapan Hana pada Dika.
Dika tak berekspresi apa-apa. Ia lebih memilih kembali memutar kepalanya seolah tatapan dan ucapan Hana tidak penting untuknya.
"Hana... jaga ucapanmu. Dia bisa tersinggung!" Ucap Amel merasa tidak enak dengan sikap Hana.
"Memangnya aku berbicara apa?" Tanya Hana dengan acuh lalu kembali memainkan ponsel di tangannya.
"Astaga Hana... kau ini benar-benar." Amel hanya bisa menggeleng melihat sikap sahabatnya.
*
Sore itu di sebuah ruangan samping kampus fakultas kedokteran tengah diadakan perkumpulan mahasiswa baru fakultas kedokteran yang bertujuan untuk memilih ketua tingkat angkatan mereka. Perwakilan senior setiap angkatan pun turut hadir untuk membantu pemilihan ketua tingkat angkatan mereka.
"Kenapa tidak sejak awal saja sih diadakan pemilihan seperti ini?" Decak Hana merasa sistem mereka sangat lambat.
"Sejak awal sudah dilakukan, tapi kau tahu sendiri bukan jika kandidatnya belum sesuai kriteria." Balas Amel.
Lidah Hana berdecak. "Itu karena kalian saja yang terlalu banyak pilih." Balas Hana.
Kepala Amel menggeleng. "Bagaimana tidak banyak pilih. Kau lihat saja jika yang mau dipilih itu sangat banyak. Dan sekaranglah waktu pemilihan dari kandidat terbaiknya." Jelas Amel.
"Ya, ya. Terserah kau saja." Balas Hana lagi yang sudah tidak ingin berdebat.
Acara rapat hari itu pun dimulai dengan santai. Hana, Amel dan teman-teman mereka yang lainnya pun mendengarkan dengan seksama arahan dari senior mereka tentang pemilihan ketua tingkat mereka.
Dua orang kandidat terbaik pun telah maju ke depan.
"Siapa kandidat yang satu lagi?" Bisik Amel di telinga Hana.
Hana mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tidak tahu." Balasnya.
Tak lama suara kebisingan pun mulai memenuhi ruangan rapat saat seorang pria yang menjadi idola di angkatan mereka turut maju ke depan bersama kandidat yang lainnya.
"Kau lihat itu Hana? Dika juga menjadi kandidat di pemilihan ini!" Seru Amel tanpa sadar sambil bertepuk tangan.
Hana mendengus melihat sikap sahabatnya yang berlebihan. "Aku tidak melihatnya." Balas Hana.
"Sepertinya kau benar-benar tidak menggunakan organ tubuhmu dengan benar!" Balas Amel merasa jengah dengan sikap sahabatnya.
Dunia ini memang aneh. Bisa-bisanya kulkas dua belas pintu sepertinya turut dijadikan kandidat menjadi kating? Yang benar saja. Apa mereka ingin menjadikan angkatan ini menjadi angkatan es batu? Rutuk batin Hana.
Dua puluh menit memberikan kata sambutan serta visi misi mereka untuk kemajuan angkatan mereka, akhirnya voting pun dilakukan.
"Hana, kau memilih siapa?" Bisik Amel sambil menekan pilihannya di layar ponselnya.
Hana mengangkat kedua bahunya. "Aku bahkan tidak berminat memilih." Balasnya tak sesuai dengan ketikan jempolnya.
Lima menit berlalu, voting pun selesai. Jumlah vote yang sudah berikan pun sudah terkumpul di ponsel pembawa acara.
"Wah... ternyata hanya ada satu kaum hawa yang tidak memilih pria tampan di sebelah saya ini." Seloroh pembawa acara itu tertuju pada Dika yang kini berdiri di sampingnya.
Hanya ada satu kaum hawa yang tidak memilihnya? Apa itu aku? Tanya Hana dalam hati sambil memperhatikan teman-teman wanitanya yang nampak bersemu merah menatap ke arah Dika yang kini tengah tersenyum tipis. Sangat tipis sekali hingga hanya Dika dan Tuhan yang mengetahui adanya senyuman di wajah Dika.
***
Lanjut? Komen dulu yuk🌹
Mohon berikan gift, vote dan likenya juga ya agar aku lebih semangat nulisnya. Ehee🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-04-25
1
Kamisa Daeng Lebang
lanjut thourr!!! kyknya makin seru nih nntinya.😄😄😄
2023-02-18
1
Siti Sarfiah
ternyata dika kesal juga saat pemilihan hanya hana yg g memilih siapapun
2023-02-07
2