" Aku tahu kamu akan begitu menyukai senja setelah ini" kata Putri.
" Tidak, Putri. Aku akan lebih suka melihat malam setelahnya. Senja itu pemisah, dan aku tak terlalu menyukainya. Senja itu luka, senja itu air mata. Dan aku berusaha untuk tidak lagi melihatnya."
" Ya, ibumu berangkat besok. Jadi apa yang akan kamu lakukan agar Novi tidak tahu bahwa ibunya pergi."
" Aku malah ingin membiarkan Novi tahu. Agar ia tak mencari ibunya disetiap hari setelahnya."
" Baiklah."
" Kakakk..." teriak Novi sambil berlari-lari dari dalam rumah.
" Iya, sayang. "
" Novi pengen main ayunan lagi,"
" Hari sudah sore, sayang. Novi sudah mandi?"
Novi terlihat sedikit kesal dan ia menggelengkan kepalanya.
" Masih bisa main besok, sayang. Sekarang mandilah dan kakak akan menyiapkan makan malam"
Novi pergi dengan kekesalannya.
" Novi mudah kecewa, Lis."
" Iya,"
" Dan apa dia juga tidak akan kecewa kalau tahu ibunya akan ke luar negeri?"
" Dulu dia juga kecewa ketika aku memutuskan untuk kuliah di Jogja. Namun dia kembali ceria ketika aku pulang. Yang penting adalah kabar, dia pasti akan bahagia hanya dengan sebuah kabar."
" Aku percaya."
...
Sinar mentari menembus celah kamar Listi. Listi terbangun dari tidur lelapnya. Mengingat hari ini sang ibu akan berangkat ke Singapura. Listi langsung beranjak dan pergi menuju kamar sang ibu.
Ibunya terlihat sudah bersiap. Pakaian hariannya sudah tertata rapi didalam sebuah tas dan barang-barang lainnya sudah masuk ke dalam sebuah kardus. Namun, masih ada yang dipandanginya. Sebuah bingkai foto almarhum suaminya.
" Mas, doakan aku. Aku akan berangkat ke Singapura hari ini, aku janji, aku akan kembali pulang untuk kedua anak kita, dan pasti akan berusaha untuk masa depan mereka. Pantau mereka dari jauh, mas. Sekalipun kamu tak lagi bisa menemani mereka."
" Ibu.."
" Listi, sudah bangun, nak."
" Ibu sudah siap? ibu berangkat jam berapa??"
" Sebentar lagi, Bu Erna akan datang, nak. Doakan ibu ya, sayang ya."
" Doa Listi selalu menyertai ibu." kata Listi yang kemudian memeluk ibunya.
" Dimana Novi dan Putri?"
" Masih tidur, Bu."
" Kamu berpikir untuk memberi tahu Novi?"
" Ya, Listi pikir itu lebih baik."
" Kamu yakin? kamu bisa menghadapi adikmu nanti?"
" Listi akan berusaha untuk menjadi figur ibu."
" Terimakasih, sayang."
Terdengar suara seseorang membuka pintu. Dan benar saja Putri dan Novi berdiri di balik pintu itu. Mata Novi berbinar-binar melihat tas dan beberapa kardus disana. Rasanya ia akan kehilangan sesuatu. Ada yang akan pergi.
" Kakak.."
" Sayang..." Listi mendekati sang adik dan memeluknya.
" Kakak bohong sama Novi? kakak bilang kakak ga akan pergi lagi."
" Kakak bersamamu, sayang. kakak ga akan pergi."
" Itu." sambil menunjuk tas di atas ranjang ibunya.
" Itu milik ibu, sayang." jawab ibunya dan kemudian juga mendekati Putri kecilnya.
" Ibu pamit pergi ya, sayang ya. Novi sama kakak dulu di rumah. Nanti ibu pasti akan menyempatkan untuk pulang." lanjut sang ibu.
" Kenapa sekarang ibu harus pergi??"
" Ibu harus melakukannya, nak. "
" Ibu jahat....semuanya jahat, semua pergi. semua ninggalin Novi." teriak Novi disertai air matanya.
" Sayang...Ibu pasti pulang. Ibu pasti akan beli banyak mainan buat Novi. Ya, sayang. Kakak akan menjagamu disini. " jelas sang ibu sambil memeluk putrinya.
" Ibu bohong...ibu bohooong!!!!"
Novi berlari menuju kamarnya dan menutup rapat pintu kamarnya. Dia menangis, hatinya kembali kecewa. Rasanya sama seperti ketika sang kakak akan meninggalkannya dulu.
"Novi, buka pintunya sayang..." Kata Putri dari luar.
Namun, tak ada jawaban. Dan isak tangis Novipun masih terdengar.
