Anindita yang kembali keluar untuk mengambil ponselnya pun tertegun,
"Om Zian?"
"Kim jelaskan padaku?" ujarnya dengan mata menatap Agnia.
"Jelaskan padaku!"Teriaknya.
Zian yang bertelanjang dadapun turun, dan bergegas menghampiri mereka bertiga,
"Honey ... what wrong?"
Dita menoleh dengan berkacak pinggang, lalu kembali menunjuk ke arah Agnia, "Jelaskan padaku siapa dia? Kenapa dia memanggilmu Om, dan berada di ranjangmu?"
Deg
Agnia maupun Zian sekilas saling melirik, kemudian Zian mendekat ke arah Dita. "Honey, dia hanya anak kecil! Dia ... keponakanku! Ya keponakanku...."
Dita tidak percaya begitu saja, dia menatap Zian dengan tajam,
"Keponakan? Keponakan yang mana lagi Baby?"
"Keponakan yang baru bertemu? Begitu...?"
Zuan merengkuh bahu kekasihnya, "Percayalah padaku honey, aku sudah berhenti bermain-main sejak bertemu denganmu, aku hanya mencintaimu seorang! Benarkan Kim?"
Tanpa berpikir panjang Kim pun mengangguk, apapun yang di katakan Zian, adalah perintah untuknya.
"Itu benar Nona Dita, Agnia adalah keponakan Tuan Zian! Dan dia tidak lagi bermain-main semenjak denganmu." Jelas sekretaris Kim.
Kali ini Agnia yang tertegun, dia tidak tahu apa yang ada di benak Zian, dan kenapa sekretaris Kim mengangguk begitu saja! Yang pasti dia tahu ... permainan mereka sangat konyol, dan pasti akan berimbas pada dirinya.
Dita memeluk kekasihnya, dengan tangan yang menyelus dada yang terekspose itu dengan lembut, "Benarkah itu Baby ... kau tidak sedang main-main kan?"
Zian melu matt kembali bibir kekasihnya itu, "Buat apa aku berbohong Honey, tidak ada gunanya!"
"Baiklah, aku percaya padamu!" ujarnya dengan jari yang berputar-putar lambat di dada Zian.
"Aku tunggu kau di kamar!" bisiknya.
Agnia menatap nyalang pada Zian, ingin segera mengelak. Namun, Kim mencekal pergelangan tangannya. Dia mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Kami permisi."
Kim mengajak Agnia ke ruang depan, membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah tidak penting itu.
"Jangan katakan apapun Nia! Cukup diam saja ... Kau mengerti?"
Agnia mendengus, dia menepiskan tangan sekeretaris Kim, "Kenapa Nia harus setuju? Nia tidak mau mengikuti permainan kalian."
Tak disangka Zian menyusul mereka masuk, dia membawa Agnia, "Dengar gadis liar! Aku akan membiarkan mu tinggal bersamaku untuk beberapa hari, sampai Kim menyelesaikan tugasnya, dan selama itu ... berpura-puralah menjadi keponakanku!"
Agnia menelan saliva, aroma tubuh Zian yang menenangkan itu menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Dengan pemandangan di depan matanya yang membuat kedua netra itu tak berkedip.
Deg
Zuan terpana dengan wajah cantik milik Agnia, bulu mata yang lentik dengan bibir yang basah membuat naluri Zian sebagai pria tiba-tiba naik.
"Kau mendengarkanku?"
Agnia tersadar, tiba-tiba hatinya terasa bergejolak, dia menggigit bibirnya bagian bawahnya, dan pandangannya kembali menunduk.
"Kau paham tidak Nia?"
"Nia tidak mau!Nia mau pulang sekarang!"ujarnya menepis tangan Zian.
Namun sekali lagi, Zian mencekal lengannya, kali ini dengan mencengkeramnya kuat, "Heh ... kau mau melawanku?"
"Om sakit! Lepaskan ...."
Sekertaris Kim menepiskan tangan Zian, "Biar aku yang mengurusnya!"
"Terserah kau Kim ... bawa dia pergi dari hadapanku! Aku tidak sudi melihatnya, gadis keras kepala!"
"Memangnya Nia sudi? Apalagi jadi keponakanmu! Nia juga tidak sudi!"
"Kim bawa dia pergi dari sini!"
Omong kosong Zian, dia hanya anak kecil, jangan tergoda hanya karena wajah polosnya. Batin Zian saat melihat Kim membawanya keluar.
