Niko merebahkan pundaknya menatap langit-langit rumahnya.
"lagian aku tidak bisa meninggalkan rumah kepada orang asing!" Batin Niko.
Semalaman Niko tidak bisa tidur, tingkahnya cukup panik dengan mondar-mandir, berbaring gelisah sampai berkali-kali buang air kecil.
"Bagaimana jika ini adalah sebuah jebakan.
atau wanita itu diutus musuh untuk membunuh ku atau juga menggodaku?" tuduhan jelek Niko terhadap Vania.
"Aku harus keluar menyelidiki wanita itu, Jika perasaanku benar, malam ini juga, aku akan mengusirnya!" kata Niko mengambil kain selimut tipis menutupi tubuhnya lalu melangkah pelan menuju pintu keluar.
*
Keadaan Vania yang lemah.
"Aku haus sekali juga sangat lapar!" Vania yang sudah seharian tidak makan dan minum demi menghindari kejaran Romi.
"Bagaimana caranya meminta izin untuk minum dan makan sedikit saja di rumah ini!" mengambil ponselnya.
"Tapi ini kan sudah malam, kasihan jika mengganggu waktu istirahat Luna!" Vania mengurungkan niatnya.
Wanita itu sangat gelisah dan tidak bisa menahan rasa haus dan lapar. Akhirnya ia mencoba bangkit menuju pintu keluar.
"Trek!" Suara pintu terbuka dari kamar Vania.
Rasa haus serta perut yang lapar memaksa langkahnya menuju lokasi dapur, terlihat tangan dan kaki wanita malang itu gemetaran. Hal itu sebenarnya tidak biasa ia lakukan.
Vania berpikir jika pemilik rumah sudah berangkat ke Amerika seperti yang dikatakan oleh sahabatnya, Luna.
Langkah demi langkah Vania berjalan menuju tangga. Pencahayaan ruangan yang redup menambah kesunyian di rumah Niko.
Saat kaki kanan Vania hendak menuruni tangga. Tiba-tiba ia merasa ada sosok yang berdiri tegak di belakangnya, membuat Vania semakin takut lalu memberanikan diri segera menoleh ke belakang.
"Aaauuu" Rasa terkejut yang hebat membuat kaki kanan Vania tergelincir dari tangga. Reflek Niko menarik tangan Vania bermaksud ingin menolong wanita itu, namun sayang, kaki pria itu justru ikut tergelincir, menyebabkan keduanya jatuh berguling bersama.
Kejadian itu cukup cepat, Niko menindih tubuh Vania, dahi mereka sempat bertubrukan dan terlipat selimut, namun tangan Niko tetap melindungi kepala Vania selama terjatuh.
"Aduh!" ucap keduanya.
Niko dan Vania saling memandang dalam dua bola mata yang besar.
"Wuaaaaah!" keduanya terhentak bersama. Niko membuang selimut dan segera bangkit.
"Ma...ma... maaf...maaf...maafkan saya!" Vania menunduk gugup dalam tangan bergetar.
Niko ingin marah besar, namun lidahnya terasa kaku dan terdiam saat memperhatikan penampilan lusuh wanita itu.
"Tolong maafkan saya Tuan, saya haus sekali, saya hanya ingin minum, tidak ada Maksud lain, maafkan saya terlalu lancang!" Vania berkali-kali meminta maaf dalam rasa takut, malu dan bingung, ia hanya menunduk tidak berani menatap wajah Niko.
"Krooooouk!" (Bunyi suara perut Vania yang terdengar kecil di telinga pria itu)
Niko memperhatikan keluguan dan kesopanan Vania dengan kondisi wajah dan tubuhnya yang masih terlihat memar.
"Kenapa aku tidak bisa marah dengan wanita ini dan aku cukup kasihan melihatnya!" Batin Niko yang hanya terdiam, lalu ia bangkit berjalan menuju area dapur menghidupkan lampu.
Niko yang kehidupannya tertutup, tidak suka jika ada orang asing berada di rumahnya, ia selalu menyediakan kamera tersembunyi di setiap sudut yang dilalui oleh, supir, koki serta petugas kebersihan rumah. Kamera itu tersambung otomatis ke ponselnya.
Diam-diam pria itu mengaktifkan kamera, setelah itu ia mengeluarkan air minum dan roti dari kulkas, lengkap dengan gelasnya.
Kemudian berjalan melewati Vania yang masih terlihat menunduk, perempuan itu benar-benar malu sehingga tidak berani menatap Niko Oscar, si pria dingin.
"Minumlah dan makan apa yang ada!" ucap jutek Niko berjalan menaiki tangga membawa selimut tipisnya.
"Mengapa bisa terjatuh!
