"Bukan seperti itu, Danish, maksudku, aku hanya ingin kita selalu sehat. Bukan hanya untuk dulu dan sekarang. Tapi untuk selamanya," jawab Ara dengan kepala menunduk, menahan rasa takut nya karena kemarahan Ali.
"Sudahlah, aku sudah pusing mendengar ocehanmu itu. Aku pergi !" Ali beranjak keluar dari Cafe itu tanpa menunggu jawaban Ara.
Setelah bertemu dengan Ara, Ali segera kembali ke kantor. Walaupun moodnya hancur karena Ara, tapi dia tetap harus bekerja agar tidak di pecat. "Aku kan belum resmi jadi menantu, Tuan Haris. Jadi, aku harus tetap terlihat baik. Tanpa kesalahan apapun," gumam Ali saat menyetir mobilnya menuju kantor.
*****
Di tempat yang berbeda. Berdiri seorang gadis dengan memegang senjata Api, jenis Raging Bull 454 yang di buat di Brasil. Pistol dengan kemampuan tembakan, mencapai kecepatan 580 meter per detik dan energi yang di lontarkan mencapai 2700 joule. Dengan mata yang terlindung kaca mata khusus, dan juga pelindung telinga.
Gadis itu menggenggam senjata tersebut dengan jari tengah, dan jari manis. Sedangkan jari kelingking, beristirahat pada senjata. Genggaman itu sangat kuat, hingga tangannya bergetar, seperti seseorang yang sedang berjabat tangan dan ingin membuktikan sesuatu. Senjata itu ikut bergetar dan dia melepaskan dari kondisi tersebut, membuat tangannya berhenti bergetar.
Memantapkan genggaman tangan, dengan menekuk tangan yang tidak dominan, untuk menampung tangan menembak ke dalamnya. Sementara tangan yang tidak digunakan untuk menggenggam, utamanya untuk memantapkan senjata secara vertikal dan horisontal. Dia mensejajarkan Bahu dan Ibu jari untuk mendukung akurasi.
Gadis itu berdiri dengan kedua kaki berada selebar bahu, dengan kaki sisi yang berlawanan. Dengan tangan berada sekitar selangkah melampaui kaki yang lain, condong sedikit ke depan dengan lutut tertekuk. Memastikan diri seimbang, siku yang lebih fleksibel membentuk sebuah sudut yang sedikit tumpul.
Serta mensejajarkan pembidik depan dan belakang. Memastikan bahwa pos pembidik depan dan setingkat, dengan pembidik belakang. Hingga dia memperoleh bidikan gambar yang baik pada sasaran.
Selanjutnya gadis itu menutup sebelah mata, membidik dengan mata dominannya agar lebih fokus. Membidik target dengan jelas, terfokus pada bagian bulls eye yang kabur. Lalu memasukan jari pelatuknya dalam pengaman.
Gadis tersebut terlihat fokus untuk mengisi senjatanya, dengan laras yang tetap mengarah ke bawah. Selanjutnya dia terlihat mengatur nafas. "Haaah ... Huft...." terdengar helaan nafas dan detik berikutnya.
Terdengar bunyi tembakan menggema di ruangan khusus tersebut, setelah gadis itu menekan pelatuk. Hingga seorang yang ada di belakang gadis itu mengeluarkan suara.
"Nona, apa nona baik-baik saja?"
Orang tersebut hafal. Nona mudanya memang selalu menyalurkan emosinya dengan cara ini.
"Aku baik-baik saja, Dean ! Kau tidak perlu cemas. Kau hanya perlu melakukan apa yang aku perintah tadi," ujar gadis tersebut tanpa menoleh pada tangan kanan, yang di percaya oleh kakaknya untuk mengawasinya.
Saat gadis itu akan melanjutkan tembakannya lagi, ada suara seseorang yang sangat familiar untuknya. Hingga mau tidak mau gadis itu menghentikan kegiatannya.
"Kau kenapa?" tanya seseorang di belakangnya.
Gadis itu menoleh dan segera meletakkan senjatanya, setelah memastikan bahwa senjata itu aman untuk di letakkan.
"Rei, Kau datang? tumben sekali ke Bastcamp tanpa undangan,"
"Dean menelfonku, dia bilang, kau kesetanan. Mau menghancurkan Bastcampku." ujarnya menyindir.
Gadis itu menoleh pada Dean, dan menatap sengit pada tangan kanan nya. Dean yang sadar jika dia salah, segera meminta maaf pada Nona mudanya.
