Ara berjalan menaiki tangga menuju kamar rahasianya. Di rumah itu memang Ara memakai dua kamar, yang satu dia gunakan untuk menyimpan segala barang rahasianya dari sang ayah. Dan kamar yang sekarang di gunakan Ali adalah untuk dia tidur. Tapi mulai malam ini, sepertinya Ara harus tidur di kamar rahasianya.
"Emmh, lelah sekali hari ini. Tapi aku sudah lega, akhirnya aku dan Danish sudah menikah," Ara merebahkan dirinya di kasur empuk yang tak sebesar kamar pribadi utama.
"Asila, aku janji akan menjaga Danish dengan baik. Aku akan mencintai dia seperti kamu mencintainya," gumam Ara, dia bangun dari posisinya. Beranjak menuju kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
Dengan susah payah, Ara melepaskan gaun pernikahan yang masih melilit tubuhnya. Tanpa bantuan siapapun seperti kebanyakan pengantin yang di bantu oleh sang suami. Ara cukup sadar diri, bahwa dia yang memaksa Ali untuk menikah dengannya.
Setelah berhasil melepas gaun itu, Ara berendam di dalam bathtup berisi air hangat, yang sudah ia teteskan aroma terapy.
Hingga tidak terasa, Ara tertidur di dalam rendaman air hangat itu.
Di kamar lain, Ali sedang mengaji setelah melaksanakan sholat sunah. Sudah menjadi kebiasaan Ali jika dia akan beristirahat, pasti melantunkan ayat ayat suci Al-Qur'an terlebih dahulu. Karena hanya itu yang bisa membuat Ali terhindar dari mimpi buruk.
Lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar dengan merdu, Ayah Hendra memang mendidik anak-anaknya dengan baik dari segi agama. Baginya, manusia bukan apa-apa jika tidak menyertakan tuhan dalam kehidupannya.
"Shodakallahul adzim," Ali menyelesaikan lantunan keindahan yang membuat hatinya tenang itu. Dia beranjak, untuk menyimpan sarung dan juga pecinya. Setelah itu, Ali berniat akan tidur.
Ara terbangun saat air di dalam bathtup sudah mulai dingin. Berapa lama dia tertidur, hingga air yang tadinya hangat sudah menjadi sangat dingin.
"Ya ampun aku ketiduran," pekik Ara, dia segera keluar dari dalam bathtup yang airnya sudah berubah. Ara membilas badannya dengan air dari shower. Setelah selesai, Ara keluar dari kamar mandi hanya memakai jubah mandinya.
"Aku lupa pula, belum mengangkut satupun pakaian ke kamar ini," Ara menepuk keningnya, kemudian berniat untuk kembali ke kamar utama yang di tempati oleh Ali.
Ara berjalan mengendap, lalu membuka pintu kamar utama yang tidak di kunci oleh Ali. Namun, kegiatannya terhenti. Karena Ali sedang bersandar di ranjang dengan kaki bersilah dan tangan menadah.
Ali melafalkan surat Al-fatihah, Al-Falaq dan juga An-nas masing masing satu kali, kemudian berlanjut mengucapkan "Bismika rabbi wadla'tu janbi wa bika arfa'uhu in amsakta nafsi farhamna wa in arsaltaha fahfazhha bima tahfahzu bihi ibadikas shalihin," kemudian melantunkan ayat kursi dengan suara indahnya, serta amanar Rasul. Terakhir Ali mengucapkan "Astaghfirullahaladzim, Astaghfirullahal adzim, Astagfirullahaladzim," Setelah selesai, Ali meraupkan tangannya ke wajah sebagai tanda mengaminkan doa doanya.
Ali segera merebahkan dirinya pada posisi miring, itu posisi ternyaman Ali saat mengistirahatkan tubuhnya dari rasa lelah. Semua itu tidak luput dari perhatian Ara.
"Danish baca apa ya itu, kenapa suaranya merdu sekali. Aku jadi nyaman," gumam Ara, karena dia tidak mau mengganggu Ali, akhirnya Ara kembali ke kamarnya sendiri.
Setelah beberapa menit memejamkan matanya, Ali terlelap dalam tidurnya. Ali tertidur dengan senyuman di wajahnya. Sedangkan Ara, hingga tengah malam, gadis itu belum bisa terlelap dalam mimpi. Dia masih berjalan ke sana ke sini.