Haduh, bisa kumat encok ku!"
ucap gokil pria itu berjalan memasuki kamarnya sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
Sampai Niko benar-benar menutup pintu kamarnya, Vania baru berani mengangkat kepala.
"Bukankah Luna mengatakan, ia akan berangkat ke Amerika malam ini!"
Vania memaksakan diri berjalan menuju meja makan. Ia tampak semakin lemah selain tidak makan dan minum seharian di tambah lagi terjatuh dari tangga. Melihat air dalam teko yang segar di atas meja. Wanita itu langsung meneguknya sebanyak dua gelas dengan cepat. Masih dalam tangan bergetar, ia mengambil roti dengan cepat lalu melahapnya. Perut Vania benar-benar lapar.
*
Niko terlihat duduk bersandar di kasurnya sambil memperhatikan gerak-gerik Vania dari layar ponselnya. Ia cukup serius memperhatikan dan membaca raut wajah Vania yang dalam perasaan hancur, kecewa, bingung harus berbuat apa, sampai ia begitu tidak tega saat melihat wanita itu menangis sesunggukan tertahan sambil menggigit sepotong roti.
Niko terbayang dengan ucapan Luna yang mengatakan, Vania dipaksa menikah demi melunasi hutang sang Paman, tidak hanya itu mereka juga menguasai harta peninggalan orang tuanya dan yang paling menyedihkan tidak satu pun keluarganya mau membantu Vania agar bercerai dengan suaminya yang kejam.
Niko terus memperhatikan Vania dari layar ponselnya, ia masih belum percaya dengan wanita itu meski hatinya sudah merasa iba.
*
Dua potong roti dan 3 gelas air, cukup menghilangkan rasa haus dan lapar Vania, wanita itu pun menghapus air matanya, merapikan sedikit meja makan, mematikan lampu lalu berjalan menuju kamarnya.
"Dia hanya makan dan minum, tidak melakukan apa-apa!" kata Niko meletakkan ponselnya dan berjuang penuh untuk tidur meski ia masih merasa tidak nyaman satu atap dengan orang asing.
***
05.00 Wib.
Vania bangun lebih awal. Ia ingin melakukan ibadah sholat subuh, namun tidak memiliki mukenah serta pakaian yang tidak suci. Wanita itu hanya duduk termenung tidak tau harus melakukan apa, sebelum melarikan diri dari sang suami, Vania sudah mengganti nomor ponselnya.
"Apa aku harus pergi saja? Penghuni rumah ini ternyata tidak pergi ke Amerika!"
Vania berkali-kali menelpon Luna, namun tidak ada jawaban.
"Apa jangan-jangan Luna menjebak ku, aku takut sekali!" gumamnya cemas.
Vania begitu terlihat mulai gelisah dengan mondar-mandir di teras balkon kamarnya.
Pukul 06.30 terdengar suara dari area kolam renang. Vania bergegas mengintipnya dari atas Balkon.
"Dia sudah bangun?" Batinnya.
Seperti biasa sebelum berangkat ke kantor Niko melakukan aktivitas Olahraga seperti berenang, Yoga, berlari kecil di atas treadmill.
Pria itu juga sedikit khawatir karena ia cukup berani menyembunyikan wanita yang masih berstatus istri pria lain di rumahnya, takut terjerat hukum yang membuat jelek nama baiknya.
***
07.15 Niko mandi dengan segar dan berpakaian rapi menuju kantor.
Langkah Niko sempat terhenti saat melewati kamar Vania.
"Apa dia masih tidur?" Niko kembali berjalan.
"Apa jangan-jangan ia mati???" Pikiran buruk Niko kembali merasukinya sehingga langkah kaki pria itu mundur lalu merapatkan daun telinganya di pintu kamar Vania.
"Sama sekali tidak ada suara? Tidur atau mati???" pikiran jelek Niko.
"Tok...tok...!" Niko mengetuk keras pintu kamar Vania.
Sontak wanita itu terkejut dan berlari ke arah pintu, namun ia hanya berdiam diri merasa takut membukanya.
Niko kembali menempelkan daun telinganya, begitu juga Vania, yang menempelkan daun telinganya. keduanya saling menguping dengan gaya yang sama.
"Tidak ada suara, apa dia mati?" ucap heboh Niko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
.ternyata mr cool masih punya hati dengan mengkhawatirkan keadaan Vania.kenapa malah saling nguping di balik pintu 🤣🤣
2022-09-19
0
epyi⸙ᵍᵏ
hahahahaha ciluuuuukk baa
2022-09-19
1
᥉ᴇᴍᴘʀᴏɴᴋ
ini, nyelametin vania ketika tergelincir,, ( mau romatis sih )😁😁
lah kok ikut tergelincir juga.. ngakak sih
2022-09-19
0