Setelah acara resepsi pernikahan selesai, Ali dan Ara berencana akan pulang ke rumah. Tapi di cegah oleh Daddy Haris. Ayah Hendra, Ibu Salma dan juga Syifana sudah pulang lebih dulu menggunakan mobil Ali.
"Kenapa tidak menginap dulu, di hotel? Kalian pasti lelah kan," ujar Daddy Haris pada pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri.
"Maka dari itu, Ara ingin istirahat di rumah saja. Dad," ucap Ara memberi alasan.
"Iya, Daddy tenang saja. Ada Ali yang akan menjaga Ara," timpal Ali mencoba meyakinkan Daddy Haris agar memberi ijin untuk mereka.
Karena melihat tekad keduanya sudah bulat, Daddy Harispun mengalah. Dan memberikan ijin untuk keduanya agar pulang ke rumahnya.
"Ali, tolong, jika Ara bandel atau susah di beritahu. Bicara pelan-pelan, jangan menyakiti hatinya. Dia putri berharga kami," pinta Mami Jane pada menantu barunya.
"Tenang saja Mi, kalau Ali tidak bisa menjaga Ara. Rei yang akan bertindak, lihat saja. Akan ku buat kau Hidup segan, mati tak mau. Ingat ucapanku baik baik Ali," Ancam Reiner dengan lirikan sinisnya. Reiner masih saja belum rela, jika sang adik menjadi istri dari pria lemah seperti Ali.
"Baik kak, Saya akan ingat nasihat Mami, Papi, Daddy dan juga Kak Reiner serta kak Imel," jawab Ali dengan senyum tipis. Padahal di hatinya Ali sangat ingin melayangkan bogeman untuk laki-laki sok di hadapannya. "Sombong sekali dia, mentang-mentang orang kaya," cibir Ali di dalam hati.
"Sudah ya, Ara pulang dulu. Kalau kalian rindu sama Ara, datang saja ke rumah," pamit Ara pada mereka semua.
"Ya sudah, hati-hati. Ali, jangan ngebut ya," Daddy Haris memperingati menantunya itu.
"Baik, Daddy," jawab Ali singkat, dia segera mencium tangan Daddy, Mami, dan Papi. "Duluan ya kak," pamitnya pada Reiner dan Imel.
Mereka berjalan bersama keluar dari gedung, Ara susah payah mengangkat gaun yang di pakainya, apalagi untuk mensejajarkan langkahnya dengan Ali.
"Tunggu, Danish," teriak Ara ketika Ali semakin melangkah dengan cepat. Ali berhenti sebentar dan membalikkan tubuhnya.
"Ada apa ? sih," Ali kesal dengan keleletan Ara.
"Aku susah jalan, memakai gaun ini," rengek Ara dan hanya di tanggapi Ali dengan gelengan kepala.
"Ku tunggu di mobil, Sepuluh menit tak sampai. Siap-siap pulang naik taksi," Ancam Ali, dia segera melanjutkan langkahnya.
"Huh, dasar, Sudah menikahpun. Masih tetap saja dingin," gerutu Ara tapi dia segera mengangkat gaunnya lebih tinggi. Agar memudahkan dia untuk berjalan. Ara mengejar Ali yang sudah menunggunya dengan bersandarkan mobil milik Ara.
"Lelet," cibir Ali dan menatap sebal pada Ara.
"Maaf," Hanya satu kata yang di ucapkan Ara pada Ali. Setelah Ara menaiki mobilnya, Ali juga menyusul duduk di kursi kemudi.
Mobil Marcedes Bens berwarna silver metalic itu, melaju di jalanan yang sudah sangat sepi. Hari yang sudah gelap. Manandakan, banyak manusia yang lebih memilih beristirahat. Hanya segelintir orang yang masih berkegiatan di luar rumah.
"Kita pulang ke mana?" Ali bertanya karena mereka memang belum membahas tentang tempat tinggal yang akan mereka huni.
"Kau ikuti saja maps itu, sudah otomatis ada alamat rumah kita," ujar Ara memberi tahu.
Selama di perjalanan, Ali dan Ara masih saja terdiam, walau sudah sah menjadi pasangan halal. Ali yang memang cuek dan tidak memperdulikan wanita di sampingnya. Juga Ara yang semakin merasa canggung ketika dekat dengan orang yang sejak lima tahun lalu menjadi janjinya pada seseorang.
