"Istirahatlah, aku akan menyuruh sekretaris Kim kemari untuk membawakan pakaian untukmu."
Agnia tidak menjawabnya, dia memilih mengotak-ngatik ponsel miliknya.
Lagi-lagi Mommy gak nyariin gue, hanya bi Yum yang khawatir sama gue.
Zian beranjak keluar dari kamar dan membiarkan Agnia beristirahat, dia menghembuskan nafas panjangnya, aliran darahnya berpacu hanya karena bisa menyentuh Agnia, walau hanya pergelangan kakinya, tapi bukan itu masalahnya.
Tatapan teduh dari kedua mata yang Agnia ditujukan padanya, membuat hatinya tersengat, Gadis itu semakin menarik, dan aku senang melihatnya, saat dia tidak berisik dan membuatku kesal.
Zian merasakan kembali hatinya yang berdetak kencang, persis ketika orang sedang jatuh cinta
yang melihat orang yang dicintainy. Namun Zian kembali menepis hal itu, baginya Dita adalah segalanya, seluruh cinta dan hati hanya untuknya.
Dia kembali turun dan menemui kekasihnya yang tengah mengotak-ngatik ponsel.
"Kau sedang membalas pesan siapa?" tanya Zian tiba-tiba dengan memeluk Dita dari belakang.
"Bukan siapa-siapa, hanya agensiku saja. Bagaimana keadaan Nia baby?" tanya Dita dengan meletakkan ponsel diatas meja, dia berbalik melihat Zian dibelakangnya.
"Tidak apa-apa, kakinya hanya terkilir."
"Kok bisa?"
Zian menghempaskan tubuhnya di sofa, "Sudah kubilang dia itu bandel! Sudah dilarang untuk keluar rumah, tetap saja pergi! Itulah akibatnya."
Drett
Drett
Ponsel milik Dita bergetar, membuat Zian penasaran, dia pun meraih ponsel yang terletak di atas meja itu, namun dengan cepat Dita merebutnya, "Baby ... ini masalah pekerjaan, aku harus cepat mengurus keberangkatanku!"
"Kenapa kau selalu mementingkan pekerjaan mu dibandingkan aku honey?"
Dita terkesiap, dia menatap Zian dengan lekat, "Kau kan sudah tahu aku tidak bisa berhenti,"
"Sudah aku katakan, aku sanggup menghidupi mu, kalau pun kamu berhenti dari pekerjaanmu!"
"Ini cita-citaku baby, kau tahu itu! Lebih baik aku kehilanganmu, dari pada aku kehilangan cita-cita yang aku impikan dari kecil Zian!"
Dita bangkit dari duduknya, begitupun Zian yang menyusulnya, "Honey ... maafkan aku!"
"Aku bisa lebih bersabar jika kamu selalu pergi untuk urusan pekerjaanmu, sampai terus menunda pernikahan kita, tapi jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi," ungkapnya dengan merengkuh bahu Dita.
Dita menghela nafas, "Kalau begitu, jangan pernah melarang ku pergi!"
Zian mengangguk, merengkuh kembali tubuh sang kekasih, begitupun dengan Dita yang melingkarkan kedua tangan dipinggang Zian.
Anindita memang terus mengulur waktu untuk pernikahan mereka, karena lebih memilih kariernya yang cemerlang. Entah keberapa kalinya mereka berdebat perihal masalah ini, namun selalu berakhir dengan Zian yang mengalah.
Dia tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.
"Cih ternyata lemah sekali kau Zian, hanya karena cinta, kalau gue sih ogah." Gumam Agnia yang melihat dari ambang pintu kamarnya.
.
.
Sekretaris Kim membuka pintu begitu saja, mengagetkan kedua sejoli yamg tengah bertukar saliva itu menghentikan kegiatan mereka, dan mendengus kasar melihat ke arahnya.
"Kau mengganggu saja Kim!" sentak Zian.
"Maaf bos, saya mana tahu kalian melakukannya di sini." ujar Kim melenggang pergi.
Sementara Dita terkikik dengan tangan yang sibuk merapikan pakaian bagian atasnya, Zian menghela nafas, lagi-lagi rasa yang menyeruak itu kembali turun.
Sementara Kim naik ke lantai dua tanpa dosa, dia berjalan dan mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh Agnia.
Dia masuk begitu saja ke rumahku tapi mengetuk pintu kamar gadis liar itu, benar-benar tidak waras. batin Zian.
