Episode 16

Listi tengah duduk disebuah taman bersama dengan Vino.

" Listi, aku harus pulang besok pagi. Maaf karena aku tidak bisa menemanimu sampai pulang."

" Tak apa, Vin. Aku juga akan pulang setelahmu."

" Baiklah."

" Terimakasih, Vin. Sudah menyempatkan datang kemari temani aku. Menguatkan aku ketika aku begitu lemah. Sesaat kamu bisa menghapus air mata yang seharusnya ingin terus menetes."

" Listi, aku tahu keadaanmu. Dan aku akan selalu ada. Berhentilah mengagumi senja, menatap langit karena disini sudah ada aku yang abadi. Aku yang tak akan pergi ditelan waktu seperti mereka. Bukankah kamu yang mengatakan bahwa aku adalah figur dari seorang ibu? Aku adalah cinta yang juga sahabatmu. Tak akan aku biarkan setetes air mata mengalir lagi. Aku selalu bersamamu. "

" Aku begitu beruntung, Vin."

Ditengah perbincangan itu, dering handphone Listi berbunyi begitu nyaring. Ia mendapat kabar bahwa Novi masuk rumah sakit. Dengan perasaan sedih Listi dan Vino bergegas menuju rumah sakit.

Khawatir dan heran dengan keadaan Novi yang sebelumnya terlihat baik-baik saja. Dalam hati Listi bertanya-tanya, apa yang terjadi? cobaan apa lagi yang menimpa mereka?

Listi tiba di rumah sakit. Melihat adik kesayangannya terbaring lemah. Wajahnya pucat, suaranya parau, matanya sembab dan mengeluarkan air. Listi menangis disana.

" Novi, kamu kenapa, sayang?"

" Novi tidak kenapa-napa, kak."

Rasanya sangat sakit. Seperti ada benda tajam yang menusuk batinnya. Beberapa saat kemudian mamanya memanggilnya dan memberikan hasil pemeriksaan kondisi Novi. Badan Listi lemas seketika setelah membaca hasil lab itu. Cobaan apa lagi ini?

" Nggak mungkin,ma." suara Listi lemah.

" Sabar, sayang. Doakan agar ada keajaiban yang menyembuhkan adikmu." Kata mamanya yang kemudian memeluknya.

Tidak ada yang lebih sakit selain itu. Selama ini, Listi selalu menjalani hidup bersama Novi. Tetap berjuang diantara hancurnya sebuah keluarga. Tapi sekarang? Kanker otak yang sudah stadium akhir membuat Novi seperti itu. Rasanya tak ingin ia kehilangan untuk kesekian kalinya.

Listi kembali menuju Novi yang hanya terdiam ditemani Putri.

" Kenapa kakak sama mama menangis? Lihat kak, ma, Novi baik-baik saja. Novi besok pasti boleh pulang."

Listi hanya bisa tersenyum sakit melihat itu. Sementara itu, mamanya duduk disamping Novi dan mencium keningnya.

" Kamu pasti kuat, sayang. Kamu pasti sembuh, mama percaya."

Vino dan Putri bertanya-tanya akan hasil pemeriksaan Novi. Akhirnya Listi mengajak mereka keluar ruangan.

" Kuatkan dia, aku ingin dia sembuh."

" Sakit apa yang dia derita, Listi."

" Aku tak percaya, Put. Tapi kanker otak stadium akhir sudah mengganggu kesehatannya. Aku takut, pikiranku kacau. Aku ingin menolak semua itu tapi bagaimana? takdir macam apa ini? Seburuk apa karmaku dimasa lalu? sampai aku mengalami cobaan yang begitu berat." Listi berucap sembari meneteskan air mata.

Vino langsung memeluknya.

" Tabahkan hatimu, Listi. Tak ada yang tahu rencana Tuhan. Kita berdoa. Dan biarkan tangan Tuhan yang mengangkat segala penyakit Novi." Kata Vino.

" Novi gadis kecil yang kuat, dia pasti sembuh. " tambah Putri.

Listi hanya diam, tak ada yang bisa ia lakukan selain menangis. Rasanya tak percaya dengan semua yang terjadi pada Novi. Ingin sekali rasanya ia menggantikan posisi Novi.

" Harusnya aku yang mengalami itu. Novi masih terlalu kecil untuk menahan sakit itu, hidupnya masih panjang. Ia punya mimpi, punya masa depan. Tidak seharusnya itu terjadi pada Novi."

" Listi, bersabarlah. Jangan hancurkan pikiranmu dengan memikirkan hal-hal itu. Sekarang yang terpenting adalah kesembuhan Novi. Yakinkan dia dan diri kita bahwa Novi pasti sembuh."

Listi memeluk Vino erat. Batinnya hancur. Air matanya tak ingin berhenti. Semuanya menyakitkan namun tak ada yang bisa Listi lakukan.

...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***