Sejak lima tahun yang lalu, Ara memang sudah memiliki perasaan pada Ali, terhitung sejak kejadian nahas yang di alami oleh Ali lima tahun yang lalu.
Hingga mereka sampai di rumah minimalis, yang terlihat elegant. Ali memberhentikan laju mobil yang di kendarainya setelah memasuki gerbang tinggi yang otomatis terbuka ketika mendeteksi mobil itu adalah mobil milik Ara.
"Ini rumahmu?" tanya Ali heran, Mantion Daddy Haris kan besar kenapa Ara justru memilih untuk tinggal sendiri.
"Iya, ini rumah yang ku bangun, dengan dana dan juga designku sendiri," jawab Ara, gadis itu segera keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk rumah itu, yang sudah di buka oleh seorang pelayan.
"Selamat datang, Nona, Tuan," sapa sang pelayan kepada majikannya.
"Terima kasih, Bi Ani. Bibi istirahat saja," Ara menyuruh sang pelayan untuk beristirahat karena hari memang sudah malam.
"Baik, Nona,"
Ara masuk ke dalan rumah itu di ikuti oleh Ali di belakangnya. Pandangan Ali berkeliling, rumah yang terlihat minimalis dari luar ini, ternyata memiliki ruangan yang cukup luas di dalam. Interior yang di gunakan Ara juga sangat cocok dengan Ara yang berkepribadian sederhana. Pikir Ali.
"Aku, tidur di mana?" tanya Ali ketika mereka akan menaiki tangga.
"Oh iya, aku hampir lupa," Ara menepuk keningnya dan segera menunjuk sebuah ruangan untuk suaminya beristirahat. "di sana, Danish. Kamarku sebelah situ," Ara kembali menunjuk sebuah kamar miliknya.
Seperti perjanjian mereka, Ali dan Ara tidak akan melakukan hubungan suami istri, jika bukan Ali yang menginginkan. Jadi, mereka memutuskan untuk tidur terpisah.
Saat Ali hendak melangkah ke ruangan yang di tunjuk Ara sebagai kamarnya, Ara kembali memanggil Ali.
"Danish, aku bisa minta sesuatu?" tanya Ara setelah Ali menoleh ke arahnya.
"Apa?"
"Tolong, jangan masuk, ke kamarku tanpa ijin ya," Ara meminta hal itu karena di kamarnya banyak Rahasia yang di sembunyikan oleh Ara dari siapapun.
Mendengar permintaan Ara, mata Ali melotot tajam pada Istri terpaksanya.
"Kau kira aku laki-laki C*bul. Yang berani masuk kamar wanita tanpa ijin," sarkas Ali, dia mengira Ara melarangnya karena tidak mau di sentuh olehnya.
Ara terhenyak, kenapa Ali salah paham. Padahal maksud Ara bukan begitu. Justru Ara akan dengan sepenuh hati menyerahkan dirinya pada sang suami.
"Bukan seperti itu, Danish. Aku hanya belum terbiasa jika ada orang lain yang masuk ke kamar itu," Ara mencoba menjelaskan kekeliruan yang terjadi.
"Terserah !" Ali berjalan menaiki tangga, menuju kamar miliknya. Setelah sampai dan masuk ke dalam kamar, Ali membanting pintu dengan kencang.
Suara dentuman pintu yang di banting Ali, membuat Ara semakin tidak enak hati. Suaminya itu pasti tersinggung dengan perkataannya.
"Aku salah lagi, tapi harus ku oper kemana semua rahasiaku?" tanya Ara pada dirinya sendiri.
"Maaf, Asila. Aku belum bisa meluluhkan hati Danish," gumam Ara tanpa terasa air mata kembali menetes di pipinya.
BERSAMBUNG...
Terima kasih yang sudah setia membaca tulisan saya gay, Marhaban ya Ramadan ya. Mohon maaf lahir batin. Tetap dukung aku di jalan halu ya gays. hehehe , Love you pulll
_Nurmahalicious_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
uhuuyyyyyy
ada apa dgn 5 tahun yg lalu?
2022-12-15
0
Desi Ummu Ihsan
siapa lagi si Asila? apakah mantan kekasih Ali 5 tahun lalu sekaligus sahabat Ara?
2022-05-22
0
vhyra
up lgi Thor
2022-04-08
1