"Bagaimana bisa tidur kalau pakai jubah mandi, aku pasti akan masuk angin. Apa aku ke kamar Danish dulu ya?" Ara memutuskan untuk kembali ke kamar utama dengan tujuan berganti baju.
Ara membuka pintu dengan sangat pelan, berjalan mengendap, seperti seorang pencuri di rumahnya sendiri. Ara memastikan bahwa Ali tidak terganggu dengan kedatangannya.
"Aman. Masih tidur," lirih Ara mengelus dadanya. "aku harus cepat ganti baju, sebelum Danish bangun dan memergoki aku di sini," lanjutnya.
Ara mengambil setelan piyama dan segera masuk ke kamar mandi, untuk mengganti jubah mandi dengan piyama. Setelah itu, Ara kembali mengambil setelan baju untuknya bekerja besok.
Saat urusannya sudah selesai, Ara berniat untuk keluar dari kamar itu. Tapi hatinya menginginkan untuk mendekati suaminya lebih dulu. Ara mendekat ke ranjang yang di tiduri oleh Ali, menatap wajah teduh Ali saat tertidur.
"Aish ... Kenapa aku ingin menciumnya sih!" gerutu Ara, dia berniat untuk pergi sebelum semua jadi kacau. Tapi hatinya tidak mau mengalah, akhirnya Ara justru mendekat, pandangannya tak lepas dari bibir Ali yang tersenyum dengan indah.
Gadis itu melabuhkan sebuah kecupan pada kening suaminya, Tapi karena Ali sama sekali tidak terganggu. Akhirnya Ara mencoba untuk mencium pipi Ali. Sayangnya, kecupan kali ini mengganggu tidur nyanyak Ali.
"Emmh, Sila, kamu ke sini. Sayang," racau Ali dengan mata terpejam. Ara ingin segera kabur dari situasi ini.
"Bahkan setelah lima tahun, kamu masih ada di hatinya. Sila," gumam Ara dengan senyum tipisnya. Hatinya sama sekali tidak merasakan sakit saat sang Suami menyebutkan nama lain walau dalam tidurnya.
Saat Ara akan berjalan, Ali menarik tangan Ara, hingga Ara terjatuh di pelukan Ali. Namun, hal itu sama sekali tidak membuat Ali sadar dari mimpinya.
Ali semakin mengeratkan pelukanny, membuat Ara mau tidak mau mengikuti perlakuan suaminya itu. Ara tetap menatap Ali dengan senyum. Walaupun harus dengan nama Sila, dia bisa merasakan pelukan hangat dari sang suami. Setelah beberapa saat, Ara meyakini Ali sudah nyenyak kembali pada tidurnya. Ara ingin beranjak dan pergi dari kamar itu.
Namun, ternyata Ali masih tetap memeluknya dengan erat. Hingga sulit sekali melepaskan diri, Ara masih berontak dengan halus. Kegiatan itu terhenti ketika Ali mengucapkan sesuatu.
"Plis, Sila. Jangan pergi, peluk aku sebentar saja," racaunya masih dengan mata terpejam. Karena merasa suaminya yang meminta, Ara menurutinya. Dia memeluk Ali, serta tertidur berbantalkan lengan kiri Ali.
Keesokan harinya, Suara kumandang Adzan membangunkan tidur nyenyak Ali. Namun, Ali merasakan ke anehan pada lengan dan perutnya. Kenapa seperti tertimpa sesuatu. Ali membuka mata dan melirik bagian perut, ada tangan mungil yang melingkar di sana dengan erat. Karena penasaran, Ali menoleh ke samping.
"Aaahhhhh," Teriak Ali dengan lantang, ia segera bangun hingga mengagetkan Ara.
"Kenapa sih, pagi buta teriak teriak?" Ara mengucek matanya. Belum sadar bahwa dia melakukan kesalahan.
BERSAMBUNG...
thanks yang udah ikutin cerita aku, like, rate, komen dan fav ya kakakk kakak gemoy. Biar aku makin semangat.
_Nurmahalicious_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Silla cerita lama dia igau kan??!! Sedangkan Clarissa sudah pacaran 5 dgn nya dan yg paling di cintainya sampai sebelum pernikahannya,kenapa gak di igau kan,malah igau kan yg tlah terlalu lama,Aneh aja…🙄🙄🤦🏻♀️
2023-01-01
0
Qaisaa Nazarudin
Whaaattt??!!😇😇😇😇
2023-01-01
0
Desi Ummu Ihsan
😅😅🤭
2022-05-22
0