NovelToon NovelToon

Bukan Sugar Baby

Episode. 1(Prolog)

"Nia ... cepatlah! Kau tidak lupa perjanjian kita kan?"

Seorang gadis berusia 17 tahun menggeliat didalam selimut nya. Kedua manik hitamnya mengerjap-ngerjap saat guncangan di bahunya semakin kencang.

"Nia ... astaga, kalau kamu tidak bangun juga, mereka akan berbuat lebih dari ini! Cepat Nia...!"

"Serly, apaa sih! Aku masih mengantuk!" gumamnya dengan menyembunyikan setengah wajahnya ke dalam selimut.

Sreeett

Serly menyibakkan selimut hingga tubuh Agnia. Tubuh indah nan molek miliknya yang hanya di balut oleh tank top dan juga hot pants itu kini terpangpang nyata.

"Cepat Nia!"

Agnia terperanjat, dia kaget saat Serly menarik lengannya untuk bangun.

"Astaga, Serly ... bisa sabar sedikit tidak sih!"

"Tidak bisa, kalau terlambat sedikit saja, mereka pasti membunuh kita Nia."

Nia berdecak, mendengar ucapan sahabatnya yang membuatnya bingung.

"Tunggu Sherly, membunuh? Siapa?"

"Ih ... Nia kau lupa? Kita kalah taruhan, dan kita harus membayarnya dengan waktu, lebih tepatnya kamu yang akan melakukannya.

"Taruhan?"

"Kalah?"

Seketika Nia membuka lebar kelopak matanya, ingatannya baru saja terkumpul, taruhan bersama genk paling rese di sekolahnya.

Agnia berlari ke kamar mandi begitu saja, membuat Serly terhuyung hingga terjatuh.

"Sorry Sherly!" Teriaknya dengan menutup pintu kamar mandi dengan keras.

.

.

.

"Nih nomor kamarnya, lo tinggal masuk, temenin dia dan selesai! Lo boleh pulang, dan kita anggap game ini berakhir." tukas Cecilia dengan berseringai.

"Benarkan gue cuma nemenin dia doang? Tidak lebih?"

"Kalau lo mau berbuat lebih, boleh-boleh saja sih, siapa tahu doi bisa jadi sugar Daddy buat lo! Dan lo bisa hidup enak seperti kita-kita, Iya gak Cil" timpal Nita dengan tertawa ke arah Cecilia.

Tiba-tiba Serly mendorong bahu Nita, dia yang tidak terima dengan apa yang di katakannya, "Jaga ucapan lo, Nia tidak perlu melakukan hal menjijikan seperti yang kalian lakuin!"

Nita tidak kalah, dia pun mendorong tubuh Serly, untung saja Agnia menahan bahunya, hingga sahabatnya itu tidak terjatuh.

"Jangan so suci deh lo, lo sirik kan?"

"Udah deh, kenapa malah bertengkar! Kita sudah deal ya, tidak lebih! Kalau tidak, gue tidak akan ngelakuin hal ini!" sahut Agnia.

"Terserah lo, kalau lo gak ngelakuin, ya Lo tanggung sendiri akibatnya, nama baik Lo disekolah bakal hancur! Inget itu Nia."

"Kita cabut dari sini Nit!"

.

.

"No 225 ...." Gumam Agnia terus menerus di saat dirinya menapaki lorong sebuah hotel bintang lima yang di tunjukan oleh Cecilia dan juga Nita padanya.

Tak berselang lama, dia menemukannya, pintu kamar bertuliskan nomor 225, tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

"Tenang Nia, hanya menemani, setelah itu pergi dari sini, dan semua selesai! Jangan pernah lagi berurusan dengan Cecilia dan juga Nita, jangan so jadi pahlawan dan hiduplah seolah lo tidak mengenal mereka." gumam Nia menenangkan dirinya sendiri.

Tok

Tok

Perlahan Agnia mengetuk pintu berwarna cokelat itu, dan dengan cepat membalikkan tubuhnya. Jantungnya terasa mau lepas, dan keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya.

Jujur saja, ini kali pertama Agnia menginjakkan kaki ke dalam kamar hotel selain bersama ayah dan ibu nya, itu pun sudah lama sekali. Saat dia masih kecil, dan saat keluarganya masih utuh.

