Mobil masih melaju menembus jalan yang sudah tidak seramai jam pulang kantor. Tanpa mereka sadari Ada sebuah mobil Pajero hitam yang mengikuti mereka sejak tadi.
"Lalu kamu mau bawa aku kemana?" tanya Ara setelah tercipta kebisuan beberapa saat.
Ali menoleh sejenak dan kembali fokus pada jalan di depannya.
"Tempat yang aman, untuk kita membicarakan masalah kita. Aku tidak mau ada orang yang ikut campur lagi dengan apa yang kita lakukan," terang Ali masih tetap fokus pada jalan yang sepi.
Ali segera menginjak pedal gas semakin dalam, Mobil melaju dengan kencang menembus jalan pepohonan rimbun. Hingga setelah menempuh perjalanan selama satu jam. Mereka sampai di sebuah tempat yang di kelilingi hutan, dan ada sumber air terjun yang sangat indah.
Ali sengaja mengajak Ara untuk ke tempat yang membuat mereka nyaman, untuk membicarakan masalah mereka. Ara segera turun setelah mobil berhenti, menginjakkan kakinya di rerumputan hijau. Ali mengikuti Ara berjalan di belakang. Memperhatikan ekspresi Ara yang justru merasa nyaman, di tempat sepi itu.
"Kau suka tempat ini?" tanya Ali ketika melihat Ara merentangkan tangannya. Menikmati udara yang begitu menenangkan, dengan suara air yang mengalir begitu keras. Ara menoleh ke arah Ali berdiri setelah mendengar pertanyaan Ali.
"Aku suka, karena dulu aku pernah kemari bersama sahabatku," terang Ara, dia berjalan ke atas batu besar dan duduk di sana. Ali masih setia mengikuti kemana Ara menginjakkan kakinya.
"Kebetulan sekali, aku juga sering ke sini bersama kekasihku dulu," lirih Ali, Dia memandang ke arah dimana dia sering menghabiskan waktu untuk melepas rasa penatnya, bersama kekasih yang hingga saat ini masih bertahta di hatinya. Ara yang mendengar Ali membahas tentang masa lalu, segera mengalihkan pembicaraan mereka.
"Emm, Danish kamu mengajakku kesini mau membahas apa?" tanya Ara dengan memandang calon suaminya yang terlihat sangat terluka oleh masa lalu itu.
"Oh iya, hampir lupa," Karena teringat dengan seseorang yang begitu spesial untuknya. Dia sampai melupakan hal penting yang mempengaruhi kebahagiaan sang ibu. "apa kau sudah membatalkan pernikahan kita di kantor urusan agama.?" tanya Ali pada poin penting tersebut.
"Belum, rencananya aku akan ke sana tadi. Tapi, ada urusan mendadak, jadi belum sempat. Besok setelah mengadakan konferensi pers dengan wartawan, aku akan mencabut berkasnya," jelas Ara menjawab pertanyaan Ali dengan lugas.
"Kau tidak perlu mencabut berkasnya, karena pernikahan itu tetap harus terjadi," timpal Ali dengan suara tegas.
"Tapi, bukankah kamu tidak mau menikah denganku?" Ara bingung dengan pemikiran Ali, bagaimana bisa dia begitu mudah berganti keputusan.
"Aku memang tidak ingin menikah, apa lagi dengan kamu. Tapi Ibuku benar-benar sedih, karena pembatalan pernikahan kita. Aku melakukan ini demi Ibu," jelas Ali mengungkapkan alasan keputusannya.
"Bagaimana dengan hatimu, Danish. Apa kamu bisa menerima aku sebagai Istri kamu?" Ara melayangkan pertanyaan yang menurutnya sangat penting.
"Kau tidak perlu memikirkanku, kau menyayangi Ibuku kan? Kalau kau menyayanginya, lakukan saja apa yang membuat beliau bahagia," pinta Ali tanpa memikirkan perasaan Ara, bagaimana bisa Ali sama sekali tidak memberi jawaban pasti tentang hubungan mereka.
"Baiklah, karena aku juga tidak memiliki seorang Ibu sejak kecil. Aku mau melakukan ini untuk Ibu Salma," putus Ara. Hal itu bagaikan angin segar untuk Ali, dia tidak perlu berbicara panjang lebar atau memohon pada gadis culun yang sedang duduk di bebatuan dengan kaki yang asik bermain di dalam air.
