"Ap---apaa?"
Seketika kedua manik Zian membola, menatap Agnia yang berdiri di depannya, memakai mini dress berwarna peach dengan gulungan rambut ke atas yang terlihat cocok dengannya, sementara leher jenjang miliknya terpampang nyata.
Menambah degup jantung Zian kembali bertalu-talu, kecantikan sederhana tanpa polesan berlebihan itu membuatnya terpana. Has ratt yang menyeruak saat berada di ranjang bersama Dita menghilang begitu saja, setelah melihat Agnia.
"Heh ... Om, malah bengong! Gue mau ngomong bisakan?"
Zian terkesiap, dia berusaha mengendalikan dirinya, dengan memasang wajah datar.
"Yang sopan kalau bicara dengan orang yang lebih tua! Gua- gue ... gua gue! Ada apa?" ujarnya dengan intonasi tinggi seraya menutup pintu kamar.
Dia berjalan turun, lalu mengarah pada meja makan, mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan air, setelah itu menenggaknya hingga tak bersisa.
"Cape banget habis olah raga malam ya!" ujar Agnia menyondongkan kepala disampingnya.
Zian menoleh kearahnya, melihat ceruk leher itu kembali, hingga Zian sadar dan mengalihkan
pandangannya ke arah lain.
Aku sikat juga nih lama-lama.
"Anak kecil ngapain ngurusin hal begitu! Dasar liar, selalu tidak mengaku tapi ucapanmu melantur ke arah sana."
Agnia menggaruk cuping telinganya, "Ya wajarlah aku tahu, dijaman serba modern sekarang, semua ada ... tinggal cari!"
"Tapi bukan berarti bisa melakukannya kan? Kalau hanya tahu sih, tahu banget malah!"
Zian berdecak, dia menarik kursi dan mendaratkan bokongnya, "Terserah kau saja! Cepat katakan ada apa? Jangan bilang kau ingin pulang malam-malam begini!"
"Belum juga ngomong, udah nebak aja, betul lagi tebakannya!" gumam Nia dengan bibir yang mencebik.
Zian mendengus kasar, "Tidak!" ucapnya bangkit kembali.
"Tapi kau juga tetap bisa sekolah, pulang dan pergi dari rumah ini!"
"Satu lagi, kau bukan tawanan, kamu bebas melakukan apapun disini! Aku tidak melarangmu,"
"Bagaimana dengan buku pelajaranku?"
"Kau boleh mengambilnya besok pagi?"
"Tapi pekerjaan rumahku!"
"Kau kan pintar, kerjakan di sekolah, atau minta pelayan mu mengirimkan fotonya, kamu kerjakan disini! Jangan mencari alasan lagi!"
Agnia pun ikut menarik kursi, kini mereka duduk bersampingan, "Itu artinya Om akan mengantar jemputku kesekolah?"
Zian berdecih, "Enak saja, kamu fikir aku supir?"
Agnia pun menghela nafas lega, dengan begitu, semua orang tidak akan berita itu benar adanya, Gue bukan seorang sugar baby, dan gue gak mau ... jadi sugar baby kayak cecilia dan Nita.
"Terus siapa yang mengantarku? Sekretaris Kim?"
"Itu urusanku, kau tidak perlu tahu!"
Pria itu diam-diam melirik ke aeah Nia yang tengah berfikir, terlihat dari kedua alisnya yang berkerut. Dia lantas merogoh dompet dan mengeluarkan kartu berwarna hitam dan memberikannya pada Nia, "Ambil berapapun yang kau mau Nia, anggap saja aku menyewamu untuk 3 hari,"
Dia tertegun menatap kartu hitam di tangannya, kartu yang sama yang dimiliki oleh daddynya namun dia tidak pernah boleh memegang nya, apalagi memakai nya sendiri, semua sudah serba di atur, namun hari ini Nia bisa memilikinya.
"Dari pada kau harus menemani pria-pria tidak jelas dan berakhir di hotel, tawaranku lebih menarik, aku tidak melakukan apapun padamu!
Dia meletakkan kartu sakti itu diatas meja, dengan kedua mata yang menyalang ke arah pria yang bicara sekenanya itu, "Tapi Nia bukan seperti yang Om fikir! Nia sudah katakan berkali-kali!"
Zian berseringai, dia bangkit dari kursi dan nerdiri dihadapanny, "Kalau begitu bagus, anggap saja aku sugar daddy mu yang pertama." ujarnya dengan mengacak rambut Nia dan berlalu begitu saja dari sana.