Dia pun memilih kembali naik dan masuk ke dalam kamar Dita, dan melanjutkan has ratnya yang sempat terbagi. Dia sangat mencintai Anindita, selama 2 tahun berkencan dengannya, dia tidak pernah sekalipun tergoda oleh gadis manapun, walau banyak yang sengaja datang hanya untuk menyerahkan dirinya, namun Zian tidak pernah menyentuhnya.
Perasaan ini berbeda sekali saat bertemu dengan gadis yang tiba-tiba masuk ke dalam mobil, menyentuh benda keramatnya dengan tidak sengaja, dan membuatnya diam- diam tertarik padanya.
.
.
Kim membawa Agnia keluar dari rumah Dita, mereka masuk ke dalam mobil, dan berlalu dari sana.
"Nia mau pulang sekarang! Antarkan Nia sekarang juga."
"Maaf Nia, aku tidak bisa, pekerjaan ku mendadak banyak dan sangat mendesak. Maafkan aku!"
"Kalau begitu, Nia akan naik kendaraan umum saja!"
"Mana bisa Nia, jarak dari sini sangat jauh! Aku tidak ingin mengambil resiko Nia, lebih baik kau turuti perintah Zian, aku akan menjagamu!"
"Tapi Nia bukan anak kecil! Biarkan Nia pulang!"
Sekeretaris Kim menghela nafas, "Apa Nia tahu harus naik kendaraan yang mana?"
Agnia memggelengkan kepalanya,
"Nia tahu dimana harus naik kendaraan itu?"
Nia menggelengkan kepala nya lagi.
"Nah kan, Nia saja tidak tahu! Bagaimana Nia akan pulang dan sampai ke rumah!"
"Nia bisa bertanya, buat apa kita punya mulut, tapi gak di gunakan! Pokoknya setelah ambil ponsel, Nia mau pulang! Terserah sekertaris Kim mau mengantar apa tidak!" selorohnya.
Benar-benar gadis keras kepala.
Mereka pun tiba di hotel milik Zian, dengan cepat Agnia keluar dari mobil dan masuk ke dalam hotel, meninggalkan Kim dibelakang, namun kedua maniknya menangkap seseorang,
dengan cepat dia masuk ke dalam lift,
"Kenapa mereka juga ada disini?" Gumamnya dengan terus menekan tombol agar lift tertutup, namun lift tertahan oleh tangan seseorang, membuat Agnia semakin takut, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Nia, kenapa meninggalkanku?"
Nia membuka mata seketika, "Sekertaris Kim? Nia takut!"
Sekretaris Kim tersenyum, "Katanya mau pulang sendiri, tapi melihat orang-orang yang seperti itu takut!"
Lift pun tertutup, Agnia merasa lega. Karena pria tua yang dia temui di hotel tidak melihatnya, begitu pun dengan para pria tinggi besar yang bersamanya.
Ting
Lift terbuka, mereka berdua keluar dari sana dan menuju kamar Zian, Agnia terlihat resah, dengan terus melihat ke arah belakang. Dan langsung berhambur masuk saat pintu terbuka.
Dia mencari ponselnya, dan menemukannya di atas ranjang. Namun karena ponselnya mati, dia terpaksa menunggu lagi.
"Nia. yakin mau pulang sekarang?"
Agnia mengangguk, "Iya ... Nia mau pulang sekarang!"
"Tapi ini sudah sore lho, nanti kemalaman, besok saja yaa!"
Gadis keras kepala itu menghela nafas, lagi pula jika dia memaksakan kehendaknya, dia juga takut. Karena pria tua yang lebih cocok jadi kakeknya itu ternyata ada di hotel ini.
"Besok saja ya, aku harus pergi! Nia tunggu di sini, sampai Zian kembali!"
"Kenapa Nia tidak ikut sekretaris Kim saja?"
"Maaf Nia, tapi tidak bisa! Aku harus bekerja!"
Kim meninggalkan Agnia seorang diri, dia pun hanya bisa mendengus kasar.
"Besok pagi, aku akan benar-benar pergi dari sini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
ah mosok bisa ... jangan keras kepala ya . 🙏🏻
2024-08-29
0
Aidah Djafar
Zian diam2 kamu mulai deq deq nih pada Agnia 🤔😁😁
2023-03-27
0
springtap_ceo
Nia oh Nia, kenapa ga naik taksi aja sih balik kek kota A
kan ada uang yang habis dikasih Ama sih Zian🙃
2023-03-27
0