Ali yang sedang memperhatikan keadaan sekitar, melihat seseorang yang mencurigakan di balik pepohonan yang rimbun. Orang itu segera melarikan diri setelah Ali berjalan mendekat padanya.
"Danish, kamu mau kemana?" teriak Ara saat Ali berjalan ke arah semak belukar.
Ali berhenti, teringat dia di tempat itu tidak sendirian. "Sial, aku melupakannya," gerutu Ali dan segera berjalan mendekat pada Ara.
"Aku tadi melihat, ada seseorang yang mengawasi kita dari sana," tunjuk Ali pada pepohonan rindang yang berjejer dengan rapi.
Ara mengikuti arah pandang Ali dan mengira bahwa yang mengikuti mereka adalah orang yang sudah biasa menjaga dan memata matai aktifitasnya.
"Sudahlah, mungkin hanya seorang yang ingin mencari kayu bakar," ujar Ara untuk meyakinkan Ali bahwa semua baik baik saja.
"Tidak mungkin, Orang mencari kayu bakar dengan pakaian seperti penjahat," sanggah Ali ragu.
Ara beranjak dari posisi nyamannya, berjalan mendekat ke arah Ali berdiri, dengan pandangan berkeliling. Mengawasi siapa tahu tiba-tiba ada orang yang berniat jahat pada mereka. Ara menyentuh tangan Ali dan menggenggamnya erat.
"Kalau kamu tidak nyaman, ayo kita pulang," ajak Ara dan menyeret tangan Ali menuju mobil, Ali masih saja waspada dan hanya mengikuti kemana Ara menyeretnya.
"Kamu duduk di samping saja, biar aku yang menyetir," putus Ara karena melihat calon suaminya itu merasa tidak nyaman. Ara membuka pintu penumpang samping kemudi, dan memaksa Ali untuk duduk dengan tenang.
Ali benar-benar hanya menurut dengan apa yang Ara lakukan. Setelah memastikan Ali duduk dengan tenang. Ara segera masuk ke mobil dan menyalakan mesin mobilnya.
"Apakah karena kejadian itu, Danish jadi seperti ini?" batin Ara bertanya.
Ara mengemudi mobilnya dengan tenang, memandang ke arah Ali duduk dengan perasaan waspada. Ara benar-benar merasa Ali sedang ada di dalam trauma yang begitu menekannya.
*****
Di tempat yang begitu besar, markas Wild Wolf. Seseorang sedang duduk dengan gagahnya. Di depannya terlihat seorang sedang dalam ketakutan, ketakutan dengan kemarahan pemimpin mereka yang begitu tidak bisa menerima kegagalan.
"Bagaimana bisa rencana yang kau buat dengan baik itu, bisa gagal? Apa kau tidak mengeksekusi dengan benar ... Ha !" bentak Aldev dengan wajah memerah, menahan amarah yang sebentar lagi pasti meledak dan akan mengorbankan salah satu orang kepercayaannya.
"Ma--aaf bos, i--ini di luar rencana kita. Tadi pria lemah itu meminta nona untuk tetap menikah dengannya demi ibunya," ucap sang mata pengintai yang dikirim untuk mengawasi sang pujaan hatinya.
"Kau yang lemah, menggagalkan rencana begitu saja tidak mampu. Pergi kau ke neraka....!! Aldev mengeluarkan senjata di balik jas mewah miliknya, mengarahkan bidikan pada kepala anak buahnya. Segera menarik pelatuk.
Satu peluru bersarang di kepala anak buah Aldev, yang sudah gagal menjalankan perintahnya. Aldev tidak pernah menerima sebuah kegagalan. Dia akan membunuh siapa saja yang tidak becus dalam bekerja.
"Kalian ingat, siapapun akan bernasib sama seperti b*ngk*i si*lan ini, jika gagal dalam menjalankan tugas dariku, apa lagi ini menyangkut Araku. Tidak ada pengecualian, termasuk Kau, Andri !" ancam Aldev pada semua anak buahnya.
"Bagaimana rencana yang ku buat bisa gagal?" batin Andri.
BERSAMBUNG...
Thanks For Reading...
_Nurmahalicious_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
lanjut up, semangat💪🙏😍😘❤
2022-04-05
0
Nurma Azalia Miftahpoenya
siap kakak
2022-03-29
0
vhyra
lanjut up thor
2022-03-29
0