Agnia keluar dan berusaha membuka gerbang rumah yang terkunci, namun usahanya gagal karena gerbang itu terkunci gembok. "Ih ... sialan, dikunci lagi!"
gadis itu pun nekat melemparkan tas dan menaiki gerbang besi, namun seseorang memegangi kakinya.
"Aaaaaakk...." Nia menjerit kaget.
Brukk
Dia terjatuh dengan pantat mendarat terlebih dahulu, "Aduh...." ujarnya meringis dan melihat seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Dasar gadis liar! Berani sekali kau kabur!"
Zian berdiri dihadapan Agnia yang masih terduduk, dan berdecak dengan kepala yang mendongkak ke arahnya.
"Berapa aku harus membayarmu agar kau mau menurut padaku, setidaknya selama 3 hari ke depan!" bentak Zian dengan kesal.
Pasalnya untuk kesekian kalinya, gadis berrambut panjang itu terus berulah, berusaha kabur dari Zian, meski telah terjadi kesepakatan di antara mereka.
"
Setelah mengatakan hal itu, Zian kembali masuk ke dalam rumah, Agnia yang masih terduduk itu hanya menatapnya.
Apa katanya barusan? Membayarku ... Dia fikir dia siapa?
Dengan bantuan supir Zian, Agnia berjalan masuk dengan tertatih-tatih, pasalnya kakinya terasa sakit. "Jangan membuat tuan Zian marah lagi ya Non,"
"Sebenarnya tuan Zian baik kok! Non hanya perlu menurut saja padanya, seperti non Dita!" tambah pria itu lagi.
Setelah dia duduk dikursi, pria paruh baya itupun keluar.
Baik apanya? Jelas-jelas dia itu galak dan tukang marah-marah, menurut padanya! Untuk apa. Gerutunya dalam hati.
Gimana gue mau pulang, apalagi besok gue harus ke SMA Harapan.
.
.
Zian membanting pintu kamar dengan keras, dia sangat kesal terhadap Agnia yang selalu berusaha kabur,
"Baby ... kenapa hem?" tanya Dita yang kaget melihatnya.
"Tidak apa-apa honey, aku hanya sedang kesal!" ujarnya menarik tangan Dita.
Pria itu merengkuh pinggangnya lalu menenggelamkan kepalanya pada ceruk jenjang kekasihnya itu.
"Kesal pada siapa? Nia?" tanyanya lagi.
"Keponakanmu yang baru bertemu itu?"
Zian mengangkat wajahnya dan menatap wanifanya itu, "Maksudku, aku yang baru bertemu dengannya!" Dita menyentuh dada bidang miliknya, membuat Zian berseringai.
"Jangan kau fikirkan honey, keponakanku itu memang susah sekali di atur, dia tidak betah diam di rumah, hingga sering kelayapan lupa waktu, setelah orang tuanya berpisah." jawab Zian sekenanya.
"Apa perlu aku bicara padanya baby?"
Zian menggelengkan kepalanya, "Tidak usah, lebih baik kita melakukan hal lain saja daripada membahas tentang dia."
Dita kembali mengoda, dengan menyisir bahu lalu turun menyusupkan jemarinya. "Misalkan hal ini?" ujarnya dengan kedua mata genit.
"Tentu saja, lakukan mau mu honey!" ucapnya dengan mengecup pipinya, sementara Dita mengalungkan kedua tangan pada lehernya.
Tok
Tok
Tok
Suara pintu kamar dari luar, mengganggu kegiatan mereka yang baru saja akan di mulai, Zian berdecak menatap ke arah pintu,
"Sialan, siapa yang berani mengganggu ku!"
Tok
Tok
"Tunggu honey...."
Dita mengangguk.
Zian berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya, namun tersentak karena melihat Agnia berdiri dengan kaki yang satu di tekuknya.
"Ada apa? Bukannya kau akan kabur?" ujarnya tiba-tiba kembali kesal.
"Dimana kotak obat, Nia butuh obat!" ujarnya dengan ujung mata yang melihat ke arah kamar, Pasti dia sedang melakukan hal mesum di dalam, dasar pria mesum.
Dita membuka pintu lebar, "Ada apa baby, Nia?"
"Gak apa-apa Aunty, Nia hanya ada perlu sama Om Zian." ujarnya dengan tersenyum.
"Bisa juga kau tersenyum Nia?" gumam Zian saat melihat senyum dari bibir Agnia.
"Honey ... kau tidak keberatan? Jika aku mengurus keponakanku yang bandel ini terlebih dahulu?"