Agnia sibuk dengan pikiran masa lalu nya, dan saat itu pintu kamar tiba-tiba terbuka.

Ceklek

Deg

Agnia menoleh ke arah belakang, dimana pintu kamar berwarna cokelat itu sudah terbuka, wangi farpum menyeruak ke dalam hidungnya. Seorang pria paruh baya berdiri dihadapannya, dengan tatapan bak menelanjanginya.

"Kau sudah datang rupanya! Masuklah...." ujarnya dengan memundurkan tubuhnya yang gempal, memberi jalan untuk Agnia bisa masuk.

Perlahan Gadis berambut panjang itu melangkahkan kakinya dengan ragu, kedua tangannya memegangi tali kecil tas selempang yang tersampir di bahunya.

"Ayo ... tidak usah takut, aku tidak akan menggigitmu, sekarang!"

Pria itu mengedipkan matanya sebelah, membuatnya serasa ingin muntah.

"Duduklah, rileks kan dirimu, jangan terlalu tegang begitu, kita saja belum mulai!"

Glek

Agnia menelan saliva dengan susah payah, melihat ke arah meja. Matanya mengunci benda kotak berwarna merah bertuliskan tiesta.

Alat yang sering digunakan dua orang dewasa dalam berhubungan.

"Maaf Om, Nia mau ke toilet sebentar!"

"Boleh, silahkan ... memang seharusnya kamu bersihkan dulu tubuhmu itu Nona kecil!" ujarnya dengan kembali mengedipkan matanya.

Agnia berjalan masuk ke dalam toilet yang berada di kamar hotel suite room itu, dan menguncinya.

Dia berjalan mondar-mandir, dirinya kini resah bercampur takut, situasi yang membuat hatinya menciut, bagaimana tidak, dia membayangkan apa yang akan terjadi setelah dia keluar dari toilet.

Bagaimana ini, aku harus pergi dari sini, sebelum hal buruk itu terjadi padaku. Sugar Daddy apaan, itu sih lebih cocok jadi opa aku.

Tok

Tok

"Nona kecil, kamu membutuhkan bantuanku? Kenapa begitu lama di dalam? Apa kau Nervous, tenang saja ... aku akan melakukannya dengan pelan-pelan." ucapnya dengan terkekeh.

Agnia kembali ketakutan, tapi dia juga tidak mungkin berada di dalam toilet terus. Dia harus keluar, berlari melarikan diri. Berharap ada seseorang yang membantunya, atau berakhir begitu saja.

Pintu kembali di ketuk dari luar, pria tua itu terus memanggil Agnia.

"Nona kecil kamu tertidur di dalam?"

.

.

Agnia berlari sekuat tenaga, dia berhasil keluar dari kamar hotel bernomor 225 itu dan berhasil mengelabui pria tua itu dengan menyuruhnya

membersihkan dirinya ke toilet, hingga dia bisa pergi dari sana dan keluar dari hotel.

Brukk

Agnia tiba-tiba masuk kedalam mobil yang tengah terparkir di depan lobby hotel, dan menutup pintu mobil dengan keras, seseorang dari balik kemudi yang tengah menelepon itu menoleh ke arahnya.

"Siapa kau?"

"Om ... tolong aku, cepat pergi dari sini om, aku mohon!" ujar Agnia dengan menangkup kedua tangannya.

"Heh ... anak ingusan! gue sedang banyak urusan, tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu!"

Tiba-tiba dari arah lobby hotel berlarian 4 orang berpakaian hitam-hitam. Seseorang dari mereka berteriak pada temannya.

"Cari gadis itu sampai dapat, atau bos akan membunuh kita!"

Agnia menelungkup kan tubuhnya ke arah pria yang masih melihat ke arahnya dan juga ke arah luar dengan bergantian.

"Om ... bawa aku pergi, mereka pasti membunuhku!" ujarnya dengan menyembunyikan kepalanya dia antara sela paha pria itu.

"Damnn it...!" pekiknya.

.

.

Selamat datang di novel ke 3 dari Author.

Bagaimana kelanjutannya cerita Agnia Sarasvati? Siswa kelas 12 yang berprestasi disekolah dan menjadi juara umum 3 tahun berturut- turut, hingga dia terjebak pesona seorang Duda berumur 34 tahun.

