Pria tua itu mengelus pipi nya dengan lembut, namun dengan cepat dia menepis tangannya.
"Hentikan Om!"
Dadanya tiba-tiba bergemuruh hebat, Agnia tidsk menyangka, Cecilia dan juga Nita berbohong padanya,
Tega sekali mereka melakukan hal ini pada orang lain?
Pria tua itu kembali berseringai, dan bermain-main kembali dengan ujung rambutnya.
"Rambutmu wangi sekali baby, siapa namamu tadi?"
Agnia enggan menjawabnya, dia terus menarik rambutnya dari tangan pria tua itu.
"Ayo baby, kita bermain, aku akan memberikan apapun yang baby mau? Tapi temani daddy saat dibutuhkan, daddy akan memberikan dunia untukmu!"
Daddy apaan lo, daddy tua bangka, udah bau tanah juga, masih hidup seperti ini, bukannya inget umur! Astaga.
Agnia masih sempat mengumpat di dalam hatinya, dan seketika dia menemukan ide agar bisa pergi dari sana.
"Daddy...." ucapnya dengan manja, seolah berkata pada ayahnya ketika dia menginginkan sesuatu.
"Iya baby sayang ... katakan?" sahutnya dengan mengelus kepalanya.
"Apa Daddy tidak ingin membersihkan diri terlebih dahulu, aku suka pria wangi," ujarnya dengan jari yang bermain kancing.
"Tapi Daddy sudah mandi tadi, sebelum bany datang, jadi Daddy masih wangi, baby ingin menciumnya?" ucapnya dengan merentangkan tangan.
"No Daddy, Daddy harus mandi lagi, supaya Daddy lebih segar dan lebih wangi! Hem ... mau ya?" bujuk Agnia.
"Baiklah ... Daddy akan mengikuti semua keinginanmu, hari ini Daddy milikmu,"
Agnia melepaskan tangannya yang sedari tadi memutar-mutar kancing baju pria itu, dan mendorongnya lembut, "Kalau begitu sekarang Daddy mandi, aku tunggu disana." ucapnya dengan mata yang menunjui ke arah ranjang king side.
"Wow ... Daddy suka baby yang berani seperti ini!" Dia bangkit dari duduknya dan membuka kemejanya.
"Biar aku bantu." ujar Agnia yang ikut bangkit dan membuka satu persatu kancingnya.
Pria tua itu semakin senang, bak gayung bersambut, dia mencoba mencium pipi gadis yang tengah menutupi ke gugupannya. Namun dengan cepat Agnia memundurkan kepala hingga bibir pria itu tidak mengenai nya.
"Mandi dulu Daddy!" ujarnya dengan mendorong tubuh gempal itu hingga masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah memastikan pria tua itu masuk ke dalam kamar mandi, Agnia bergegas mencari Key card untuk membuka pintu kamar. Dengan sesekali melihat ke arah pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian, dia menemukannya. Kartu tersebut terselip di antara dompet dan juga kunci mobil miliknya.
Dengan secepat kilat dia segers berlari keluar dari ruangan itu.
Cepat Nia, lari! Pergi dari sini, yang jauh, sampai dia tidak menemukanmu.
Agnia terus berlari, dia masuk ke dalam lift dan dengan cepat menekan tombol angka 1 dimana lobby hotel berada. Setelah pintu lift tertutup, dia baru bisa bernafas sedikit lega.
Dengan tubuh bersandar di dinding lift yang terasa dingin itu, dia memejamkan matanya, nafasnya terengah-engah tidak karuan.
"Brengsekk si Cecilia, lihat saja ... aku akan membuat perhitungan denganmu." gumamnya.
Ting
Lift terbuka, membuat Agnia terperanjat kaget dan berhambur keluar dengan cepat, namun kali ini dia tidak berlari, dia berjalan sebagaimana dia masuk tadi. Tidak ingin membuat semua orang menjadi curiga.
Agnia memasang senyuman yang indah dari bibirnya, lalu menyibakkan rambutnya saat melewati beberapa orang yang terlihat duduk-duduk di lobby, orang-orang yang membicarakannya tadi.
Seseorang berteriak dari arsh belakang, membuatnya menoleh dan melihat pria tinggi besar menunjuk ke arahnya.
