"Aduh!" Vania tersandung kecil.
"Ayo Van, Ayo cepat sedikit!" Luna menarik sigap tangan Vania agar segera menguatkan kakinya berlari kecil.
"I...iyah!"
Sesampai di Toko Butik, keduanya langsung bertukar jaket. Luna memakai jaket milik Vania.
"Ambil pakaian ini dan masuk ke kamar ganti!" perintah Luna.
"Baiklah!" sementara Luna bertingkah santai memilih pakaian yang ada, ia merapatkan diri kepada seorang gadis muda yang kebetulan sedang memilih pakaian disana, tinggi gadis itu pun hampir sama dengan Vania.
Dua pria kekar mulai masuk ke butik kecil.
"Maaf Mas, disini hanya menjual pakaian wanita!" tegur sang pelayan.
"Kami mencari seseorang!" jawab seram mereka yang masuk begitu saja, tanpa memperdulikan pelayan toko.
Kedua bola mata salah satu pria suruhan itu tidak lagi liar dan kakinya mulai melambat saat melihat Luna mengenakan jaket milik Vania dari belakang. Ia mengira Luna adalah Vania.
Tangan besarnya ingin meraih bahu Luna. Sontak Luna berbalik cepat dengan mata menantang.
"Mau apa kamu!" hentak Luna.
Pria itu terkejut, lalu pergi.
*
"Sial, kita salah orang, itu seperti jaket milik Nona Vania!"
"Mungkin bukan Nona Vania saja yang memiliki jaket seperti itu," jawab temannya.
"Ayo pergi!"
Karena merasa salah orang, dua orang Ajudan Romi, itu pun keluar dari Toko dan meninggalkan tempat.
*
"Tok...tok...!"
"Van? Ayo keluar, sudah aman!" teriak kecil Luna dari balik pintu
"Huuuuuuft!" hembusan nafas Vania yang lega.
*
Perjalanan yang cukup panjang dan berliku, akhirnya membawa Vania dan Luna menemukan tempat kosan yang layak untuk istri dari Romi Salman itu.
"Sepertinya ini kosan khusus wanita?" kata Luna memperhatikan lokasi dari gerbang luar.
"Tampaknya juga masih baru, tidak masalah lebih mahal sedikit Lun."
"Yakin?"
"Iyah!"
Setelah melihat-lihat lokasi kamar kosan, di tuntut oleh sang pemilik, Vania merasa cocok. Kosan yang baru di bangun terletak tidak jauh dari kota, ada Apartemen dan Mall serta perkantoran di sekitarnya dan yang pasti tidak jauh dari lokasi tempat Vania bekerja.
*
Waktu semakin malam Luna bergegas pulang.
"Terima kasih yah Luna!"
"Iyah, jaga diri kamu baik-baik! jangan keluar jika tidak ada perlu!"
"Baiklah!"
"Aku pulang dulu yah!" kata Luna keluar dari kamar kosan Vania yang baru.
"Tidak perlu kamu antar Van!"
"Lun, sekali lagi terima kasih banyak sudah sangat merepotkan mu!" ucap Vania dalam mata berkaca-kaca.
"Apa kamu perlu pakaian ganti?" tanya Luna.
"Jika boleh, aku pinjam tiga pasang saja!"
"Baiklah, Besok pagi aku akan mengantarnya."
Vania tersenyum manis menatap jasa kebaikan sahabatnya itu. Kemudian keluar dan Vania pun menutup gerbangnya.
"Entah mengapa aku masih berharap Paman bisa membantu Vania, Huuuuuuft, mengapa dia begitu dingin, sama sekali tidak respon, sebel!"
Luna langsung mengemudikan mobilnya ia pun masih berkata-kata dalam hati dan pikirannya.
"Aku merasa, tidak lama lagi Romi akan segera menemukan Vania!"
Luna berpikir keputusan Vania yang terlalu cepat keluar dari rumah Niko adalah sebuah keputusan yang konyol, goresan wajah perempuan itu terlihat berputus asa dan sia-sia sudah membantu Vania sejauh itu, agar bisa melarikan diri dari Romi. Namun Luna tidak bisa mematahkan semangat Vania, ditambah lagi respon Paman yang begitu cuek.
"Bagi Romi menemukan Vania di tengah kota seperti ini tidak lah sulit."
"Kenapa aku merasa kesal dengan Paman, ia tidak bisa menahan Vania untuk sebentar saja tinggal bersamanya?"
"Tapi aku bisa apa untuk memaksa pria dingin itu."
***
Pukul 21.30 WIB, Malam hari.
Seperti biasa, dengan penampilan yang masih gagah dan tampan, Niko pulang lebih cepat di acara pertemuan bisnisnya. Terlihat pria itu sedang membuka pintu rumahnya.
Setelah menghidupkan lampu, berjalan perlahan memasuki kamar tamu, tempat Vania tidur beberapa hari di rumah Niko. Pria itu memperhatikan ruangan sekitar kamar yang dalam kondisi bersih dan rapi, tidak ada yang berubah.
"Huuuft?" Niko terduduk di atas kasur, lalu berbaring menatap langit-langit atap kamar.
Kesepian kembali menemaninya.