Terus ikuti ya, jangan lupa untuk tap favorite biar tahu kelanjutan nya.

Jangan lupa like, komen, rate 5 yaa.. Terima kasih ❤

Episode. 2

Lagu just the way you are menjadi bel tanda masuk di SMA harapan bangsa. Lagu yang dinyanyikan oleh Bruno mars itu telah bergema diseluruh ruangan sekolah. Seorang gadis berambut panjang yang di kuncir kuda berlari menuju kelas MIPA 3 dengan nafas terengah-engah.

"Heh...kebiasaan kamu Nia, datang selalu di akhir jam masuk! Tapi selalu beruntung karena tidak pernah telat." ujar Sherly yang tengah duduk, menatap sahabat serta tempat satu bangku nya yang baru saja masuk.

"Iya nih, biasa ... di rumah tidak ada yang bangunin aku." Agnia sarasvati.

Gadis itu mendaratkan disebelah Serly, dan mengeluarkan buku lalu mengibaskannya tepat di depan wajahnya.

"Tapi PR ku aman kan?" ujar Serly.

"Aman dong!" tukas Agnia memberikan buku yang dipakainya untuk mengipas wajahnya yang berkeringat pada sahabatny.

Agnia sarasvati terbilang siswi cerdas, terbukti dia menjadi juara umum selama tiga tahun berturut-turut, pintar, cantik, juga supel, gaya bahasanya yang ceplas- ceplos, membuat Agnia disukai banyak orang.

Namun tidak untuk dua orang dari kelas sebelah. Cecilia dan juga Nita, mereka selalu mencari gara-gara dengannya, seperti hari ini.

Saat mereka berdua membully gadis berkaca mata yang selaku mereka suruh mengerjakan tugas, dan sering membelikan makanan untuk mereka berdua.

Agnia geram melihatnya, dan ini bukan hanya sekali.

"Kalian bisa tidak sih, tidak ganggu orang lain?"

" Tidak bisa!" jawab Nita dengan angkuh.

"Lagian, tidak perlu so jadi pahlawan, ngaca lo ..., lo aja ngerjain PR temen lo sendiri." timpal Cecilia.

"Itu jelas beda, gue yang mau, bukan di suruh-suruh! beda sama kalian!"

"Oh ya, beda? Jelas beda lah, gimana kalau lo gabung bareng kita? Biar kita sama?" ujar Cecilia dengan berseringai.

"Hey... jaga omongan lo, dasar cewe gak bener! Gak usah ngajak-ngajak orang!" ucap Serly.

Membuat Nita dan juga Cecilia semakin marah dan menjambak rambut Serly, Agnia berusaha melepaskan memisahkan mereka, namun Nita dan Cecilia ikut menyerangnya, mereka pun menjambak rambutnya.

Adam yang baru saja datang memisahkan mereka di bantu teman-temannya yang lain. Dia sebagai ketua kelas pun ikut memarahi mereka.

"Kalian bisa tidak sih bersikap layaknya siswa yang berpendidikan?" serunya pada mereka.

Tatapan nya tajam menghujam ke arah 4 gadis yang baru saja saling menyerang itu.

Semua orang di kelas itu melihat ke arah mereka.

"Lo juga, sebagai sekretaris kelas, lo harusnya memberikan contoh yang baik!" tunjuknya pada Agnia.

"Dan kalian berdua, bisa kan kembali ke kelas kalian? Sekarang juga!" ucapnya pada Cecilia dan juga Nita.

Mereka berdua berlalu dari sana, "Urusan kita belum selesai!" gumam Cecilia saat melewati Agnia.

Dengan menyibakkan rambutnya yang kini terurai, Agnia menatap mereka berdua dengan tajam.

"Gue gak takut!"

.

.

Setelah pertengkaran nya tadi pagi, Cecilia dan juga Nita kembali menghampiri Agnia dan Serly di kantin, disana juga ada Vina, gadis berkaca mata yang kerap mereka bully.

Mereka berdua dengan santainya duduk dihadapan Agnia yang tengah menikmati makan siangnya.

"Gue ada penawaran buat lo, kalau lo bisa melakukannya, gue bakal berhenti gangguin si Vina!" ujar Cecilia.

