Sepanjang perjalanan Aqila hanya menutup jendela tanpa berniat membukanya, Sedangkan pria yang di sebelahnya sedari tadi terus menyuruhnya untuk membuka jendela.
"Ck, kau saja makanya yang duduk sini!" kesal Aqila.
"Hei nona, sikapmu sangat arogan tapi kau takut dengan jendela?" ledek pria tersebut.
Aqila menatap tajam pria itu, dia memicingkan matanya saat mendapat kartu pengenal yang ada di jas pria tersebut.
"Dokter Elvio Keanu Ge ...,"
Belum juga Aqila selesai baca, pria yang bernama Elvio itu langsung menutupi kartu pengenalnya. Dia melepasnya dan menaruhnya di saku jasnya.
"Ck, sombong amat!" decak Aqila
Elvio pria itu hanya melirik Aqila singkat, setelah itu dirinya menegakkan tubuhnya dan mencoba tertidur.
Tiba-tuba terjadi guncangan di pesawat, Aqila pun tanpa sadar mencengkram tangan Elvio dengan erat sehingga Elvio bisa merasakan betapa takutnya wanita di sampingnya ini.
"Sudah puas megangnya nona?" tanya Elvio.
Aqila melihat tangannya yang mencengkram tangan Elvio, dia membulatkan matanya dan melepas tangannya dari tangan pria tersebut.
Elvio segera mengusap tangannya dan menyemprotkan hand sanitizer pada bekas tangan Aqila.
"Kau!" sentak Aqila
"Kuman," singkatnya.
Aqila mendengus kesal, dia mencium tangannya tapi tak bau sama sekali. Malahan tangannya sangat wangi terlebih dirinya yang sangat menjaga kebersihan.
Beberapa jam kemudian pesawat sudah mendarat, Aqila dan pria tersebut bangun tapi di karenakan Aqila yang reflek bangun dan berakhir pusing akhirnya dia duduk kembali.
"Kenapa?" heran Elvio.
"Gak papa, sedikit pusing aja," ujar Aqila.
Elvio membantu Aqila berdiri, Aqila pun tak menolaknya sehingga kini mereka jalan berdampingan hingga ke pengambilan koper.
"Kau akan pulang kemana?" tanya Aqila pada Elvio yang sedang mengambil kopernya.
"Aku, jakarta," ujar Elvio.
Aqila mengangguk, dia menyodorkan tangannya pada Elvio tetapi pria itu malah diam menatap tangan Aqila.
"Tadi gue udah pakai hand sanitizer, ayok kenalan," ajak Aqila.
"Maaf, saya tak terbiasa berjabat tangan dengan wanita. Kalau begitu saya duluan, hati-hati,"
Aqila melongo menatap kepergian Elvio, dia menatap tangannya yang bergantung bebas tak ada yang menyapanya.
"Baru kali ini gue diginiin, beruntung banget jodoh masa depannya. Dapet yang fresh," gumam Aqila dan menarik tangannya lagi.
Aqila pun menyeret kopernya, baru saja dia berjalan beberapa langkah ada seorang pria berpakaian serba hitam menghampirinya.
"Maaf, nona Aqila?" tanya pria itu.
Aqila menoleh ke kana dan kekiri dan hanya mendapati dirinya sendiri, setelah itu dia menunjuk dirinya sendiri karena tak ada lagi orang.
"Saya? iya saya sendiri," bingung Aqila.
"Bos kami telah menunggu anda, silahkan ikuti saya," pintanya.
"Ye nggak mau, enak aja! bos lu siapa huh? gue gak ada urusan sama bos lu," sentak Aqila.
Pria itu menunjuk seorang pria yang berdiri dengan pakaian long jas biru dongker, pria itu tengah menunggu sambil memakai kaca matanya.
"Frans?" gumam Aqila.
Aqila oun menyerahkan kopernya pada pria itu dia segera menghampiri pria yang bernama Frans yang sedang menunggunya.
"Frans!" seru Aqila.
Frans hanya menatap datar Aqila, dia pergi dari hadapan Aqila sehingga Aqila hanya mengikutinya dari belakang.
"Kau menjemputku? benarkah? wah, aku tak menyangka kau akan menjemputku!" sery Aqila.
Frans masuk mobil, begitu pula dengan Aqila. Senyuman Aqila belum juga luntur, hatinya terasa berbunga-bunga saat Frans menjemputnya.
"Kita ke restoran xx," titah Frans dengan dingin.
Aqila mengerutkan keningnya, otak kecilnya berpikir mengapa Frans mengajaknya ke restoran?
"Kenapa kita gak langsung ke apartemenku? kau tahu bukan besok pagi aku harus ke kantor Elbert?" bingung Aqila.
"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," ujar Frans.
