"Cepatlah, kau lambat sekali!"
"Ini sudah cepat Om, langkah Omnya saja yang seperti raksasa, cepat sekali!"
Mereka memasuki lobby yang sudah tampak sepi, tentu saja karena ini sudah hampir tengah malam, berapa orang yang baru saja masuk justru orang yang berjalan sempoyongan, tak jarang dari mereka yang datang bersama dengan seorang perempuan yang berpakaian serba mini.
Agnia menatap ke arah mereka, namun kemudian menundukkan kepalanya, saat orang itu kembali menatap balik dirinya. Dengan ceoat dia memegang ujung jas yang dikenakan oleh Zian.
Membuat Zian menoleh, dan menepiskan tangannya dari pakaiannya.
"Baru lihat yang begitu saja sudah takut, apalagi melihat yang lain, pintar sekali berpura-pura polos." gumamnya.
Zian berhenti, dia pun ikut berhenti, tinggi Agnia hanya sebatas dada Zian, namun tubuh nya terlihat lebih dewasa dari pada usianya, membuat dia menjadi perhatian, apalagi semakin masuk, semakin banyak yang berjalan sempoyongan.
"Tunggu disitu!" titah Zian menunjuk sofa kosong.
Agnia yang sudah berhenti menangis itu mengangguk, dan mendudukkan pantatnya di sofa, menunggu Zian yang tengah berbicara dengan seorang wanita di balik meja resepsionis.
Tak lama terlihat wanita itu menelepon seseorang, sementara Zian menghampiri kembali Agnia yang sudah kelelahan.
Zian menendang- nendang sepatu yang dikenakan oleh gadis yang tengah menyandarkan kepalanya dengan terkantuk-kantuk,
"Heh ... bangun! Ayo ke kamar."
Namun usahanya gagal, Agnia semakin menunduk dengan rambut yamg menutupi bagian wajahnya.
"Payah! Padahal dia baru saja bangun! Tapi sekarang sudah tidur lagi." gumam Zian.
Seorang room boy menghampirinya, yang bertanya apa ada yang bisa dia bantu.
"Bawa dia ke kamar!" Titahnya.
Sementara Zian melenggang pergi mendahului
mereka, seseorang berjalan ke arahnya, dengan wajah panik.
"Sudah datang? Kau ingin istirahat dulu atau langsung ke sana?" ujar seseorang yang masih berpakaian jas lengkap.
"Aku ingin mandi terlebih dahulu, kita bertemu di--..."
Kedua mata Zian menangkap sesuatu yang membahayakan, room boy yang menggendong Agnia sudah berjalan melewatinya, dengan cepat dia menyusulnya.
"Biar aku yang membawanya! Kau bawa saja keylock card dan ikut denganku."
Pemuda itu menganggukan kepalanya mengerti, dengan susah payah, tubuh Agnia berpindah tangan. Lalu Zian masuk ke dalam lift.
"Siapa dia Bos? Mainan baru?"
"Tidak tahu, tiba-tiba masuk ke dalam mobilku!" ujarnya pada Iyan.
Asisten pribadinya itu hanya mengangguk, dia sudah tidak aneh lagi dengan kelakuan bosnya, yang sudah sering kali berganti wanita, namun baru kali ini dia membawa gadis kecil yang sangat menggoda.
"Aku tahu kenapa kau membawanya dari pelayan itu!" ujarnya dengan kedua mata yang menunjuk ke paha Agnia yang tersingkap.
"Paha belakangnya terlihat, benarkan?"
"Diam kau, lebih baik kau siapkan berkas yang aku butuhkan malam ini juga!" sentak Zian.
"Baiklah, aku juga ingin segera beristirahat." ujar Iyan.
Ting
Lift terbuka, mereka berjalan keluar dari lift dsn menuju kamar. Sebuah kamar yang terletak paling atas hotel berbintang 5 ini. Kamar khusus yang hanya di pakai oleh Zian seorang.
Room boy itu membuka pintu kamar president suite room itu, lalu menyerahkan card nya pada Iyan, setelah itu baru lah dia pergi.
Perlahan Zian membaringkan tubuh molek Agnia di ranjang berukuran king itu begitu saja.
"Cantik bos! Kalau kau tidak tahu siapa dia, biar aku yang mengurusnya." ujar Iyan dengan kedua alis yang naik turun bergantian.
"Pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Zian yang tidak menggubris perkataan Iyan sebelumnya.
"Sudah bos, sejak tadi! Kau hanya harus memeriksanya saja."
Setelah itu mereka berdua menutup pintu kamar dan mulai membicarakan pekerjaan, bagaimana kantor cabang mereka bisa terkena masalah.
"Besok pagi, kita kesana, kita lakukan audit." titahnya.
Iyan mengangguk, "Ada lagi yang kau butuhkan?"
"Tidak ada, kau bisa istirahat, aku juga ingin mandi."
Iyan kembali mengangguk, namun kali ini diselingi oleh senyum simpul yang penuh makna.
"Jangan berfikir macam-macam, dia bukan tige ku, anak kecil mana enak!" ujarnya menghilang di balik pintu kamar.
Iyan menggelengkan kepalanya, "Sekarang ssha dia bilang begitu, besok akan lain ceritanya.Gue udah faham,"
Kemudian tidak lama dari situ, Iyan keluar dari kamar bosnya, dia kembali ke kamar yang sudah disediakan untuknya, dsn tentu saja, kamar yang selalu untuknya jika mereka ke sini.
Tiba-tiba Agnia menggeliat, kedua matanya mengerjap-ngerjap dengan menatap langit-langit hotel yang penuh dengan ukiran.
"Kok gue bisa disini?" gumam Agnia, dia juga. memeriksa pakaiannya, merasa takut sendiri.
"Syukurlah, pakaianku masih lengkap!" ujarnya dengan kembali membaringkan tubuh nya.
Ceklek
Zian keluar dari kamar mandi, seketika Agnia menutup wajah nya dengan selimut, bisa dibayangkan, jika seorang pria yang baru ssha keluar dari kamar mandi sudah pasti hanya mengenakan handuk yang melilit di batas pinggangnya.
Dan Agnia sudah hapal sekali adegan-adegan seperti ini di film-film yang dia tonton.
"Kenapa kau?" tanya Zian heran.
"Om bisa tidak, bertanya nya nanti saja setelah Om berpakaian!" gumam Agnia di bawsh selimut.
Zian tergelak, namun tanpa suara. Dia memang keluar dari kamar mandi, namun sebelum keluar dia sudah mengenakan pakaian yang sudah dipersiapkannya sendiri.
"Memangnya kenapa kalau aku tidak berpakaian, kau mau melihatnya? Sudah serimg melihat, tapi masih bertingkah seperti gadis yang tidak tahu apa-apa." ketusnya lalu menyisir rambutnya.
Wangi farpum kini tercium, baunya ssngat menenangkan, berbeda dengan wangi farpum pria tua di hotel blue moon yang sebelumnya Agnia temui.
"Dasar Om-Om genit!" ujarnya.
"Heh ... aku mendengarnya."
Perlahan Agnia membuka kedua matanya, memberanikan diri menatap pria atletis itu.
"Eh ternyata dia tidak bertelanjang dada,"Gumamnya pelan.
"Dasar gadis liar, kau berharap melihat dadaku? Melihat tubuhku!" ujarnya dengan membuka lemari.
Deretan kemeja berbagai warna ada disana, ditempat khusus miliknya, ya miliknya, Zian adalah pemilik hotel itu.
Glek
"Tidak, kenapa Om percaya diri sekali!" ujarnya lalu beranjak dari ranjang.
Dia masuk kedalam kamar mandi, sementara Zian dibuatnya bingung, "Dasar gadis liar, terus sana berpura-pura polos!"
Agnia keluar dari kamar mandi, dia heran sendiri, kenapa di kamar hotel ini sangat lengkap dengan semua perlengkapannya, bahkan pakaian, kemeja, bahkan hal-hal kecil pun dipersiapkannya.
"Om ... aku lapar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
kaya ponakan sendiri saja hehe
2024-08-29
0
Zinevi Evi
malu yhh
2023-04-06
1
Aidah Djafar
jngn gitu om🤦
Agnia gadis baik2 lho 😁😁😁
2023-03-27
1