"Bro, menikah lah, sebelum jiwa kegilaan mu itu semakin merajaLela!" ledek Benny. Niko teringat dengan kata-kata teman dokternya itu.
"Kenapa aku jadi memikirkan Vania, sampai tidak fokus dengan acara malam ini!" kata Niko masih teringat dengan senyum manis Vania.
**
Rumah kediaman Mala Anjani.
"Assalamualaikum!"
Luna tiba di rumah. Perempuan itu tampak kelelahan dan langsung meneguk segelas air minum kemudia duduk termenung di depan meja makan. Melepas ketegangan setelah berhasil lolos dari kejaran orang suruhan Romi sekaligus kesal dengan keputusan Vania.
"Baru pulang, malam sekali, bukannya sore hari sudah habis kegiatan di kampus!" tegur Mala yang juga duduk di meja makan, wanita itu juga masih sibuk dengan ponselnya.
"Oma sudah tidur Bun!"
"Sudah, besok Paman Niko berjanji akan datang!"
"Ehm!" Luna masih terlihat lesu.
"Ada apa?"
"Vania Bund!"
Sejenak Mala menghentikan aktivitas ponselnya, fokus menatap Luna.
"Ia masih di rumah Mas Niko kan?"
Luna menggeleng.
"Sudah pergi?"
"Kemana?"
"Ini lah alasannya mengapa Luna pulang malam, tiba-tiba Vania minta carikan sewa kost an di tengah kota, katanya dia mau kerja, jadi Badut ulang tahun."
"Alhamdulillah kalau begitu!"
"Bund! Enggak semudah itu juga? Romi justru terlalu mudah mendapatkannya!" kata Luna dengan kesal.
"Vania enggak paham jika Luna sudah mati-matian membujuk Paman, harusnya selama Paman tidak marah, apa susahnya dia bersembunyi sementara di rumah itu dulu!" raut wajah Luna tampak jengkel.
"Luna, kamu sudah cukup membantu Vania, jangan menghakimi semua keputusannya, Bunda tau niat kamu baik, karena kamu merasa ada Budi baik yang harus kamu balas untuk Alm dr Juan!"
Luna tampak terdiam.
"Hem dan Bunda bangga banget sama kamu!"
"Kesal sama Paman, benar-benar tidak ada respon membantu!" ucapan Luna masih dalam perasaan kecewa.
"Vania sudah cerai?"
"Kayanya enggak mungkin deh, Vania bisa bercerai Bun?"
"Bukankah Vania hanya tinggal menunggu sidang perceraiannya yang terakhir?"
"Luna enggak yakin, uang Vania itu sudah habis buat bayar pengacara gadungan, eh sekarang pengacaranya gampang banget berpindah ke Romi!"
"Begitu yah!" ucap Mala yang terlihat ikut memikirkan nasib Vania.
"Mungkin status itu yang Vania tidak bisa lama-lama tinggal di rumah Mas Niko! Kamu juga harus paham itu."
"Iyah deh Bund!"
"Sudah sana istirahat! kamu sangat lelah!" perintah Mala.
"Baik Bund!"
***
Saat rebahan, Niko memandangi kembali foto Isabella, kemudian menutupnya lagi, mulai penasaran dengan aktivitas Vania, Niko pun membuka rekaman Video aktivitas Vania selama tinggal di rumahnya.
Mengambil Ponsel dengan cepat.
"Tanya Luna tidak yah? Dia tinggal dimana?"
"Argh enggak penting, Niko meletakkan kembali ponselnya begitu saja!" Ia masih terlihat sangat gengsi, Niko pun bergegas bangkit menuju kamarnya.
Tanpa sengaja mata Niko risih melihat kamar mandi yang sedikit terbuka. Pria itu berjalan kecil menutup pintu kamar mandi. Namun matanya melotot saat melihat sebuah segitiga berwarna ungu tampak silau dipandang mata (Dalaman wanita) tergantung dalam kondisi masih lembab.
Buru-buru menghidupkan lampu
Niko sampai terbengong memandanginya.
"Apa dia sudah tidak sabar ingin menjadi Janda, sehingga selera dengan warna seperti ini!"
"Ceroboh mengapa bisa sampai tinggal!"
"Bolong?" ucap Niko justru malah memperhatikan.
*
"Tlit"
Bunyi ponsel Vania saat ia hendak tidur. Luka di tubuh wanita itu sudah terlihat sembuh.
Vania mengambil ponselnya lalu melihat isi pesan datang dari Niko.
"Niko!" gumamnya cukup terkejut.
Saat isi pesan di buka, Vania menjerit kecil terkejut bercampur tidak habis pikir, mengapa barang sensitif seperti itu bisa terlupa.
"Apakah pembungkus apem jelek ini milik kamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Marlina Angel Aqila Lina
🤣🤣oh msih ingt y mr cool sma apem?🤦♀pkir dh lupa krn tllu lm mntup diri.. 🤣🤣🤣
2022-05-18
1
R⃟Yanty AFC
wkwkwk astagfirulloh ngakak aq. waaah niko ini awaas yaa terjerumus kedalam lembah apem. pembungkus apem jelek dia bilang 🤣🤣🤣🤣
2022-05-05
1
city
astga biasanya pembungkus apem daun pisang mas niko
2022-04-24
1