" Sudahlah, nak. Biarkan dulu. Dia akan membuka pintu dengan sendirinya ketika perasaanya sudah sedikit tenang. Ibu pergi ya, jaga diri kalian baik-baik. Dan beri kesabaran penuh untuk Novi, "
" Hati-hati, Bu. "
...
" Kakak"
" Iya, sayang..."
" Ibu pergi?"
" Iya, Novi. Ibu sudah berangkat dari tadi."
" Kenapa ibu harus pergi? ibu jahat sama Novi." Kata Novi lirih.
" Ibu pergi bukan berarti ibu Jahat, sayang. Ibu cari uang, buat Novi. Suatu saat, kalau uang ibu udh banyak, pasti ibu pulang."
" Kapan?"
" Kita tunggu saja, sayang. Tidak akan lama kok. Lebih baik sekarang kamu kemas barang - barang kamu karena kita akan main ke rumah kak Putri di Bandung, ya"
Novi terlihat sangat gembira.
" Beneran kak?"
" Iyaaa.. sudah cepat."
" Yeeee.."
Listi bahagia melihat sang adik bisa langsung kembali ceria. Ia pun menuju kamarnya dan membereskan semua barang-barangnya.
" Listi, kamu masih mau membawa buku ini?" tanya Putri sambil memegang buku harian Listi.
" Ya, "
" Untuk apa?"
" Aku hanya ingin membacanya setiap malam tiba. Mungkin ada kata-kata yang akan aku rindukan setelah aku tak lagi menulis apapun dan tentang siapapun."
" Baiklah."
Setelah semuanya siap, mereka bergegas pergi. Beberapa jam diperjalanan membuat Listi dan Putri sangat mengantuk. Namun, Novi malah suka melihat pemandangan diluar dan berbicara tentang keindahan alam tanpa hentinya. Inilah yang membuat keduanya tak bisa tidur nyenyak saat itu.
Akhirnya, Mereka tiba di Bandung, tepat di rumah Putri. Listi dan Novi kagum, rumahnya begitu besar dan terlihat sangat mewah, berbeda jauh dengan rumah mereka di Jakarta yang sangat sederhana.
" Rumahmu sangat bagus, Putri."
" Ini rumah kedua orang tua ku,"
" Kak Putri, ada ayunan ga disini?"
" Ada sayang, biar bibi yang antar kamu main ya. Bibi tolong antar Novi main ayunan."
" Iya, non."
Sementara, Listi dan Putri masuk ke rumah besar itu. Dan Listi dibuat semakin kagum dengan dalam ruangan yang sangat indah, barang - barangnya terlihat sangat mewah.
" Putri.." Teriak mama Putri dengan bahagia.
" Mama.." Putri langsung memeluk mamanya.
" Listi, ini mama aku."
" Halo, Tante. " Sapa Listi yang kemudian mencium tangan mama Putri.
" Halo, sayang.. jadi ini temen kamu yang sering kamu ceritakan sama mama. Cantik. " kata mama Putri sambil tersenyum padanya.
" Makasih Tante." Listi sedikit malu.
" Ma, papa mana?"
" Papa lembur,"
" Tapi papa tahu kan aku pulang."
" Iya, tapi katanya ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi papa ga bisa pulang
lebih awal."
" Aku laper, ma."
" Ya sudah ayo makan. Listi makan ya, sayang. Oh iya, katanya ada adiknya juga. mana?"
" Lagi main ayunan Tante. Saya panggil dulu, Tante."
" Ya sudah."
Listi merasa begitu lega. Keluarga, sopir bahkan pembantu disini menyambut kedatangan Listi dengan begitu ramah. Bahkan mama Putri terlihat bahagia melihatnya datang. Sebenarnya, rasanya tak enak tinggal di rumah orang, tapi apa yang bisa ia lakukan?
" Novi... Makan dulu, sayang"
" Sebentar, kak."
" Ayo, Novi. Tante sudah menunggu."
" Ayo, bi."
" Iya, non."
Setelah mereka makan sore itu. Listi dan Novi membereskan barang-barangnya. Kamar yang disediakan untuk mereka sangat besar. Rasanya, senang bercampur sedih dengan keadaan saat itu.
" Listi, Novi. Anggap seperti rumah kalian ya, dan jangan panggil Tante. Panggil aja mama seperti Putri manggil saya ya, sayang. Mulai sekarang kita bukan orang asing lagi, kita ini keluarga." Kata mama Putri.
" Mama?" Tanya Novi.
" Kalau disini Novi punya mama, gimana sama ibu,kak?"
" Kamu harus tetap ingat sama ibu. Kamu tetap sayangi ibu. Dan jangan lupa untuk selalu doain ibu. "
" Iya, kak."
" Nah, selesai beres-beres, kalian mandi ya. Nanti susul Putri di ruang tengah. Dia lagi nonton tv."
" Iya, Tante." jawab Listi.
" Ehhh.."
" Emm, maksudnya iya, ma."
" Nah gitu dong, mama tinggal ya, sayang."
