Bab 12

"Tliiit!" Bunyi keras ponsel Niko di atas meja.

Pria itu terlihat habis mandi dan sedang mengganti pakaian baru, malam itu ia akan menghadiri sebuah pertemuan makan malam bersama seluruh Aliansi PT Oscar 99 di sebuah Resto Mewah.

Niko mendengar ponselnya berdering namun ia mengabaikannya karena masih sibuk dengan penampilan, sampai panggilan dari Vania terhenti.

***

"Tidak ada jawaban!" kata Vania dalam wajah datar.

"Paman memang begitu, dia tidak ingin di ganggu jika sedang sibuk!" jawab Luna.

*

Setelah selesai, Niko melihat ponselnya.

"Vania?" kata Niko dalam dahi yang berkerut.

"Pasti ada hal penting," pikirnya kembali menelpon balik.

*

"Tlilit!"

"Nah, itu dia telpon lagi, ayo cepat angkat?" perintah Luna.

"I-i-iyah!" Angguk cepat Vania.

"Assalamualaikum Mas Niko!"

"Wa'alakumsalam!"

"Maaf Vania mengganggu!" nada lembut perempuan itu terdengar teduh di telinga Niko.

"Ada Apa?"

"Begini Mas, Vania izin pamit dari rumah ini, Terima kasih banyak telah memberikan tumpangan beberapa hari disini, maafkan saya tidak bisa memberi apa-apa, semoga Mas sehat selalu dan murah rezeki!" ucap Vania membuat Niko terdiam.

"Bukannya ini masih lima hari?" komentar Niko.

"Lebih cepat lebih baik Mas, Saya tidak pantas lama-lama tinggal disini!"

"Ouh, begitu, Ok lah!" jawab dingin Niko.

"Terima kasih banyak yah Mas, terima kasih!"

"Iyah!"

"Trup!" Vania memutus percakapan.

*

"Mau tinggal dimana dia?" Niko yang sebenarnya penasaran namun gengsi untuk bertanya.

*

"Huuft!"

"Gimana?" tanya Luna penasaran.

"Dia bilang Ouh, begitu, Ok lah! "

"Ehm, dia benar-benar tidak berubah, sangat dingin!" batin Luna.

"Ayo Lun!"

"Kamu sudah beberes!"

"Aku kan tidak membawa apa-apa kesini?"

"Ouh, iyah!

*

"Pak! kita bisa berangkat sekarang?" Ajak Bagas, yang sudah berpenampilan rapi juga tampan.

"Yah, saya sudah siap!"

Niko dan Bagas melaju menuju tujuan mereka. Di dalam mobil, Niko lebih banyak diam, karena ternyata ia masih memikirkan tentang Vania yang pergi lebih cepat dari rumahnya.

"Mengapa dia buru-buru pergi?"

"Apa aku terlalu kasar?"

"Apa dia tidak takut jika suaminya akan menangkapnya nanti!

"Kemana dia akan pergi?"

"Tidak mungkin di kembali kepada suaminya kan?"

"Apakah Luna menjemputnya?"

"Apa aku harus telpon Luna!"

Niko terus bertanya-tanya dalam pikirannya.

Diam-diam Bagas memperhatikan raut wajah Niko yang tampak gelisah.

"Apa Bapak lagi tidak enak badan?" tegur Bagas memecah lamunan Niko.

"Sepertinya?" jawab singkat Niko.

"Kalau begitu, istirahat saja Pak, saya akan mengantarkan pulang!"

"Tidak apa-apa. Disana, kita tidak perlu lama!"

"Baik Pak!"

"Mana aku belum cari koki lagi?" gumam Niko.

"Bagas!"

"Iya Pak!"

"Kamu bisa carikan saya, koki masak pribadi di rumah!"

"Siap Pak!"

"Terima kasih!"

"Oh Iyah Pak, ini ada undangan ulang tahun putri saya yang ke tiga tahun, Empat hari ke depan saya ingin ambil cuti satu hari saja, boleh kan Pak?"

"Oke, tapi maaf, mungkin saya tidak bisa hadir, kamu jangan khawatir, saya akan tetap berikan amplop yang sesuai dengan hati kamu!"

"Hehehehe, Bapak bisa saja" (Bagas langsung tersenyum cengengesan bahagia jika urusan duit)

***

Vania akhirnya pergi meninggalkan kediaman rumah Niko Oscar yang sangat mewah. Dua wanita itu mulai melaju keluar dari rumah Niko.

"Luna, maaf yah, aku sudah sangat merepotkan kamu?" kata Vania.

"Iya, yang penting kamu bisa bahagia dan secepatnya lepas dari psikopat itu!"

"Terima kasih Lun!"