"Maaf, Nona. Tuan Rei bilang, kami harus selalu melapor. Apapun tentang anda," kata Dean dengan jelas, agar tidak membuat kesalah pahaman sang Nona.
"Aku 'kan, hanya menenangkan diri. Kenapa heboh sekali?" tanya gadis itu pada sang kakak.
Gadis itu mendengus sebal. Dan Rei justru terkekeh dengan kelakuan adik satu-satunya itu.
*****
Setelah kembali dari Cafe pertemuannya, dengan sang calon istri. Tuan Haris memanggil Ali untuk menghadap ke ruangannya.
"Ali, Tuan Haris memanggilmu. untuk ke ruangannya," ucap Pak Agam.
"Baik, Pak," Ali segera mengikuti langkah Pak Agam, menuju ruangan kerja Tuan Haris.
Mereka berjalan berdampingan, membuat seisi kantor menduga bahwa Ali melakukan kesalahan. Hingga detik ini belum ada yang tau tentang perasaan putri penguasa di perusahaan itu pada seorang karyawan seperti Ali.
Setelah membuka pintu dan mempersilahkan Ali masuk, Pak Agam segera pamit untuk kembali bekerja.
"Tuan Haris, Ali sudah datang. Saya permisi untuk melanjutkan pekerjaan."
"Baiklah, terimakasih atas bantuanmu. Agam,"
Pak Agam segera keluar ruangan setelah Tuan Haris memberikan izin untuknya. Setelah kepergian Pak Agam, Tuan Haris mempersilahkan Ali untuk duduk di Sofa. Tuan Haris juga menyusul Ali duduk di Sofa depan Ali.
"Bagaimana Ali, apa kau sudah bertemu putriku?" tanya Tuan Haris menuntut.
"Sudah, Tuan, dan kami merencanakan pernikahan seminggu lagi. Tepat saat Ara berulang tahun," tukas Ali menjawab pertanyaan yang sebenarnya membuat moodnya buruk.
"Bagus, kau memang bisa di andalkan. Jika kau mau merebut hati putri tunggalku itu, kau harus bekerja keras menyenangkan hati nya,"
"Merebut hati apanya? Gadis itu bahkan yang mengejar dan memohon agar aku menikahinya," Cibir Ali menghina Ara, tentunya hanya bisa di lakukan di dalam hatinya.
"Setelah kau menikah dengan Ara, aku akan memberikan jabatan ini, padamu. Tapi aku tetap akan memantau kinerjamu Ali," ancam Tuan Haris agar Ali benar-benar serius untuk mengemban jabatan itu.
"Baik, kalau begitu. Saya permisi Tuan," pamit Ali untuk kembali bekerja.
Saat Ali sedang disibukkan dengan pekerjaannya, Clarissa menelfon Ali. Wanita licik itu, hanya ingin memastikan. Bahwa rencana yang dia atur, akan berjalan dengan mulus.
"Hallo, Baby ...." sapanya dengan manja, begitu telfon tersambung.
"Iya, Beb, ada apa?" tanya Ali pada Clarissa. karena sebenarnya dia sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk.
"Kamu jadi 'kan, baby, menikah dengan putri dari bos kamu, yang kaya raya itu?" Clarissa segera menyampaikan rasa keingin tahuannya, atas hal penting yang akan merubah hidupnya.
"Jadi, Beb, satu minggu lagi. Aku akan resmi jadi suami wanita culun itu," jawab Ali dengan malas. Miris sekali, dia harus menikahi wanita lain atas permintaan dari kekasihnya sendiri.
"Bagus, Beb. Untuk saat ini, kita jaga jarak dulu beb. Biar gak ada yang curiga, kalo kita masih ada hubungan," ucapan Clarissa membuat Ali marah. Pikirannya yang sedang lelah dengan pekerjaan, di tambah cinta buta dari putri bosnya. Sekarang Clarissa juga meminta mereka untuk menjaga jarak.
"Apa? aku harus jaga jarak, denganmu !" teriakkan reflek Ali begitu keras. Suaranya hingga terdengar oleh karyawan lain, membuat semua orang merasa terganggu.
"Pelankan suaramu, Ali !" bentak Kepala keuangan di perusahaan itu.
BERSAMBUNG...
Thanks For Reading..
_Nurmahalicious_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Oni Ara kah??Aku harap ini Ara👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻
2022-12-31
0
@Kristin
Mampir kembali Thor 🖐️
2022-09-20
1
Desi Ummu Ihsan
Dasar kau Ali...suatu saat ku harap kau menyesal telah menghina Ara..
2022-05-22
0