Agnia yang masih tertegun itu masih belum mencerna semua yang dikatakan Zian. Tapi kedua tangannya mengepal.
"Gue tidak mau jadi sugar baby! Apalagi untuk pria seperti lo! Dasar pemaksa." ucapnya dengan melemparkan kartu hitam itu.
Zian tak memperdulikannya lagi, tidak juga bersikap lembut seperti sebelum nya, karena dia sendiri merasa kesal karena Agnia selalu berupaya pergi. Dan entah kenapa, dirinya tidak rela membiarkan Agnia pergi darinya.
Dia hanya melambaikan tangan padanya lalu masuk kembali ke dalam kamar.
Agnia menendang-nendang kaki-kaki pada kursi meja makan, dengan menggerutu merutuki Zian yang kembali bersikap seenaknya.
"Dasar Om-om mesum, seenaknya saja bicara! Dia fikir gue ke kurangan duit sampai harus jadi sugar baby."
Agnia menghentakkan kaki, lalu kembali masuk kedalam kamar, dia merebahkan dirinya di atas ranjang, dengan kepala kembali berfikir. Namun otaknya tidak bisa berfikir.
Bayangan wajah Zian dengan rambut acak-acakan melintas begitu saja di oeluouk matanya. Namun dengan bayangan hal menjijikan mengikuti. Membuat Agnia bergidig sendiri.
"Jangan sampe gue suka sama pria bejat sepertinya, bermain wanita sesuka hatinya!" gumamnya.
Sementara itu Zian yang merasa hatinya senang kembali masuk ke dalam kamar, dia melihat ke arah Dita. Ada perasaan mengganjal karena has ratnya tidak terselesaikan malam ini, kekasih hati yang lebih pantas disebut dengan pemuas baginya itu sudah terlelap dibawah selimut. Namun juga lega, karena dia berhasil membuat Nia berada di sisinya.
"Kita lihat Nia, seberapa lama kau berpura-pura polos!" gumamnya.
Dia membawa bantal dan memilih tidur di sofa.
Drett
Drett
Zian mendengar suara ponsel bergetar, namun bukan ponsel miliknya, dia melihat ponsel Dita yang ternyata berdering.
Zian yang masih penasaran pun mengambil ponsel itu dan menyalakannya, namun karena ponsel Dita terkunci, akhirnya Zian meletakkannya kembali.
"Masalah pekerjaan sampai selarut ini!" gumamnya dengan kembali membaringkan tubuhnya.
Keesokan pagi
Pelayan rumah sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Agnia, dia yang sudah rapi berseragam lantas keluar dari kamar dan turun ke bawah.
"Ayo Non sarapan dulu!"
"Makasih bi, tapi Nia sarapan sendiri nih? Om Zian dan pacarnya sudah berangkat?"
Pelayan menggelengkan kepalanya, "Belum ada yang turun, kecuali Non Nia saja!"
"Kok bibi tahu nama aku? Perasaan dari kemarin gak pernah ketemu!"
"Iya Non, bibi kan tidak menginap, selesai bekerja langsung pulang, dan sekretaris Kim yang memberitahu bibi tadi pagi,"
Agnia mengedarkan pandangannya, "Sekarang sekretaris Kimnya kemana?"
"Sudah pergi lagi, dia hanya menitipkan ini saja!" ujarnya dengan menyerahkan tas berisi buku-buku pelajaran dan juga seragam sekolah miliknya, Agnia mendengus kasar, tidak ada lagi alasan untuknya bisa pergi sebelum Dita pergi.
"Makasih bi ..."
Agniapun memeriksa buku yang akan dibawanya hari ini, Sekretaris Kim kenapa malah pergi lagi, bukankah dia yang akan mengantarku sekolah.
Zian keluar dari kamar dengan rambut basahnya, dia menuruni tangga dengan bersiul-siul. Agnia menoleh padanya, lalu kembali menatap piringnya.
Zian menarik kursi dan duduk, mengambil roti lalu memakannya tanpa selai, "Hari ini aku yang akan mengantarmu ke sekolah!"
"Uhuk."
Mampus gue, apa nanti yang difikirkan teman-teman disekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
bahaya.. hehe
2024-08-29
0
Diah Anggraini
saya udah baca 2 kali..
tapi ga bosen bosen dah
2023-10-08
0
Aidah Djafar
Dita punya gebetan tuh ...🤔🤦
2023-03-27
0