Agnia mendongkakkan kepalanya ke arah mereka, lalu menyimpan kembali sendok yang baru saja akan dia masukkan ke dalam mulut.

"Penawaran macam apa?"

"Jangan aneh-aneh deh kalian! Nia jangan mau, mereka hanya akan membuat gara-gara denganmu!"sergah Serly.

Cecilia berdecih, dia menatap tajam ke arah Agnia. "Gue tahu lo tidak punya nyali, jadi jangan sok jadi pahlawan di hadapan gue."

Cecilia dan Nita tertawa dan bangkit dari kursi, membuat Agnia mengepalkan tangannya di bawah meja.

"Gue tertarik dengan penawaran yang lo mau Cecil! Dan lo harus tepat janji lo, untuk berhenti gangguin Vina."

Vina yang sedari tadi hanya menggelengkan kepalanya kini mulai menangis, "Jangan lakukan itu Nia, Aku mohon! Biarkan saja nerka melakukan apapun padaku."

Cecilia dan juga Nita kembali membalikkan tubuhnya, dan tertawa melihat ke arah Vina, lalu beralih pada Agnia.

"Oke ... deal, dan ini mudah saja! Lo ikut gue sekarang."

.

.

Agnia mengikuti Cecilia dan juga Nita ke belakang sekolah, area yang tidak pernah terjamah oleh siapapun, termasuk pihak dari sekolah, dan tempat ini biasa di pakai oleh siswa laki-laki dan perempuan hanya untuk bolos, atau juga hanya untuk merokok.

Agnia yang baru pertama kali memasuki area ini bergidik melihatnya, bekas-bekas rokok dan juga sampai-sampai berserakan, bercampur dengan kursi dan meja yang sudah tidak layak pakai lagi.

"Ternyata ada tempat seperti ini di belakang sekolah!" gumam Agnia pada Serly yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Oke jadi gini, lo tahu kan Adam itu siswa terdingin disekolah ini! Selama ini tidak ada yang bisa menaklukannya."

"Dan gue mau lo dapetin dia, kalau lo berhasil, gue bakalan salut sama lo, dan gue berhenti gangguin si Vina," Ujar Cecilia dengan tangan bersidekap di dadanya.

"Dan ... kalau lo gak berhasil! Lo harus ngelakuin sesuatu buat kita! Deal?" Timpal Nita.

"Sesuatu apaan maksud lo?" Tanya Agnia dengan penuh curiga.

Cecilia dan Nita tergelak, "Biasa aja muka lo! Gak usah kaget begitu, kita gak bakal macam-macam kok! Lagi pula, sesuatu itu tidak akan sampai merugikan lo berdua."

"Iya apaan jangan banyak bacot deh lo!" Agnia sudah mulai kesal dengan dengan tingkah mereka yang seenaknya.

"Nemenin orang ngobrol!" tukas Nita dengan seringaian di bibirnya.

"Nemenin ngobrol gimana tuh maksudnya? Seperti yang kalian lakuin selama ini? Begitu, nemenin om-om kesepian! Gue gak mau!" jawab Agnia dengan membalikkan tubuhnya.

"Ayo Serly, kita pergi dari sini."

"Oke gak apa-apa, tapi kalian tidak usah ikut campur lagi urusan kita, mau si Vina atau siapapun, atau bahkan temen lo, si Serly sekalipun yang bakal gue gangguin!"

Langkah Agnia terhenti, dia mengepalkan tangannya dan kembali berbalik. Walaupun Serly mencegahnya untuk kembali, namun dia tidak mendengarkannya.

"Udah deh, gak usah lo ladeni permainan mereka, lebih baik kita kembali ke kelas!" ujar Serly menarik tangan sahabatnya.

"Lepas Serl, gue gak bisa tinggal diam saja, mereka harus diberi pelajaran agar tidak seenaknya sama orang."

Cecilia dan Nita tergelak, mereka saling memandang dengan pandangan licik.

"Oke deal, gue setuju!" ujar Agnia dengan menyodorkan tangan pada mereka.

Cecilia menyambut tangan itu dengan senang, sementara Nita berseringai dengan menatap keduanya tajam.

"Oke deal ..., gue bakal nepatin janji gue sama kalian, begitu juga kalian, bakal ngelakuin hal ini, satu lagi ... ini bakal jadi rahasia kita berempat."

"Deal...."

Catatan othor,

Bukan kalian yang suka mari like dan komen dan juga rate 5. (Tapi othor gak maksa ya.) Dan buat yang gak suka, silakan skip dan cari bacaan lain tanpa harus kasih rate buruk, rate 1 dan bilang kecewa, ingat ini hiburan, jadi carilah novel yang cocok tanpa meninggalkan jejak buruk. Apalagi gak like gak komen tapi kasih rate kecewa. Pie to?

Mari saling bersinergi dengan baik.

Episode. 3

Setelah perjanjian nya dengan Cecilia, Agnia melakukan berbagai cara untuk mendekati Adam, sebagai sekretaris kelas, dia memang mudah mencuri waktu agar bisa mendekati Adam yang seorang ketua kelas.

Namun usahanya tidak juga berhasil, Agnia lantas tidak berputus asa, berbekal sifatnya yamg ceria dia terus membuat Adam terpesona padanya.

Adam, terkenal dengan sikap dinginnya, dia terlalu fokus hanya pads pelajaran saja, tidsk pernah terlibat masalah apapun termasuk masslsh perempuan, banyak gadis yang tergila-gila padanya, namun tidak ada satu pun dari mereka yang mampu menaklukannya.

"Serl ... sepertinya Adam itu tidak suka perempuan deh!" ujar Agnia dengan kesal.

"Sudah seminggu, gue terus berusaha dengan berbagai cara agar menarik perhatian nya, namun dia tidak bergeming sedikitpun."

Serly hanya tersenyum.

"Masa gue mesti telanjang di depannya. Ya kali dia mau lihat gue kalau gue ngelakuin itu Serl." ucapnya kemudian.

"Jangan gila deh lo," ujar Serly saat mendengar sahabatnya itu mulai meracau kemana-mana.

"Ibarat kata lo harus nyerah dan nerima permintaan mereka, itu lebih baik dibanding lo harus membuat diri lo malu dengan bertelanjang di depan Adam."

"Ya ela, gak ada lebih baik-lebih baik dari kedua pilihan itu Serl, lo yakin tuh orang cuma mau di temenin doang?"

"Mereka kan pastiin itu Nia, dan lo juga dengerkan? Hanya nemenin ngobrol, habis itu kelar, lo pulang, beres... tanpa harus susah payah bikin Adam biar ngelirik lo," jelas Serly menohok.

Agnia mendengus kasar, tidak ada pilihan lain, Adam memang jelas tidak menyukainya, begitupun dengan Agnia. Sesuatu yang disasaei oleh kebohongan hanya akan membawa kebohongan-kebohongan lainnya, dan bukan seperti ini yang dia inginkan.

"Baiklah, tidak ada pilihan lain kan Serl, aku akan melakukannya."

"Kamu yakin Nia?"

Agnia mengangguk.

Satu minggu kemudian

Tak ada satu pun materi yang disampaikan oleh 3 guru dari 3 pelajaran hari ini yang masuk dalam otak Agnia, entah lari kemana fikirannya hari ini. Selain batas waktu yang ditentukan oleh Cecilia telah habis, Agnia juga kehabisan ide untuk mendapatkan perhatian dari Adam.

Berkali-kali dia menghela nafasnya berat, dan wajah cerianya berubah menjadi murung.

Bahkan kemurungannya mengalahkan cerahnya hari ini. Lagu uptown Funk menjadi tanda pelajaran ke 3 telah usai, dan semua sisiwa berlarian menuju kantin.

Begitu pula Adam, namun semua orang akan tahu kemana laki-laki berparas tampan itu pergi.

Agnia bangkit dari kursinya dan memilih keluar terlebih dahulu, meninggalkan Serly dan juga Vina, tidak biasanya dia berjalan menuju ruangan perpustakaan di bandingkan menuju kantin seperti biasanya.

Dia masuk ke dalam ruangan, kedua manik hitamnya beredar menyapu deretan kursi-kursi dan melangkah setelah melihat seseorsng yang ingin dia temui.

"Dam, gue perlu ngomong sama lo, sekarang!" ucapnya dengan menarik tangan Adam.

"Suuuuttthhh...."

Beberapa orang menempelkan telunjuk di depan bibirnya dengan mata menajam ke arsh Agnia.

