"Ya terserah Om saja!" ujarnya menepis tangannya.
"Masuk ke mobil! Aku akan mengantar mu!"
"Memangnya Om tahu rumahku?" ujarnya dengan kembali ke mobil,
"Bukan rumahmu, tapi ke rumahku!"
Agnia mengejar Zian, untuk apa dia pulang ke rumahnya, pria berumur 34 tahun itu pun terhenti karena gadis yang masih memakai seragam sekolah itu mencekal lengannya.
"Kenapa ke rumah Om Zian? Nia tidak mau, enak saja! Minta tolong sih sewajarnya aja, Nia kan ti--"
Tangan kekar Zian membekap mulutnya yang masih saja berbicara itu, "Pelankan suara mu, kau tidak dengar tadi, kekasihku akan mengira kau bukan keponakanku!"
Grekk
"Aaahhkk ... dasar gadis liar, kenapa menggigit tanganku!" ujar Zian dengan mengibas-ngibaskan telapak tangan nya yang terasa perih itu.
Dita melihat Zian yamg tengah mengibaskan tangannya, namun dia tidak peduli, kedua matanya sibuk dengan ponsel yang terus berdering.
Agnia yang menggigit telapak tangan Zian dengan kuat itu membola, "Mengatai ku dengan galak tapi takut pada tante itu! Dasar pria tua! Nia kan hanya setuju menolong Om dengan mengatakan kalau Nia ini bener-bener keponakan Om saja! Kenapa harus ikut pulang ke rumah Om Zian!"
"Kau ini cerewet sekali! Sudah ikut saja, nanti aku akan mengantarmu pulang setelah Dita pulang!"
Agnia mendengus kasar, "Dasar orang dewasa, cari masalah saja! Kenapa juga harus berbohong, seharusnya Om jujur saja padanya, dengan begitu tidak akan melibatkanku!"
"Kau benar-benar cerewet!" gumamnya dengan kedua mata yang menajam.
Dita menyembulkan kepalanya dari kaca mobil, dia melihat Zian yang tengah membujuk Nia, tapi tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Baby..! Ayo...."
Zian menoleh ke arahnya dan mengacungkan kelima jarinya, sebagai tanda dia meminta waktu 5 menit lagi.
"Kalau kau tidak mau! Aku akan menuntut pengendara ojek yang menabrak mobilku sampai rusak! Kalau dia tidak sanggup menggantinya, aku akan jebloskan ke penjara!"
Agnia terkesiap, dia menoleh pada pengendara yang tadi ditumpanginya, namun dia sama keras kepalanya dengan Zian,
"Terserah, memangnya Nia peduli!" sentaknya.
Dia hanya mengancam Nia, seperti yang sudah-sudah, jangan mau di peralat. batin Nia.
Zian menghela nafas, Anak ini benar-benar keras kepala, aku harus memakai cara lain, aku tidak bisa melakukannya dengan cara kasar, tidak akan mempan. Bisa-bisa dia sendiri yang bicara pada Dita. Mati lah aku. Batin Zian.
"Nia aku mohon, ikutlah denganku! Setelah Dita pergi, Nia boleh pulang! Dan aku tidak akan menganggu Nia lagi!" ujarnya dengan kedua tangan yang menangkup didepan dada.
Andai saja ada Sekretaris Kim, dia pasti akan tertawa melihat Zian yang memohon pada seseorang, terlebih seseorang itu adalah anak kecil.
Agnia menghela nafas, dia menatap wajah Zian, "Baiklah ... tapi janji, setelah pacar Om pulang! Nia pulang juga."
Zian tersenyum, dan deretan gigi putihnya terlihat. "Om janji Nia!"
.
.
Agnia akhirnya masuk ke dalam mobil, bersebelahan dengan supir, sementara Zian berada di belakang bersama dengan Dita yang kini bergelayut pada lengannya.
"Kau percaya kan, kalau dia keponakanku, hanya saja dia keras kepala! Suka bertindak semaunya, dan susah di atur!" ucap Zian dengan mengecup pucuk kepalanya.
Dita mengangguk, "Maaf, aku selalu meragukanmu! Maafkan aunty Nia!" ujarnya menoleh pada Agnia.
Agnia hanya mendengus, Berani-beraninya menjelek-jelekkan Nia ... awas saja! gue gak akan tinggal diam.