Sudah sekitar satu Minggu Listi dan Novi tinggal di Bandung. Rasanya semakin dekat, semakin nyaman. Novi pun terlihat sangat bahagia. Apalagi papa dan mama Putri yang sudah menganggap mereka seperti Putri kandungnya. Bukan hanya itu, seperti tak terlihat pula perbedaan antara tuan rumah dan asisten mereka. Semua berkumpul jadi satu, makan diruang makan yang sama, istirahat, nonton tv di tempat yang sama. Rasanya bahagia sekali.
Siang itu Listi, Putri dan Novi tengah bermain-main di halaman rumah. Tiba - tiba seorang tukang pos datang dan mengetuk pintu gerbang.
" Permisi.."
" Iya."
Putri berlari dan membuka pintu gerbang itu.
" Atas nama Listi?"
" Oh.. Listiii. Ada surat untukmu."
Listi berjalan menghampiri Putri dan tukang pos itu. Ia menerima suratnya.
" Terimakasih pak."
" Sama-sama."
" Dari siapa, Lis?"
" Pasti dari ibu."
" Kakak, apa itu??"
" Surat dari ibu, sayang. kakak bacakan ya."
" Iyaa.."
" Kita duduk di sana yuk, " Ajak Putri sambil menunjuk pada sebuah kursi di teras rumahnya.
Perlahan Listi membuka surat itu dan melihat tulisan tangan sang ibu. Rindu rasanya.
" Kakak. Ayo baca!"
" Oh iya...Halo putri-putri ibu, apa kabar??gimana rasanya tinggal di rumah kak Putri? senang ya? jaga diri kalian baik - baik ya, sayang. Beberapa Minggu lagi ibu pasti akan mengirim uang jajan untuk kalian. Dan sebentar lagi kan Novi masuk sekolah. Ibu juga sudah mempersiapkan semua biayanya. Kalian harus rajin-rajin ya, jangan menyusahkan orang tua Kak Putri. Hati - hati disana sayang, ibu sangat menyayangi kalian."
" Kakak, bisa balas surat itu nggak? "
" Bisa. Novi mau balas surat ini?"
" Iyaa. Novi juga pengen simpan suratnya."
" Baiklah. Simpan baik - baik ya ,sayang."
" Kakak, ibu kapan kirim surat lagi?"
" Kita tunggu aja ya,"
Sejak saat itu Novi selalu bermain - main di halaman rumah dan melihat apakah akan ada tukang pos yang melewati rumah itu, menyampaikan surat dari ibunya. Sampai Novi, hafal bahwa surat akan diterimanya satu kali dalam seminggu.
Setiap hari, Novi melihat surat yang ia simpan. Meski ia belum bisa membaca, namun ia sangat suka melihat tulisan ibunya yang sangat bagus. Tulisan itu sangat mirip dengan tulisan kakaknya yang sering ia lihat dulu.
" Novi..."
" Mama."
" Sedang apa? apa yang kamu pegang??"
" Ini aku simpan banyak surat dari mama. Setiap Minggu mama kirim surat ini. Jadi Novi simpan. Lihat, ma!! tulisan ibu bagus kan?"
" Iya ,sayang. Bagus sekali. Novi kan Minggu depan daftar sekolah. Novi mau sekolah dimana? apa mau mama pilihkan?"
" Novi kan gatau ma, mama aja yang pilih."
" Kalau gitu, sekarang kita beli tas, buku, sepatu sama keperluan lainnya. Mau? Kita ke mall yuk. "
" Sekarang, ma?"
" Iya, kamu siap - siap dulu, ya. "
" Iya, ma"
Sementara itu Listi tengah tertidur lelap, sampai Putri membangunkan dia dari mimpinya.
" Lis, bangun."
" Jam berapa sekarang?"
" Jam 4. Mandi sana."
Listi kaget dan langsung duduk dari tidurnya
" Serius? Novi mana? Dia belum makan dari tadi. "
" Tenang aja. Tadi sudah di suapin sama mama. Sekarang lagi pergi beli keperluan sekolah sama mama. "
" Serius? yah, nggak enak akunya."
" Kenapa mesti nggak enak? kan mama sudah bilang anggap saja keluarga sendiri. Kan mama melakukan kewajiban sebagai orang tua. "
" Tapi ibu sudah kirim uang untuk keperluan Novi, Put."
" Kan kebutuhan bukan sekarang saja. Kamu bisa pakai lain kali. Sekarang simpan dulu."
" Makasih banyak ya, "
" Makasih sama mama, jangan sama aku." Kata Putri sambil tertawa.
" Tapi kalau bukan karena kamu, aku juga nggak akan sampai sini. Berkat kehidupan disini juga Novi jadi seceria sekarang. "
" Iyaa, yang penting kamu ingat pesan ibumu, jaga diri baik-baik."
" Iya, Put."
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments