"Om ... aku lapar!"
Zian menoleh ke arahnya, dan tiba-tiba pikirannya ter-alihkan, melihat penampilan Agnia yang terlihat sangat dewasa, dengan hanya memakai kemeja kebesaran miliknya dan dipastikan di dalamnya hanya memakai dala man saja.
"Kau ... kenapa kau memakai kemeja milikku?" tanya nya dengan tergagap.
"Memangnya aku menemukan pakaian lain di lemari? Semua pakaian yang aku temukan hanya begini ini Om? Lalu aku harus memakai apa? Sedangkan aku tidak membawa pakaian ganti! Harusnya Om yang bertanggung jawab, om yang membawaku kemari, tapi membiarkan aku kelaparan dan tidak ada pakaian."
"Heh ... bocah ingusan! Kau cerewet sekali! Kau tidak lihat ini sudah tengah malam, toko pakaian saja sudah tutup. Sudah untung kau menemukan pakaianku didalam sana! Tidak aku biarkan te lan jang!" sungut Zian.
Membuat Agnia kaget dan menangkup tangannya menutupi bagian dadanya.
"Makanlah dan jangan berisik, aku tidak bisa tidur!" ujarnya lagi dengan menahan sesuatu yang kembali menggeliat di bawah sana.
"Damnn Itt..., selalu bangun disaat tidak tepat!" gumamnya.
Agnia yamg berjalan melewati nya dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa, menyantap makanan yang sudah tersedia di atas meja dengan lahap.
Tidak mempedulikan pria dewasa di hadapan yang tengah menahan sesuatu. Agnia melahap habis makan malam yang sangat terlambat itu, lalu menguap lebar, "Aku mengantuk!"
Dia tertidur begitu saja di sofa, membuat Zian menggelengkan kepalanya.
"Haruskah aku melahap habis bocah ingusan ini? Dia benar-benar memancing iblis di dalam diriku!"
Zian pergi keluar begitu saja, dia harus menuntaskan sesuatu yang ditahannya sejak tadi, namun kekasihnya saja tidak tahu dia ada di kota yang sama. Dia ingin memberi kejutan, namun lagi-lagi dia harus menahannya, besok pagi ada pekerjaan yang sangat penting untuk dia kerjakan.
Hingga dia memutuskan untuk pergi ke kamar Asisten pribadinya, Iyan,
Tok
Tok
Iyan yang sudah tertidur pulas pun tidak mendengar ketukan dari bosnya, dia sudah berada di alam mimpi nya sendiri. Tidak mendengar sedikitpun ketukan yang sudah berubah menjadi gedoran kencang itu.
"Sialan, rupanya dia ingin dipecat!" sungutnya dengan berlalu begitu saja.
Karena tidak ada tujuan, Zian kembali masuk ke dalam kamarnya, dan menuju lemari kaca yang menyimpan banyak wine mewah dan pastinya dengan harga yang fantastis.
Dia membuka penutup botol, lalu perlahan-lahan mencecapnya. Hingga pada akhirnya memilih menenggaknya langsung dari mulut botol.
Setelah dirasa cukup mengantuk, dia memilih untuk ke kamar dan menenggelamkan dirinya di atas ranjang, melewati Agnia begitu saja.
Brukk
Zian langsung terlelap, melupakan semua kejadian hari ini yang menguras emosinya, melupakan pertemuan dengan gadis kecil yang membuatnya semakin frustasi, serta melupakan has ratnya sendiri.
Sementara Agnia menggeliat di atas sofa, dia berjalan dalam tidurnya, merayap-rayap masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang, tanpa dia tahu Zian sudah terlebih dahulu terlelap di sampingnya.
Malam yang semakin larut, ditambah udara yang semakin dingin dan AC yang masih menyala kencang membuat kedua tubuh beda generasi itu semakin merapat, Zian melingkahkan kakinya bak memeluk guling, dan Agnia merasa kehangatan bak tebalnya selimut dengan wangi yang menenangkan.
Mereka berdua saling memeluk, merasakan kehangatan yang berbeda dari sebelumnya, terutama Agnia, semenjak kedua orang tuanya berpisah, dia tidak pernah lagi mendapatkan kehangatan dari keduanya. Walau mempunyai jadwal untuk mereka berdua, namun Agnia selalu merasa hampa.
Keesokan pagi
Dering telepon dari 2 ponsel saling sahut menyahut, sementara sang empunya masih berada di alam mimpi, nafas lembut Zian menerpa wajah Agnia, dengan tangan yang melingkar di pinggangnya.