Mobilpun melaju pulang ke kediaman Ziandra Mahesa, pewaris tunggal keluarga Mahesa. Pemilik perusahaan dibidang perhotelan, dan memiliki hotel yang tersebar di beberapa kota.
Mobil berhenti di satu rumah besar, di kawasan real estate tersohor karena harganya yang selangit. Agnia mengedarkan pandangannya ke arah rumah mewah didepannya. Besarnya 3 kali lipat dibandingkan rumahnya, namun kesunyiannya hampir sama.
Zian membuka pintu untuk Anindita, model cantik itu keluar dengan anggun, kaki putih lenjangnya melenggang dengan indah. Membuat Agnia tersihir akan kecantikannya.
"Nia ayo," ucapnya lembut menoleh pada gadis yang tak berkedip melihatnya.
Pantas saja si om tergila-gila padanya, udah cantik, baik, lembut, idaman banget.
"Kau tidak dengar Nia, ayo turun!" ucap Zian yang masih menunggunya.
Agnia kembali mendengus, lalu turun dari mobil, kaki kecilnya menghentak dengan keras mengikuti langkah mereka berdua yang terlebih dulu masuk ke dalam.
Dita menghempaskan tubuhnya di sofa, sementara Agnia masih mematung, membuat Zian menghampirinya.
"Honey ... kau mau menungguku dikamar? Aku harus mengurus keponakanku yang satu ini! Setelah itu aku akan menyusulmu!"
Dita yang sudah tidak merasa canggung itu pun bangkit kembali dari sofa, "Baby ... kau tidak malu pada keponakanmu! Jangan bicara seperti itu, dia masih belum pantas mendengarnya!"
Agnia tersenyum kecut, "Om memang mesum aunty!" ujarnya dengan mendelik ke arah Zian.
Dita terkekeh, "Kau benar Nia!" ucapnya namun dengan melenggang pergi, dia menaiki tangga dan menuju sebuah pintu.
Sudah dipastikan dia masuk ke dalam kamar Zian, sementara Zian menghampirinya, "Dengar Nia, bersikaplah seolah kau mengenal tempat ini. Jangan terlihat seperti gadis bodoh dengan wajah polosmu itu! Kita sudah sepakat bukan!"
"Lah memang aku gak tahu seluk beluk rumah ini! Masa iya pas masuk harus langsung masuk ke dapur, atau ruangan lain, atau kamar! Tidak sopan namanya Om!"
"Lagi pula, nanti juga aku akan pulang! Aku mau disini saja, sampai urusan Om selesai dengan nya!"
"Tinggal nunggu pacar om itu pulangkan?"
"3 hari ... setelah itu Dita akan pergi ke negara A untuk fashion show, dan terserah kau mau nunggu dimana!" ujarnya melenggang pergi.
"Heh ... kau curang! Tidak bilang dia akan disini 3 hari," berlari menyusul Zian.
"Aku lupa, dan baru mengatakannya sekarang!"
Agnia menaiki tangga, menghalau langkah Zian yang berjalan naik. Dia berkacak pinggang, lalu memukul dada Zian.
"Kau curang!"
Zian menangkap tangan Nia, menariknya hingga Agnia hampir terjatuh dan menabrak tubuh tegap di depannya.
Deg
Zian merasakan aroma itu lagi, Agnia mengerjap kaget dan mendorong tubuh yang menahannya agar tidak jatuh.
"Jangan mesum! Dasar om- om genit...."
Setelah berhasil melepadkan diri, Agnia berjalan ke arah belakang, meskipun dia tidak tahu apa yang ada di area belakang.
"Hey ... itu gudang! Lebih baik kau pergi ke atas, kamar yang ada di sebelah kiri." ujar Zian.
Agnia menoleh, kedua matanya membulat dengan tajam, "Gue memang mau ke gudang!"
"Terserah kau!" ucap Zian yang kembali berjalan ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.
Agnia kembali mendengus, dia lantas melihat pintu itu sudah tertutup, "Mending gue pulang sekarang, enak saja suruh gue untuk tinggal di sini selama 3 hari, dan ngeliat mereka yang berbuat mesum."
"Otak dan mata gue tercemar nanti!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
bener Nia pulang saja.. hehe
2024-08-29
0
Rahma
bisanya main ancam ni pria tua😅😅
2023-08-14
0
Aidah Djafar
bagus Nia pulng aja...🤔
2023-03-27
0