Flashback tiga tahun lalu.
"Kondisi bayi kamu baik-baik saja Isabella, ini sudah memasuki bulan ketiga!" ucap dr kandungan Juan Andara ibunda Vania Keisya.
"Terima kasih Dok!"
"Apa kamu datang sendiri?"
"Iyah, saya tidak sabar jika harus menunggu waktu suami, ia begitu sibuk!" Jawab Isabella sambil tersenyum.
Saat itu klinik Juan Andara tutup lebih cepat, karena ia sudah di jemput oleh suami dan putri sulungnya untuk makan malam dengan teman bisnis sang suami, sedangkan Vania tidak bisa ikut karena sedang menghadiri pesta ulang tahun temannya.
Tampak Isabella dan Juan keluar klinik bersama.
"Apa saya perlu mengantarkan kamu!" ucap lembut Juan kepada pasiennya itu.
"Tidak perlu, Dokter juga sudah di tunggu keluarga kan!" jawab Isabella dengan senyum khasnya.
"kamu hati-hati yah, jangan ngebut menyetir mobil, kandungan kamu masih terlalu muda!"
"Baiklah!" Senyum sumringah Isabella yang begitu nyaman memilih dokter kandungan seperti Juan, ia juga berencana memilih dokter itu dalam proses lahiran nanti.
10 menit kemudian, mobil Isabella dan Keluarga Juan bertemu di lampu merah. Posisi mobil Juan ada di depan mobil Isabella. Dalam kejadian yang sangat cepat dan tidak terduga, sebuah truk besar kehilangan remnya sehingga menabrak dan mendorong keras 5 mobil di depannya, termasuk mobil Juan dan Isabella. 8 orang tewas di lokasi tempat kejadian termasuk keluarga Juan dan Isabella.
Rasa trauma yang hebat membuat Niko hanya bisa terdiam saat mendapati kantung mayat sang istri.
"Isabellaaaaaaaa!" Jerit Niko dalam bibir bergetar. Saat itu, ia tidak hanya kehilangan istri namun calon sang buah hati yang ia dambakan.
Niko sangat menyesal tidak bisa mendampingi Isabella saat hendak memeriksakan kandungannya.
Di saat waktu yang bersamaan, Vania Keisya juga berlari histeris mendapati jasad keluarganya.
Sebagai keluarga korban, Niko dan Vania sempat duduk berdampingan dalam jiwa yang hancur, kebingungan, keduanya tidak saling bicara, sama-sama terdiam dalam sorotan mata kesedihan yang sangat dalam, namun Niko masih sempat menatap wajah Vania.
****
"Seorang suami tega memukuli istrinya separah ini?" Gumam Niko tidak habis pikir saat memperhatikan luka-luka Vania yang berdiri lesu di hadapannya.
"Om, boleh yah🙏" Luna memohon dalam raut memelas dengan merapatkan kedua telapak tangannya.
Akhirnya rasa ego yang cukup dingin dari seseorang Niko luluh, ketika menatap pandangan kosong Vania yang menyedihkan persis di tiga tahun yang lalu ia temui.
Niko tidak menjawab, lelaki itu hanya pergi begitu saja. Namun sikap Niko bisa Luna ketahui jika pamannya sudah mengizinkan.
"Ayo, masuk!" Ajak Luna.
"Tapi...!"
"Sudah Ayo!"
Dengan langkah yang ragu, Vania mulai memperhatikan isi rumah Niko yang cukup mewah dan berkelas.
Dua bola mata Vania juga tertuju melihat foto pengantin Niko dan Isabella yang sangat besar serta foto-foto bulan madu mereka.
"Lun, sebaiknya jangan disini, bagaimana jika nanti istrinya tidak setuju!" kata Vania.
"Astaga, aku lupa kasih tau kamu, Paman aku ini sudah 3 tahun menduda, istrinya salah satu korban kecelakaan saat kematian keluargamu juga!"
"Ouh Iyah?"
"Jadi kamu beneran enggak tau!" kata Luna.
"Saat itu aku benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya sedang terjadi, semua terasa seperti mimpi bahkan penderitaan yang ku alami sampai detik ini juga seperti mimpi, aku ingin keluar dari mimpi buruk ini Lun. keluargaku begitu kejam, mereka pergi meninggalkan ku sendiri, harusnya aku juga ikut mati bersama mereka!" Kata Vania berlinang airmata.
"Sebentar lagi kau akan keluar dari mimpi buruk ini! Percayalah!" Luna memeluk Vania, menguatkan jiwanya yang cukup rapuh.