Pandangan Vania jauh ke depan, ia tampak lesu dan tidak bergairah, beban itu masih terlihat sangat dalam sebelum sidang hakim memutuskan pernikahannya dengan Romi Salman berakhir.

"Lun, kita sebentar ke toko perhiasan yah?"

"Kamu mau beli perhiasan?"

"Mau Jual?" senyum tipis Vania.

"Ouh!"

Luna mempercepat laju mobilnya.

Sesampai di toko perhiasan.

"kamu yakin mau jual kalung liontin warisan yang tersisa dari orang tuamu!" tanya Luna.

Vania mengangguk kecil meski hatinya terasa berat.

"Van, sebaik jangan deh, gimana kalau aku pinjamin saja kamu uang!"

"Enggak Lun! Kamu sudah terlalu banyak membantu ku, aku enggak mau terus menerus merepotkan kamu.

"Iyah, tapi sayang banget kan!"

"Tidak masalah, ini lebih baik aku jual daripada harus merepotkan orang lain, kecuali aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Ibu ku selalu mengajarkan kepadaku untuk tidak merepotkan orang lain selagi kita masih bisa berdiri di atas kaki sendiri!"

"Bagaimana jika kamu gadai saja!"

"Aku belum bisa jamin akan sanggup menebusnya lagi, sementara aku perlu uang saat ini."

Luna terdiam.

"Yah sudah lah, kamu punya pilihan, tapi aku bangga banget, punya sahabat seperti kamu, kamu itu hebat dan aku percaya kau bisa melalui semua ini!"

"Terima kasih Luna!" Keduanya berpelukan.

Tidak ada pilihan lagi, akhirnya Vania menjual kalung emas mewah bermata liontin harta satu-satunya yang ia miliki, terjual dengan harga 35 juta.

"Mas, jika boleh Liontin ini jangan di jual, saya mungkin bisa membelinya lagi, ini harta pemberian ibu saya yang paling berharga, saya tidak akan jual jika tidak terdesak!" kata Vania dengan nada pelan.

"Kami tidak janji Mba, tapi satu dua bulan ini saya tidak akan pajang!"

"Terima kasih yah Mas!"

"Sama-sama!"

***

Jamuan makan malam Niko dan para Aliansi bisnisnya.

Sebagai pria single yang mapan tentu Niko salah satu pria terpopuler bagi para wanita disana.

Niko juga bertemu dengan Romi Salman.

"Apa kabar Mas Niko, wah semakin keren saja nih!" sapa Romi dengan ramah.

"Psikopat satu ini benar-benar sangat meresahkan. Aku harus mencari cara untuk putus kerja sama dengannya." gumam Niko hanya tersenyum tipis.

(Hatinya sudah berpihak kepada Vania)

"Yah baik!"

"Apa kamu tidak membawa keluarga mu?"

tanya Niko ingin menguji pria itu.

"Ahahahahaha, aku pikir pergi sendiri bisa lebih fokus!" kata Romi menggandeng teman wanitanya disana.

"Fokus pada wanita lain!" jawab ketus Niko yang semakin gerah dengan Romi.

"Apa Mas juga berminat, saya punya banyak" ucap Romi.

"Sory, aku tidak suka wanita?" jawab ketus Niko.

"Hahaha?" Romi hanya tertawa mendengar celotehan Niko.

Sementara Romi begitu ramah dengan Niko untuk mencari simpatik, agar PT Oscar 99 semakin memperkuat kerja sama dengan PT One&One.

Niko pergi meninggalkan Romi, ia tampak malas meladeni pria itu.

"Kenapa perempuan seperti Vania bisa berjodoh dengan hantu itu!" gumam Niko.

*

Sementara, Vania dan Luna masih sibuk mencari tempat kosan yang sesuai dengan kantong dan tempatnya.

"Van, sepertinya kita sedang diikuti!" ucap Luna.

"A...aku juga merasa seperti itu!"

"Jangan panik, kita jalan cepat nti langsung belok kiri dan bersembunyi di sebuah butik kecil, aku hafal jalan ini!"

"I...Iyah!" ucap Vania gugup.

Langkah kedua wanita itu pun semakin cepat dan dua pria asing yang mengikuti mereka juga semakin mempercepat langkahnya.

Terpopuler

Comments

Ros Laini

Ros Laini

semoga Vania kembali bersama mr cool

2023-03-31

0

Roslina Saragih

Roslina Saragih

kapn lagi lanjutan ceritanya ini lagi seru

2022-05-18

1

R⃟Yanty AFC

R⃟Yanty AFC

nhah loooo makanya jangan duluuu kemana2 vania baruuu juga 5 hari. alangkah baik nya kalau kamu dirumah mas niko dulu

2022-05-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!