Bukan Sugar Baby
"Nia ... cepatlah! Kau tidak lupa perjanjian kita kan?"
Seorang gadis berusia 17 tahun menggeliat didalam selimut nya. Kedua manik hitamnya mengerjap-ngerjap saat guncangan di bahunya semakin kencang.
"Nia ... astaga, kalau kamu tidak bangun juga, mereka akan berbuat lebih dari ini! Cepat Nia...!"
"Serly, apaa sih! Aku masih mengantuk!" gumamnya dengan menyembunyikan setengah wajahnya ke dalam selimut.
Sreeett
Serly menyibakkan selimut hingga tubuh Agnia. Tubuh indah nan molek miliknya yang hanya di balut oleh tank top dan juga hot pants itu kini terpangpang nyata.
"Cepat Nia!"
Agnia terperanjat, dia kaget saat Serly menarik lengannya untuk bangun.
"Astaga, Serly ... bisa sabar sedikit tidak sih!"
"Tidak bisa, kalau terlambat sedikit saja, mereka pasti membunuh kita Nia."
Nia berdecak, mendengar ucapan sahabatnya yang membuatnya bingung.
"Tunggu Sherly, membunuh? Siapa?"
"Ih ... Nia kau lupa? Kita kalah taruhan, dan kita harus membayarnya dengan waktu, lebih tepatnya kamu yang akan melakukannya.
"Taruhan?"
"Kalah?"
Seketika Nia membuka lebar kelopak matanya, ingatannya baru saja terkumpul, taruhan bersama genk paling rese di sekolahnya.
Agnia berlari ke kamar mandi begitu saja, membuat Serly terhuyung hingga terjatuh.
"Sorry Sherly!" Teriaknya dengan menutup pintu kamar mandi dengan keras.
.
.
.
"Nih nomor kamarnya, lo tinggal masuk, temenin dia dan selesai! Lo boleh pulang, dan kita anggap game ini berakhir." tukas Cecilia dengan berseringai.
"Benarkan gue cuma nemenin dia doang? Tidak lebih?"
"Kalau lo mau berbuat lebih, boleh-boleh saja sih, siapa tahu doi bisa jadi sugar Daddy buat lo! Dan lo bisa hidup enak seperti kita-kita, Iya gak Cil" timpal Nita dengan tertawa ke arah Cecilia.
Tiba-tiba Serly mendorong bahu Nita, dia yang tidak terima dengan apa yang di katakannya, "Jaga ucapan lo, Nia tidak perlu melakukan hal menjijikan seperti yang kalian lakuin!"
Nita tidak kalah, dia pun mendorong tubuh Serly, untung saja Agnia menahan bahunya, hingga sahabatnya itu tidak terjatuh.
"Jangan so suci deh lo, lo sirik kan?"
"Udah deh, kenapa malah bertengkar! Kita sudah deal ya, tidak lebih! Kalau tidak, gue tidak akan ngelakuin hal ini!" sahut Agnia.
"Terserah lo, kalau lo gak ngelakuin, ya Lo tanggung sendiri akibatnya, nama baik Lo disekolah bakal hancur! Inget itu Nia."
"Kita cabut dari sini Nit!"
.
.
"No 225 ...." Gumam Agnia terus menerus di saat dirinya menapaki lorong sebuah hotel bintang lima yang di tunjukan oleh Cecilia dan juga Nita padanya.
Tak berselang lama, dia menemukannya, pintu kamar bertuliskan nomor 225, tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.
"Tenang Nia, hanya menemani, setelah itu pergi dari sini, dan semua selesai! Jangan pernah lagi berurusan dengan Cecilia dan juga Nita, jangan so jadi pahlawan dan hiduplah seolah lo tidak mengenal mereka." gumam Nia menenangkan dirinya sendiri.
Tok
Tok
Perlahan Agnia mengetuk pintu berwarna cokelat itu, dan dengan cepat membalikkan tubuhnya. Jantungnya terasa mau lepas, dan keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya.
Jujur saja, ini kali pertama Agnia menginjakkan kaki ke dalam kamar hotel selain bersama ayah dan ibu nya, itu pun sudah lama sekali. Saat dia masih kecil, dan saat keluarganya masih utuh.
Agnia sibuk dengan pikiran masa lalu nya, dan saat itu pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Ceklek
Deg
Agnia menoleh ke arah belakang, dimana pintu kamar berwarna cokelat itu sudah terbuka, wangi farpum menyeruak ke dalam hidungnya. Seorang pria paruh baya berdiri dihadapannya, dengan tatapan bak menelanjanginya.