"Terima kasih Luna, kau satu-satunya sahabat yang masih mau berteman bahkan membantu ku!"
Luna mengangguk dengan senyumannya.
"Vania, selama kamu tinggal di rumah ini, bersifat lah dengan sopan dan santun, jangan menyentuh barang-barang penting terutama foto almarhum Isabella. Sejak kematian Tanteku itu, Paman ku sangat sensitif kepada semua orang, terutama pada wanita!"
"Aku mengerti Lun!"
"Dan satu lagi, ini yang paling penting, jangan pernah ada rasa tertarik di hati kamu kepada Paman Niko, lalu berniat untuk menggodanya."
"Sumpah, aku sama sekali tidak terpikir kesana Luna, bisa berlindung sebentar saja di rumah ini dan lepas dari Romi adalah kebahagiaan yang tidak terhingga," ucap polos Vania.
"Aku percaya kepada kamu, sebab itulah aku membawa mu kesini, jangan sakit hati jika Pamanku marah kepada mu, tetapi ia tidak akan marah jika tidak ada sebabnya!"
"Baik Luna!"
"Mari ikut aku!" Luna mulai menaiki tangga menuju kamar tamu persis di sebelah kamar pribadi Niko.
"Lun, aku tidur di kamar pelayan saja!" pinta Vania.
"Di sini tidak ada kamar pelayan, yang ada hanya kamar tamu! Pamanku tidak menyediakan kamar banyak, selain kamar pribadinya dan kamar tamu jika kami menginap disini!"
"Ouh begitu! Aku merasa tidak pantas!"
"Tidak apa-apa, Ayo!"
Hari mulai malam, Vania terlihat membersihkan luka-lukanya di kamar mandi.
"Aku pulang dulu yah Van! Besok pagi aku janji, akan datang kesini, membawa pakaian ganti untukmu!"
Vania hanya membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel, pakaiannya hanya yang melekat di tubuhnya saja.
"Sekali lagi terima kasih yah Lun, kau baik sekali!"
"Istirahat lah, Jaga dirimu baik-baik!"
"Iyah!"
*
Luna turun memasuki ruang kerja Niko.
"Terima kasih atas kebaikan Paman," ucap Luna dengan perasaan lega.
"Jika terjadi apa-apa, kau adalah orang yang paling bertanggung jawab!" ucap galak Niko tanpa melihat wajah Luna, pria itu begitu berat memberi tumpangan kepada orang lain di rumahnya.
"Paman jangan khawatir, Vania wanita yang sangat baik, dia bukan seperti wanita liar yang sering Paman temui!"
"Apakah Romi Salman yang kau maksud adalah pemilik perusahaan One & One (Perusahaan Mobil yang baru berdiri)"
"Paman kenal?"
"Baru saja, Oscar 99 Join Bisnis dengan perusahaan itu!"
Luna tampak diam saja.
"Luna pulang dulu paman, Luna janji hanya satu minggu saja merepotkan Paman, sekali lagi Luna minta maaf atas ketidak nyamanan ini"
"Pulanglah, ini sudah malam!" kata Niko yang duduk santai di ruang kerjanya.
"Terima kasih Paman, Luna pulang!"
Luna terlihat begitu lega saat menempatkan sahabatnya itu berada di tempat yang aman untuk satu Minggu ke depan.
Malam itu Niko tampak gelisah dan resah, ia tidak terbiasa satu atap dengan orang asing setelah kematian istrinya. Menatap foto sang istri berkali-kali lalu berkata;
"Isabel aku hanya membantu wanita itu saja, kau jangan salah paham!" ucap Niko.
*
"Tlilit" telpon dari Bagas.
"Pak! Pertemuan kita dengan beberapa Aliansi di California tiba-tiba saja diundurkan menjadi tahun depan dengan alasan kesiapan beberapa perusahaan lainnya belum sempurna!"
"Saya sudah dapat kabar itu tadi sore!" jawab lesu Niko.
"Apa Bapak baik-baik saja?"
"Iyah Baik!"
"Trup!" Niko memutuskan dengan cepat percakapan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Saat ini mereka kecelakaan berarti ya,Duh nyesek..
2023-06-08
0
Nunung Nurhasanah
aku juga pernah gitu, dah prepare segala macem buat berangkat.eeh..ga jadi.. rasanya tuuuh.. euuuh.. syebeeel, tapi ga tau harus nyekek siapa, hihi..
2022-11-21
0
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
wah Niko gak jadi pergi nih.alamat seminggu satu atap sama Vania.
ternyata ibunya Vania dokter kandungan yang memeriksa mendiang istrinya Niko.
2022-09-19
0