"Tentu saja, aku akan ke bawah dulu ... menyiapkan makan malam untuk kita, boleh?"
"Tentu honey, lakukan mau mu?" jawab Zian.
Dita mengecup pipi Zian sebelum pergi ke bawah, lalu mengelus pipi Agnia dengan lembut, "Jangan nakal anak manis, jangan membuat Om mu ini selalu marah, bersikaplah baik, hem!"
Agnia tersenyum pasrah, lalu menoleh mengikuti gerak Dita yang berjalan menuruni tangga.
"Kau memang selalu membuatku marah Nia!" gumamnya dengan menarik tangannya.
"Pelan-pelan sakit Om!"
.
Zian membuka sebuah pintu kamar, dengan ranjang king size, kamar tamu bernuansa putih dan biru, "Masuklah, untuk 3 hari kau tidur disini! Aku akan mengambil obat untuk kakimu."
Zian kembali keluar, dan menutup pintu kamar, sementara Agnia memilih untuk duduk di tepi ranjang.
"Sabar Nia, hanya 3 hari ... dan dia akan pergi dari hidup lo." gumamnya dengan menghela nafas panjang.
Zian kembali masuk dengan kotak obat yang dibawanya. "Biar ku periksa ... mana yang sakit?"
Pria tegap itu berjongkok dihadapan Nia, dengan bertumpu pada satu kaki. Sementara Agnia menatapnya nyalang, "Nia bisa sendiri kok,"
"Jangan keras kepala, selama 3 hari kau tanggung jawabku! Dasar liar, ini lah akibatnya jika kau banyak berulah, apa kau tidak bisa menuruti perkataan orang yang lebih tua darimu, apa kau juga begitu pada orangtua mu, haaissh ... tidak terbayang, bagaimana orangtuamu menghadapi anak keras kepala seperti mu!"
"Mereka sudah bercerai, Nia tinggal hanya dengan pelayan saja!" ujar Agnia menendang lutut Zian.
"Aaahk ... kau benar- benar gadia liar!"
Namun seketika Zian menatap wajah polos Agnia, yang hanya memakai polesan bedak dan juga liptint di bibirnya, namun wajahnya teramat cantik, "Maaf Om tidak tahu!"
"It's ok ... Nia tidak pernah masalah dengan hal itu!" ujarnya merebut kotak obat dari tangan Zian.
Gadis itu membuka kotak obat, dan mencari obat untuk kakinya, namun dia tidak menemukannya.
"Sudah aku bilang, jangan jadi anak yang keras kepala! Biar aku membantumu."
Zian mencari obat yang Nia maksud, "Biar aku lihat lukanya. Mana yang sakit?"
Nia menunjuk mata kakinya yang terkilir, terlihat Zian menunduk dan melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Agnia.
"Aku akan mengolesinya dengan salep ini." ujarnya melihat ke arah Agnia.
Sementara Agnia bisa. melihat wajah Zian dari dekat dengan seksama, bibirnya yang terus menyerocos itu tidak luput dari perhatian nya.
Kalau ini sih beneran Sugar Daddy ... tapi sayang dia galak!
Zian mengangkat kakinya dan meletakkannya di atas pahanya sendiri, lalu mulai mengolesinya dengan salep. Agnia meringis, saat Zian perlahan memijat titik-titik di pergelangan kakinya, "Sepertinya kau terkilir saat terjatuh tadi," ucapnya mendongkak ke arah Agnia.
Dengan cepat Agnia memalingkan wajahnya, dia kaget sendiri karena kedapatan menatap pria galak didepannya yang kini menyunggingkan seutas senyum dibibirnya.
"Kenapa? Kau baru menatapku selama itu dan baru menyadari kalau aku ini tampan?"
Agnia berdecih, "Sok kepedean, siapa juga yang menatapmu! Dasar Om genit."
Zian mengangguk saja, dia pun tengah mengatur ritme jantungnya, karena pijatannya sendiri pada kaki Agnia yang mulus.
"Om ... pelan-pelan sakit tahu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 317 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
wah cintavyang tersesat... hehe.. apaboleh buat.. bisa jadi bahagia .. atau merana.. 🤭🤣🤣🤣
2024-08-29
0
Zaini Makruf
yang tadinya polos, sekarang menjadi sangat liar yg sangat luar biasa 🤣🤣🤣
2023-06-11
0
Nurma sari Sari
Zian serakah, kalau kamu memang mencintai Dita kenapa perasaan kamu GK karuan disaat melihat Nia. berarti cintamu palsu sama Dita dan kamu bukan laki2 yg setia mudah bermain hati.
2023-02-10
0