"Sorry ... sorry!" gummanya dengan tangan yang menangkup.

"Nia apaan sih lo, gak bosen apa gangguin gue mulu! Gue udah bilang gue gak suka sama lo, gue gak tertarik sama yang namanya pacaran!" tukas Adam dengan menepiskan tangan Agnia.

"Oke Dam, gue gak bakal maksa! Tapi kali ini saja please, lo bantuin gue ya! Lo pura-pura jadi pacar gue aja gimana? Lo mau kan?"

"Sakit lo ya, gue gak mau! Lagi pula benaran aja gue gak mau, apalagi pura-pura, jangan ngaco deh lo!" sahut Adam.

"Lagian lo kenapa sih? Gue perhatiin tungkah lo jadi aneh, Freak tahu gak, kayak bukan lo yang gue kenal Nia!" ucap Agam menohok.

"Gue gak bisa jelasin apa-apa sama lo, kecuali kalau lo bantuin gue!"

"Gak mau Nia, udah berapa kali gue bilang! Lo bebel banget dih jadi orang."

"Kenapa lo gak mau, gue gak cantik? Gue kurang sexy? Atau gue gak menarik?"

"Suuutthhhh...."

Siswa yang berada disana kembali memperingatkan Agnia yang bersuara,

"Lo mengganggu kenyamanan perpustakaan ini, lebih baik lo pergi," ujar Adam dengan berbalik meninggalkan Agnia.

Agnia menarik lengan Adam, "Dam, jawab dulu pertanyaan gue, setelah itu gue gak bakal ganggu lo lagi, dan gue bakal pergi dari sini."

Adam menghela nafas, "Kepala lo batu banget Nia! Dan oke gue jawab, lo cantik, lo juga menarik, dan lo juga sexy, lo pintar, dan lo teman yang menyenangkan, tapi Sorry ... gue lebih milih fokus belajar, gue selalu jadi urutan ke dua setelah lo, dan gue gak suka, gue pasti bakal kalahin lo, dengan gue gak main-main cinta-cintaan, sampai gue lulus kuliah."

"Apa jawaban gue kurang jelas, Nia?"

Nia termangu dengan jawaban Adam, bukan hanya itu, dia mulai terpesona dengan sosok pintar di hadapannya. Bahkan kedua kelopak matanya nyaris tanpa berkedip saat Adam berbicara panjang lebar semua alasan yang membuatnya menolak.

Tapi kenapa dia harus merasa gue ini saingannya, kenapa tidak mencoba mengkolaborasikan kepintaran berdua, bukankah itu akan menyenangkan. Batin Agnia.

Adam berlalu begitu saja setelah semua penjelasan yang dia berikan pada Agnia, sosok gadis yang membuatnya terus berada di urutan ke dua selama di sekolah.

Agnia masih berdiri ditempatnya, hingga sebuah tangan menariknya dari sana.

"Lo gak lupa perjanjian kita kan Agnia sarasvati?" bisik Cecilia, saat Nita menarik tangannya.

"Kalian tenang saja, gue gak lupa, gue pasti ngelakuinnya."

Nita menarik telapak tangannya dan menggenggamkannya sesuatu. Secarik kertas bertulisankan angka. Hanya angka.

"Apa nih?" tanya nya heran.

Agnia membuka secarik kertas itu dan melihatnya.

"No 225, apaan nih?"

"Lo tinggal datang, masuk, dan nemenin dia ngobrol sampai dia nyuruh lo buat pulang, kalau lo beruntung, dia bakal kasih lo duit, ya minimal buat ongkos Taxi lo." ujar Nita tergelak.

"Tapi inget lo harus dandan, bisa kan? Kalau enggak gue dandanin lo?" tawar Cecilia dengan memainkan ujung rambut Agnia.

Agnia menepis tangan Cecilia, "Gak perlu, gue bisa sendiri!" ujarnya ketus.

"Oke ... nanti malam jam 7, lo harus sudah ada disana! Dan lo gak bisa bohong, karena gue pasti bakalan tahu. Faham kan lo?"

Agnia mengangguk, "Gue paham maksud kalian berdua!"

Cecilia menepuk lembut pipinya, "Lo emang terbaik Nia." ujarnya dengan tersenyum dan berlalu begitu saja.

"Bye Nia ... good lucky."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!