Aqila sudah mengerti arah pembicaraan itu, pembatalan pertunangan yang Frans rencanakan sedari kemarin. Masihkah ada harapan lagi untuknya dan Frans kembali?
Mobil mereka melaju dengan kecepatan sedang, Aqila memilin tangannya karena tak tahu harus apa. Sedangkan Frans dia sibuk dengan Ipadnya mengecek berkas kantornya.
Tak lama mobil yang mereka tumpangi telah sampai di parkiran resto, Frans pun keluar diikuti oleh Aqila.
Mereka masuk kedalam resto itu dan mencari tempat, setelah dapat Aqila langsung duduk tanpa Frans suruh karena baginya percuma saja pria itu tak akan berbicara apapun.
"Jadi bicaralah," ujar Aqila.
"Kau tak mau pesan makan dulu?" heran Frans.
"Kau pikir setelah mendengar perencanaan pertunangan kemarin aku bisa makan dengan enak huh?"
Frans mengangkat satu sudut bibirnya, dia menatap Aqila dengan dingin sementara Aqila hanya menunggu apa yang di bicarakan Frans.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita," ujar Frans..
Tubuh Aqila mendadak membeku, dirinya masih berharap pembatalan itu hanya untuk mengundur waktu saja bukan untuk mengakhiri hubungan mereka.
"Maaf, aku sudah tau siapa ibumu. Aluna Abraham, seorang mantan wanita penghibur. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ku dengan putri dari wanita penghibur,"
Ucapan Frans sungguh menusuk hati Aqila, dia memegangi dadanya yang terasa sesak. Air matanya jatuh saat Frans mengatakan hal seperti itu.
"Maaf, aku tak bermaksud menyakitimu," ujar Frans dengan tatapan bersalahnya.
Aqila menatap tajam Frans dengan air matanya, dia menahan sesak yang menghimpit di dadanya. Sungguh Aqila juga tak mau lahir darinya, tapi bagaimana pun juga Aluna adalah ibu kandungnya.
"But you have hurt me!" sentak Aqila.
(Tapi kau telah menyakitiku!)
"Sorry," lirih Frans.
Aqila berdiri dan mengambil tasnya yang tadi sempat dia taruh di meja, dia menghapus air matanya sambil berlalu meninggalkan Frans.
Aqila menuju mobil yang terparkir, dia membuka bagasi mobil sehingga supir pun terkejut
"Apa yang nona lakukan?" paniknya.
"Tak apa, aku hanya mengambil koper ku. Terima kasih, aku akan pulang naik taksi dan aku mampu untuk bayar semua itu," ujar Aqila.
Aqila menyeret kopernya, tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milik Frans. Pria itu yang sedang berjalan ke arahnya. Aqila melengos begitu saja sedangkan Frans hanya menatap kepergian Aqila dengan dingin.
Aqila menghentikan taksi, dia langsung masuk bersama kopernya. Menutup pintu pun Aqila tak melihat Frans yang tengah menatapnya dari kejauhan.
"Ke apartemen xx" titah Aqila.
Supir itu mengangguk, dia menjalankan mobilnya sementara Aqila menyenderkan kepalanya ke kaca jendela mobik.
Dia kembali teringat akan apa yang Frans ucapkan, sakit ... itu yang dia rasakan. Dirinya tidak bisa memilih mau lahir dari rahim siapa? bahkan semua manusia tak ada yang mampu untuk memilih. Lalu ... mengapa ada pria yang menyudutkannya hal seperti itu?
"Kalau boleh tau nonnya kenapa? kok sampai nangis begitu?" tanya sang supir yang merasa kasihan.
"Hehe, gak pak. Saya hanya rindu dengan keluarga saya," ujar Aqila dan menghapus air matanya.
"Hal kayak gitu wajar non, bapak aja mesti kehilangan anak dan istri bapak dalam waktu yang bersamaan. Tapi bapak percaya jika semua sudah di tetapkan oleh takdir, jadi kita gak boleh larut dalam kesedihan," ujar sang supir.
Aqila tersenyum, benar apa yang di katakan sang supir. Lagi pula beruntung Frans memutus hubungan mereka sebelum ke jenjang pernikahan. Jika sudah terjadi malah itu lebih sakit.
"Baik ... mari kita move on Aqila," batin Aqila menyemangati dirinya.
PENCET TOMBOL LIKE !
LIKE !
LIKE !
HADIAH DAN KOMENNYA JANGAN LUPA ... 🥳🥳🥳🥳🥳.
VOTENYA JUGA LOH ... LOVE UNTUK KALIAN😘😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Vera Wilda
Jangan menangis Aqilla , hilang satu tumbuh seribu 😊
2025-01-27
1
Edah J
Aqila😢😢😢💪💪💪
2024-10-15
0
Nanik Kusno
😥😥😥😥😥 lanjuuut kak
2024-10-10
0