"Bersama seorang wanita? Agh, aku rasa kau salah lihat. Tidak mungkin Kak Hans pergi bersama seorang wanita." Balas Amel.
"Mungkin saja. Dan mungkin itu kekasihnya." Ucap Hana.
"Apa mungkin? Jika dia sudah memiliki seorang kekasih, lalu untuk apa dia mendekatimu." Amel merasa bingung.
"Mendekatiku? Dia tidak mendekatiku." Pungkas Hana.
"Dia itu mendekatimu, Hana. Dengan cara terus memberikan coklat untukmu."
Hana menggeleng. "Pendekatan yang tidak nyata."
"Jadi kau ingin didekati dengan nyata olehnya?" Goda Amel.
"Tentu saja tidak. Tapi jika dia mendekatiku secara nyata, aku bisa apa?" Seloroh Hana.
"Ck. Aku hanya takut Kak Hans akan menjadi korban selanjutnya jika dia berani mendekatimu." Cibir Amel.
Hana tertawa. "Sudahlah. Lebih baik sekarang kita masuk kelas sebelum dosen masuk lebih dulu." Ajak Hana yang diangguki oleh Amel.
*
"Hana..." mendengar suara seorang pria yang terdengar tidak asing di telinganya membuat langkah Hana terhenti.
Hana membalikkan tubuhnya. Menatap pada seorang pria yang kini berjalan ke arahnya dengan senyuman tampannya.
"Kak Hans." Ucap Hana sambil tersenyum sebab Hans sedang tersenyum kepadanya.
"Sepertinya kau datang cukup cepat pagi ini." Ucap Hans sambil menatap jam di pergelangan tangannya.
Hana tersenyum. "Ya. Aku bangun lebih awal pagi ini dan merasa bosan jika menunggu waktu lebih lama di rumah." Balas Hana.
Hans mengangguk paham.
"Kakak sering datang pagi juga?" Tanya Hana sebab saat ini masih ada waktu setengah jam lagi waktu perkuliah dimulai.
"Ya. Sudah menjadi kebiasaanku seperti itu." Balas Hans.
Hana dan Hans pun kembali berjalan beriringan melewati koridor kampus.
"Oh iya Kak. Terimakasih untuk coklatnya." Ucap Hana menatap pada wajah Hans.
Hans memiringkan wajahnya sambil tersneyum. "Apa kau menyukainya?"
Kepala Hana mengangguk. "Tentu saja. Coklat adalah salah satu makanan favoritku."
"Kebetulan sekali aku masih memiliki stok coklat di rumah. Kalau begitu aku akan sering memberikan coklat untukmu."
"Apa Kakak juga menyukainya?"
Hans menggeleng. "Tidak terlalu. Tapi aku memiliki banyak coklat pemberian dari adikku yang baru pulang dari luar negeri."
"Oh..." Hana menangguk paham. "Tapi kenapa Kaka tidak pernah menberikannya langsung padaku?" Tanya Hana.
Hans terdiam. Pria itu menatap lurus kedepan sejenak lalu kembali menatap pada Hana.
"Karena di saat aku membawa coklat aku selalu bertemu dengan Amel dan tidak pernah bertemu denganmu." Balas Hans cukup masuk akal.
Apa benar seperti itu? Hana membatin.
Percakapan mereka pun terhenti saat mereka sudah berada di depan kelas Hans.
"Apa boleh aku meminta nomor ponselmu?" Tanya Hans.
"Tentu saja." Balas Hana merasa tak masalah.
Hans merogoh ponsel di saku celananya lalu memberikan pada Hana.
Hana menerimanya lalu mengetikkan beberap digit nomor ponselnya.
"Terimakasih. Jangan lupa membalas pesanku nantinya." Ucap Hans yang diangguki oleh Hana.
"Aku masuk ke dalam dulu." Pamitnya yang kembali diangguki oleh Hana.
Tak masalah. Lagi pula hanya sebagai ucapan terimakasihku dan sebagai tanda pertemanan. Batin Hana lalu melangkah menuju kelasnya.
Saat masuk ke dalam kelasnya, Hana dibuat terkejut karena melihat sosok Dika sudah duduk di kursi paling depan sambil memainkan ponselnya.
Kulkas dua belas pintu? Kenapa dia cepat sekali datang? Tapi... sepertinya tadi aku tidak melihat mobil barunya di parkiran. Batin Hana menatap pada pria yang terlihat tidak memperdulikan kehadirannya.
Cukup lama Hana berdiri di ambang pintu sambil menatap pada Dika. Hingga beberapa detik kemudian pandangan Hana pun langsung terputus saat Dika menolehkan wajah datarnya ke arahnya.
****
Lanjut?
Berikan dukungan dulu yuk dengan cara like, komen dan votenya. Terimakasih😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Yohana Woleka
Asik juga awal ceritanya.Lanjut Thor.
2023-06-20
3
Siti Sarfiah
gimna , lanjut masuk kelas atau mundur d luar😂😂😂😂
2023-02-07
1
Mbah Edhok
Banyak banget, Han ... kulkas dua belas pintu ...
2023-01-27
1