"Kau sudah datang rupanya! Masuklah...." ujarnya dengan memundurkan tubuhnya yang gempal, memberi jalan untuk Agnia bisa masuk.
Perlahan Gadis berambut panjang itu melangkahkan kakinya dengan ragu, kedua tangannya memegangi tali kecil tas selempang yang tersampir di bahunya.
"Ayo ... tidak usah takut, aku tidak akan menggigitmu, sekarang!"
Pria itu mengedipkan matanya sebelah, membuatnya serasa ingin muntah.
"Duduklah, rileks kan dirimu, jangan terlalu tegang begitu, kita saja belum mulai!"
Glek
Agnia menelan saliva dengan susah payah, melihat ke arah meja. Matanya mengunci benda kotak berwarna merah bertuliskan tiesta.
Alat yang sering digunakan dua orang dewasa dalam berhubungan.
"Maaf Om, Nia mau ke toilet sebentar!"
"Boleh, silahkan ... memang seharusnya kamu bersihkan dulu tubuhmu itu Nona kecil!" ujarnya dengan kembali mengedipkan matanya.
Agnia berjalan masuk ke dalam toilet yang berada di kamar hotel suite room itu, dan menguncinya.
Dia berjalan mondar-mandir, dirinya kini resah bercampur takut, situasi yang membuat hatinya menciut, bagaimana tidak, dia membayangkan apa yang akan terjadi setelah dia keluar dari toilet.
Bagaimana ini, aku harus pergi dari sini, sebelum hal buruk itu terjadi padaku. Sugar Daddy apaan, itu sih lebih cocok jadi opa aku.
Tok
Tok
"Nona kecil, kamu membutuhkan bantuanku? Kenapa begitu lama di dalam? Apa kau Nervous, tenang saja ... aku akan melakukannya dengan pelan-pelan." ucapnya dengan terkekeh.
Agnia kembali ketakutan, tapi dia juga tidak mungkin berada di dalam toilet terus. Dia harus keluar, berlari melarikan diri. Berharap ada seseorang yang membantunya, atau berakhir begitu saja.
Pintu kembali di ketuk dari luar, pria tua itu terus memanggil Agnia.
"Nona kecil kamu tertidur di dalam?"
.
.
Agnia berlari sekuat tenaga, dia berhasil keluar dari kamar hotel bernomor 225 itu dan berhasil mengelabui pria tua itu dengan menyuruhnya
membersihkan dirinya ke toilet, hingga dia bisa pergi dari sana dan keluar dari hotel.
Brukk
Agnia tiba-tiba masuk kedalam mobil yang tengah terparkir di depan lobby hotel, dan menutup pintu mobil dengan keras, seseorang dari balik kemudi yang tengah menelepon itu menoleh ke arahnya.
"Siapa kau?"
"Om ... tolong aku, cepat pergi dari sini om, aku mohon!" ujar Agnia dengan menangkup kedua tangannya.
"Heh ... anak ingusan! gue sedang banyak urusan, tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu!"
Tiba-tiba dari arah lobby hotel berlarian 4 orang berpakaian hitam-hitam. Seseorang dari mereka berteriak pada temannya.
"Cari gadis itu sampai dapat, atau bos akan membunuh kita!"
Agnia menelungkup kan tubuhnya ke arah pria yang masih melihat ke arahnya dan juga ke arah luar dengan bergantian.
"Om ... bawa aku pergi, mereka pasti membunuhku!" ujarnya dengan menyembunyikan kepalanya dia antara sela paha pria itu.
"Damnn it...!" pekiknya.
.
.
Selamat datang di novel ke 3 dari Author.
Bagaimana kelanjutannya cerita Agnia Sarasvati? Siswa kelas 12 yang berprestasi disekolah dan menjadi juara umum 3 tahun berturut- turut, hingga dia terjebak pesona seorang Duda berumur 34 tahun.
Terus ikuti ya, jangan lupa untuk tap favorite biar tahu kelanjutan nya.
Jangan lupa like, komen, rate 5 yaa.. Terima kasih ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
_harryani_💋
viesta toh,,,, wahh naget itu torr/Facepalm//Facepalm/
2024-08-28
0
Retno Anggiri Milagros Excellent
kasihan Agnia
2024-08-26
0
Devi Marlina
keluar dari toilet nya lewat mana kan om gendut nya manggil nya di luar toilet???
2024-05-19
0