Agnia kembali berlari keluar dari pintu hotel, dia melihat seseorang yang tengah menelepon masuk ke dalam mobil berwarna hitam, dan dengan cepat dia membuka pintu mobil sebelahnya dan masuk begitu saja.
Brukk
Suara keras terdengar saat tubuhnya mendarat di jok mobil, membuat pria yang masih memegang ponsel yang menempel di telinga kirinya menoleh ke arahnya,
"Siapa kau?"
"Om ... tolong aku, cepat pergi dari sini om, aku mohon!" ujar Agnia dengan menangkup kedua tangannya.
"Heh ... anak ingusan! gue sedang banyak urusan, tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu!"
Tiba-tiba dari arah lobby hotel berlarian 4 orang berpakaian hitam-hitam. Seseorang dari mereka berteriak pada temannya.
"Cari gadis itu sampai dapat, atau bos akan membunuh kita!"
Agnia menelungkup kan tubuhnya ke arah pria yang masih melihat ke arahnya dan juga ke arah luar dengan bergantian.
"Om ... bawa aku pergi, mereka pasti akan membunuhku! Please jangan biarkan mereka menangkapku," ujarnya dengan menyembunyikan kepalanya dia antara sela paha pria itu.
"Damnn it...!" pekiknya.
"Menjauhlah dari ku, kau menekan barangku!"
"Maafkan aku Om, tolong pergilah dari sini, aku mohon!" ucapnya dengan tangan meremass celana yang dikenakan pria asing itu.
"Honey, apa yang terjadi?" suara seorang perempuan di ujung telepon membuatnya tersadar.
"Shittt.... kau malah membuatnya terbangun!"
"Honey, what happen?"
Pria itu tudak sadar, ponselnya masih menempel ditelinganya, sementara guncangan dari bawah membuatnya hilang akal.
"No honey, tidak ada apa-apa, aku harus pergi. Bye honey." pria berpakaian jas lengkap itu melemparkan ponselnya di atas Dashboard begitu saja.
"Enyahlah, aku tidak bisa bernafas, dasar liar!" ujarnya marah.
"Tidak mau, aku akan terus seperti ini sampai Om menjalankan mobilnya dari sini!" gumam Agnia yang terus menyembunyikan kepalanya di antara perut dan paha pria itu.
"Dasar gila, kenapa aku harus mengikuti perkataan seorang anak kecil liar seperti mu!"
Agnia mendongkak, tatapan mereka sekerika beradu, kedua manik membulat dengan indah, dikelilingi oleh bulu mata yang lentik.
Deg
Pria itu menatapnya dengan lekat, seolah terhipnotis gadis yang masih amat belia itu,
"Kau...kau harus bertanggung jawab, atas apa yang kau lakukan ini! Ini melanggar hak asasi kemanusian! Kau membuat lku tidak bernafas, kau juga menbangunkan sesuatu yang menyeramkan di bawah sana." tukasnya dengan menanjap pedal gas, dan mereka pun berlalu dari hotel itu.
Agnia dapat bernafas lega, namun mobil yang bergerak itu membuat kepalanya bergerak-gerak, dahinya mengenai sesuatu yang sedari tadi menggeliat di bawah sana.
Dengan cepat pria itu menginjak pedal rem, hingga mobil berhenti tiba-tiba.
"Aduh Om, pelan-pelan bisa gak sih? Aku kejedot nih!" ujarnya dengan mendongkak, sementara tangannya menekan benda yang membuat celana pria itu semakin sesak.
"Harus berapa lama aku menahannya? Hem? Dasar gadis liar!" ujarnya dengan mendorong tubuh Agnia menjauh darinya.
Agnia berdecak, "Kasar banget sih Om!"
"Turun....!" titahnya.
Agnia tampak geram, namun dia tidak mau bertindak konyol, dia mengedarkan pandangannya ke arah luar,
"Om ... aku tidak mengenal jalan ini, bisakah aku menumpang sampai jalan yang aku kenali?"
Pria itu membuka sedikit kaca mobil, namun tidak mengurangi rasa sesak yang dia rasakan.
"Om ... sekali saja! Bantu aku lagi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
wah.. Agnia.. merepotkan. hehe 🤭😍
2024-08-29
0
Nadila
.
2024-06-27
0
anisa f
nia malah makin menjadi 😂😂😂
2023-07-16
0