Agnia mengerjap-ngerjapkan kedua maniknya, bayangan pria yang selama ini selalu memberinya kehangatan yang perlahan memudar.
"Daddy...." lirihnya, dengan kedua mata yang masih belum terbuka sempurna.
"Hm ... honey!" jawab Zian yang sama-sama belum sadar sepenuhnya, kecupan kecil mendsrst di pucuk kepalanya.
"Daddy ... what are you doing here?" tanya Agnia yang menyangka dia tengah berbicara pada ayahnya.
Seketika kedua netra itu terbelalak, dia berteriak dengan kencang dan mendorong tubuh Zian hingga terjerembab.
"Apa yang om lakukan diranjangku?" tanyanya dengan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Zian yang jatuh terduduk itu membulatkan kedua matanya sempurna, "Apa yang kau katakan gadis liar? Ini ranjangku...."
Agnia beranjak duduk dan mengedarkan pandangannya, suasana rumah yang hangat ternyata berubah menjadi tempat yang baru saja dia kenali.
"Ini bukan kamarku? Dan kau bukan daddy ku."
"Aku memang bukan sugar Daddy mu!" sungut Zian bangkit dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
"Maksudku kau bukan ayahku! Aku memanggilnya daddy, bukan sugar daddy yang kau maksud, dasar Om-om mesum!" teriaknya.
"Masih saja berpura-pura, jelas-jelas dia memanggilku daddy. Haissh ... kenapa pula aku memanggilnya honey." gumam Zian dengan membasuh wajahnya dengan air dari wastafel.
Zian keluar dari kanar mandi, dia tengah siap-siap untuk pergi ke kantor cabang perusahaannya, dan tentu saja setelah selesai dia akan memberikan kejutan spesial untuk kekasihnya. Anindita.
Kekasih yang di pacarinya selama 2 tahun, sosok model yang cantik luar biasa, yang membuat Zian berhenti bermain dengan wanita semenjak berkencan dengannya.
"Aku merindukannya, aku tidak sabar. ingin memberikan kejutan untuknya." gumamnya dengan melingkarkan jam tangan di tangan kirinya.
"Om, semalam Om tidak melakukan sesuatu padaku kan?" tanya Agnia yang masih bersembunyi di bawah selimut.
Membuat wajah cantik Dita yang tengah menari-nari di kepala Zian berlarian begitu saja, lamunannya buyar dan berubah menjadi kesal kembali.
"Entahlah aku tidak mengingatnya!" Ujarnya tidak peduli.
"Om ... jawab serius!" sentaknya.
Zian menggeram, "Memangnya kau merasa sesuatu yang aneh pada dirimu? Kalau iya, berarti terjadi sesuatu semalam!"
"Sudah aku katakan, aku tidak mengingatnya."
Agnia mendengus kasar, dia menyibakkan selimut dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Brakk
Gadis itu menutup pintunya dengan keras, membuat Zian yang tengah memasangkan dasi melonjak kaget.
"Sialan!! Dasar gadis liar!" umpatnya.
Tak lama suara ketukan terdengar dari luar, Zian berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Sosok Iyan sudah berpakaian rapi, dan beberapa berkas sudah berada ditangannya.
"Kau rupanya! Katakan pada Kim, antar sarapan kemari! Dan antar gadis itu ke kota A!" ujarnya tegas.
Iyan yang baru saja masuk, menghempaskan tubuhnya di sofa, dan mendial nomor Kim, dan mengatakan semua yang diperintahkan oleh bos mereka.
Iyan memberikan agenda kerja pada Zian, seketika kedua matanya menyalang pada Iyan.
"Kau gila, siapa yang membuat jadwal ini? Apa tidak ada waktu jeda sedikitpun?" Zian melemparkan ipad berisi agenda kerja itu begitu saja.
Membuat Agnia yang baru saja keluar dari kamar mandi melonjak kaget.
Glek
Zian menelan salivanya, melihat Agnia yang hanya memakai bathrobe dengan gulungan handuk di kepalanya. memperlihatkan paha putih dan leher jenjang miliknya.
"Katakan pada Kim, suruh dia membawa pakaian untuknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
iya lupa Agnia ga bawa ganti hehe
2024-08-29
0
Mitridah Trivera
masi penasaran dg ceritanya
2023-06-19
2
Aidah Djafar
hahahhh ngomng gadis ingusan liar si Zian tapi tergoda ngeliat Agnia pake handuk 🤔🤦😁😁😁
2023-03-27
1