"Kita lanjutkan dikamar saja honey ... agar tidak ada yang mengganggu kita lagi!" ajak Zian dengan menggendong Dita ala bridal style.
Sementara itu, Agnia membuka pintu dan mendapati sekretaris Kim berada didepannya dengan membawa paper bag berisi pakaian untuknya. Keduanya membola saat Zian melintas begitu saja dengan Dita yang berada dalam gendongannya, perempuan itu melambaikan tangan pada keduanya.
Membuat sekretaris Kim buru-buru mendorong Nia dan masuk kedalam kamar.
Dasar gila, mereka tidak peduli dengan kehadiran orang lain, terlebih Nia yang masih belum cukup umur untuk melihatnya.
"Apa kabar Nia?" sapanya ramah.
"Gak baik, mata dan otak Nia tercemar karena melihat kelakuan mereka, dan Nia juga terpaksa harus melihatnya selama 3 hari sampai pacar Om sialan itu pergi! Kenapa tidak cari alasan saja, bilang kek Nia tinggal dirumah yang berbeda,"
Kim terkekeh, "Itu karena tuan Zian sangat mencintai nona Dita, hingga dia takut kalau sampai nona Dita tahu yang sebenarnya." Ujarnya dengan menyerahkan paper bag padanya.
Agnia berjalan ke arah ranjang, membuka paper bag yang diberikan sekretaris Kim.
"Satu kebohongan akan menciptakan kebohongan -kebohongan lainnya." gumamnya dengan mengambil satu set pakaian.
"Jarak rumah Nia dari sini cukup jauh, tapi masih bisa ditempuh jika Nia mau! Tapi resiko Nia tanggung sendiri, jangan sampai nona Dita tahu!"
Agnia menoleh, "Benarkah itu?"
"Huum ... tapi Nia katakan hal itu pada tuan Zian sendiri! Berani tidak?"
Agnia menyingsingkan lengan bajunya, "Siapa takut!"
"Kalau begitu, aku pulang dulu! Besok aku yang akan mengantarkanmu ke sekolah!"
"Tidak usah ... Nia naik ojek online saja!"
"Maaf ... tapi ini perintah tuan Zian. Permisi Nia." ucap Sekretaris Kim lalu keluar dari kamar itu.
Agnia mendengus kasar, "Gimana sih, baru saja dia bilang gue bisa pulang pergi ke rumah asal tidak ketahuan, tapi juga menjalankan perintah tuannya yang lemah itu!"
Setelah beberapa waktu, Nia pun keluar dari kamar, dia berjalan menuju kamar Zian untuk mengatakan apa yang diucapkan sekretaris Kim padanya, dia pun kembali mengetuk pintu kamar yang terkunci dari dalam itu dengan perlahan.
Namun tidak juga Zian membukanya, ketukan dia ubah menjadi lebih keras, mengganggu yang entah sedang melakukan apa di dalam.
Agnia berdecak, dengan tangan mengepal mengetuk lebih keras dari pada sebelumnya.
"Om ... om Zian ... buka pintunya!? Nia mau ngomong!"
Agnia menendang pintu kamar dengan tungkainya, namun dia sendiri yang kesakitan. Dia lupa kalau kakinya baru saja terkilir.
"Mereka pasti sedang bercocok tanam!" sungutnya dengan memukul pintu dengan tangan yang mengepal.
Sementara didalam kamar, lagi-lagi kegiatan Zian terganggu, sepasang kekasih yang tengah asik merakit untaian-untaian cinta itu kembali terhenti karena teriakan dan gedoran Agnia.
"Baby ... lebih baik kau lihat Nia! Sepertinya dia membutuhkanmu." ucap Dita dengan suara serak menggoda.
"Biarkan saja dia! Nanti juga dia pergi."
"Om ... Zian!" teriaknya lagi.
Anindita menahan dada dengan kedua tangannya seraya kepala yang bergeleng, "Lihat dulu baby ... dia akan terus mengganggu kita nanti!"
"Aaahggkk!!"
"Kalau tidak penting, awas saja!"
Zian tampak geram, dengan kembali memakai kaosnya yang teronggok di lantai, berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan keras.
"Ap---apaa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
Nia mU pulang ya . 🤭🤣🤭
2024-08-29
0
Mbah Gindhoez
ini kalau Nia jodohnya sama Zian, kasihan Nia nya. Nia masih polos gitu, si Zian udah celap celup😭
2023-05-06
1
starblue
asik asik ayuk ribut sambil nyimak ni
2023-04-13
0